[04] Loli Ice Sticks

1.6K 328 17
                                    

-Aku tahu, kamu tertawa bukan karena kamu kuat. Kamu hanya ingin menyembunyikannya karena kamu tau bahwa aku membenci wajah sedihmu.

.

"Ranpo-san, ayo kita pergi." ujarmu yang baru saja datang.

Ranpo hanya mengangguk. Dilihat dari caramu berpakaian, sepertinya kali ini bukan ke caffe atau tempat menyenangkan lainnya.

Kau dan Ranpo jalan dalam keheningan. Hening bukan berarti canggung. Justru kalian menikmati keheningan ini. Kamu hanya tersenyum sambil memegang erat bouqet sunflower yang kamu beli sebelum bertemu dengan Ranpo.

Tak terasa, kalian sampai ditujuan. Pemakaman umum daerah setempat. Kalian berdua masuk dan mencari sebuah nama diantara nisan yang ada.

Berhentilah kau didepan sebuah batu nisan. Disana bersemayam nenekmu yang paling kau sayangi. Dialah yang merawatmu dari kau merangkak hingga kau menjadi anak SMA.

Kamu tersenyum lembut sembari mengelus pelan batu nisan nenekmu, "Rasanya, sudah lama sekali aku tidak berkunjung."

Ranpo hanya diam dan mendengarkan setiap monolog yang kau haturkan. Sejujurnya dia sangat ingin menarikmu dan membawamu ke tempat dimana kau bisa tertawa lepas. Dia benci melihat wajah sedihmu.

"Aku menyayangimu nek." ujarmu dan kau menangis sejadi-jadinya.

Ranpo langsung memelukmu erat bagai kau akan pergi meninggalkannya. Pelukannya sangat erat namun terasa kehangatan dan kasih sayang didalamnya. Kamu hanya bisa menagis tersedu-sedu.

Selama ini kamu selalu menyembunyikan rasa sedihmu dan rasa kehilangan. Kamu hanya tidak ingin membuat orang lain khawatir. Kamu merengkuh tubuh Ranpo, membiarkan dirimu bersandar didadanya yang tegap. Membiarkan dirimu merasakan kedua tangannya mengelus pelan punggungmu.

"Tenanglah aku tidak akan pergi kemana pun." ujar Ranpo sambil mengelus pucukmu.

"Aku merindukannya, Ranpo." ucapmu sambil mengeratkan pelukanmu.

"Aku tau. Ayo kita pulang sepertinya akan hujan sekarang."

Kamu tak bergeming. Ranpo hanya bisa mengelus pucukmu dan membiarkanmu memeluknya.

Setelah beberapa waktu, kamu melepaskan pelukanmu. Kamu sudah terlihat lebih tenang sekarang. Walau matamu sembab dan hidungmu memerah, kamu memberikan senyum lebar andalanmu kepada Ranpo.

"Terima kasih untuk sandarannya." tanganmu membentuk 'peace' dan senyumanmu tak hilang dari wajahmu yang manis.

Pipi Ranpo memerah. Dia langsung menarik menuju sebuah supermarket. Ranpo menyuruhmu menunggu diluar. Tak berapa lama Ranpo kembali sembari membawa sebungkus loli ice sticks. Dia membukanya dan memoteknya menjadi dua bagian.

"Makanlah bocah." ujar Ranpo dengan nada memerintah.

"Kenapa loli ice?" gumammu bingung.

Ranpo hanya menjilati loli icenya sambil terus menatapmu. Akhirnya pun kamu ikut memakannya. Entah mengapa perasaanmu menjadi sedikit lebih baik.

"Ranpo-san. Terima kasih icenya. Ini sangat enak." ucapmu dan Ranpo hanya mengangguk.

"Hei bocah. Besok apa kau senggang?" tanya Ranpo dengan pipi yang kemerahan.

"Maaf, besok aku cukup sibuk." jawabmu dan Ranpo terlihat agak kecewa.

Setetes air hujan mulai turun membasahi aspal. Kalian berdua tetap berdiri di depan supermarket tersebut karena tidak membawa payung. Setelah kurang lebih lima menit menunggu, Ranpo pun melepas topi dan jubah detektifnya lalu memakaikannya ke kepalamu.

"Bocah bersiaplah untuk hujan-hujanan." ucap Ranpo dan kamu hanya tidak mengerti dengan ucapan Ranpo.

Ranpo pun merangkulmu dan membawamu berlari bersamanya. Bisa kau cium harum vanilla dari jubah Ranpo. Kamu hanya tertawa lepas hingga akhirnya kalian sampai di depan apartemenmu.

"Bocah jangan nakal saat aku tidak ada. Aku pulang dulu." ucap Ranpo lalu mencubit pipimu.

"Aku sudah mendapatkannya kemarin jadi kita impas oke?" ujar Ranpo lalu pergi meninggalkanmu.

.

-Dialah satu-satunya manusia yang selalu mengacaukan pikiranku. Entah itu kapan atau dimana, setiap aku sedang tidak bersamanya, aku selalu bertanya pada diriku sendiri. Apa dia juga memikirkanku seperti aku yang memikirkannya?

[II] Words : Edogawa RanpoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang