Entah apa yang sedang kupikirkan hingga aku berani untuk menerimanya menjadi pacarku. Pikiranku berkata untuk memikirkan ulang menjadi pacarnya, namun hatiku menyuruhku untuk segera menerimanya.Nichol... Aku tidak tahu, bahwa kekuatan cinta ini sebegitu dahsyatnya. Bayangkan, hanya butuh waktu 4 hari aku mulai mencintainya. Apa ini yang dinamakan takdir (?) aku rasa begitu.
Hari ini Nichol mengajakku bertemu kedua orang tuanya setelah pulang sekolah untuk makan siang bersama. Awalnya aku menolak, tapi entah mengapa ia berhasil membujukku. Padahal hanya melalui video call.
Seperti biasa, aku sampai disekolah saat para murid lainnya belum datang.
"Aaaaaaa" aku teriak.
"Pagi" ucap Nichol mengaggetkanku dengan tiba-tiba menongolkan kepalanya tepat di depan wajahku.
Ia tertawa.
"Ish kamu jahat" ujarku kesal sambil mencubiti perutnya. Lalu berlari-lari kecil.
"Udah ah sakit, capek tau" katanya."Biarin! Lagian kamunya" kataku kesal. Sambil menyilangkan kedua tanganku didada.
Dia tertawa, aku juga.
"Anin?" panggilnya.
"Apa?" sahutku dengan nada yang masih sedikit kesal.
"Kutebak, tadi pagi kamu mendengar suara kicau burung, bukan?" tanyanya tidak penting, tapi benar. Tadi pagi memang aku terbangun karena suara kicau burung.
"Iya. Bagaimana kamu bisa tahu?" tanyaku heran.
"Tentu." katanya. "Jika setiap pagi kamu mendengar kicau burung, nikmatilah suara merdunya. Karena itu adalah nyanyian rinduku tadi malam yang telah kucipta untukmu" lanjutnya lagi membuat ku tersipu.
Aku termenung. Sudah lama aku tidak digoda seperti ini.
"Gombal" kataku sambil tertawa. Dia ikut tertawa.
"Wajah kamu merah lagi. Aku suka" ucapnya.
"Hei!" bentakku dengan wajah yang semakin memanas.
💗💗💗
Sekarang, aku berada didepan rumah besar bercat putih dengan desain yang elegan membuat siapapun yang melihat akan menyangka rumah ini dibuat dari perancang ternama.
"Kamu nggak usah takut. Mama dan papaku baik kok nggak gigit. Aku bukan keluarga vampir, jadi tenang saja" tuturnya panjang lebar, disisipkan dengan candaan. Mungkin agar aku tidak gugup.
"Aku nggak takut. Tapi apa kamu serius mau mengenalkanku?" tanyaku ragu.
"Tentu saja, aku duarius. Kamu tahu? Aku belum pernah punya pacar" jawabannya membuatku sedikit terkejut.
Aku tidak menyangka, cowok tampan seperti dia belum pernah pacaran dan malah memilihku untuk menjadi pacar pertamanya (?)
"Benarkah? Kamu tidak bohong?" tanyaku memastikan.
"Benar. Untuk apa aku bohong. Nambah dosa saja"
"Aku hanya bertanya" cibirku.
Dia terkekeh.
"Udah ayo masuk" ajaknya.
💗💗💗
Ternyata tidak hanya halamanya yang indah, namun interior dalam rumahnya pun cantik.
Aku melewati ruang keluarga. Terdapat foto Nichol yang tergantung cantik di setiap dinding. Ada foto Nichol bersama kakak perempuan yang aku lihat waktu itu. Aku jadi malu sendiri mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Diary
Fiksi RemajaIni kisahku Dimana saat dia selalu ada dihidupku Mengisi setiap hariku... Ia yang selalu tau cara membuatku tertawa... Bersama kita merajut mimpi Membingkai semua keinginan yang terindah Tentang cinta.. Tapi, Kamu itu seperti pelangi Iya pelangi...