Chapter-17

2.1K 170 5
                                    

Caray POV

Gue kesal;gue nggak rela sekarang. Orang yang gue suka dekat sama orang lain atau jangan-jangan mereka sudah... nggak nggak nggak ini nggak boleh terjadi. Pokoknya gue harus buat rencana buat misahin mereka. Gimana pun caranya Shender sama Farren nggak boleh sampai jadian.

Saat ini jam pulang sekolah berbunyi gue segera meluncur keluar buat jemput Shender duluan sebelum keduluan si Farren. Gotcha, keberuntungan memihak sama gue.

"Shender! Shender! anterin aku pulang cepat sekarang, yuk! Aku keburu banget, nih," alibi gue.

"Lah? Kamu kan pakai mobil, Ca, kenapa nggak langsung pulang sendiri aja tancap gas ngebut kalau keburu," sahut Shender dengan wajah yang malas.

"Tapi aku maunya aku sama kamu, Shend, please anterin aku please," ucap gue memohon.

"Tapi aku harus bilang dul--"

"Ah, kelamaan ayo buruan," gue sengaja motong kalimatnya karena gue nggak suka dia nyebut nama Farren.

Shender awalnya berontak tidak terima dengan apa yang barusan gue lakuin ke dia, tapi setelah gue kasih alasan yang super alibi akhirnya Shender luluh juga. Jadilah sekarang gue pulang diantar Shender pakai mobil gue sendiri. Apa kabar sama sepedanya Shender? Bukan urusan gue, yang penting orangnya.

Farren POV

Gue sekarang lagi buntutin mobilnya Caray. Gue udah duga kalau Caray itu nggak sebaik yang terlihat dari luarnya. Pakai alasan yang nggak banget lagi ngajakin pulang Shender, bilang aja kalau mau dekatin pacar gue. Si Shender juga lemah banget mau aja percaya sama alibi receh si Caray.

Nah, kan, ini mereka malah singgah di caffe. Gue lihat Caray yang duluan keluar dari mobil kemudian disusul sama wajah kesalnya Shender. Gue yakin kalau Shender sekarang lagi jengkel sama mahkluk muka dua itu.

Gue putar balik mobil gue menuju rumah. Gue percaya aja sama Shender nggak mungkin macam-macam sama Caray. Lagian, cuma Caraynya aja yang lagi caper sama Shender, ketahuan banget dari tingkahnya. Ini nih sisi buruk orang baik bisa nusuk dari belakang. Tapi, nggak semua orang baik kayak gini sih, cuma ya tetap aja sekarang sudah jadi mayoritas.

Shender POV

Aku super duper kesal sekarang sama Caray. Aku pikir keadaan darurat yang ia jelaskan daritadi adalah hal yang bisa menyangkut hidup dan mati seseorang. Rupanya cuma buat ngejar kopi rasa baru yang gratis dari caffe yang baru buka. Karena jamnya terbatas yakni sampai jam setengah empat jadilah dia desak-desak aku dan aku bawa mobilnya dia udah kayak orang kesetanan sampai aku lupa kalau aku nggak suka bau mobil.

"Shend, jangan gitu dong. Aku minta maaf deh udah buat kamu kesal," ucap Caray dengan muka merasa bersalahnya.

"Hmmmm," sahutku ogah-ogahan.

"Mas! Ayam gorengnya dua porsi jumbo, ya!" Oke kali ini Caray yang menang. Aku emang mudah luluh hanya dengan makanan favorit-ku.

--------------------

____________________________
________

"Mas!"

"Iya?"

"Bisa Mas ceritakan bagaimana awal kita bertemu dulu? Aku penasaran Mas dengan masa laluku. Aku ingin mengingatnya. Aku juga ingin tahu dimana keluargaku, Mas," ucap wanita paruh baya itu sambil membuatkan teh kepada suaminya. Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam, tapi suaminya masih berdiri di balkon kamar mereka sambil memandang ke langit.

"Bukannya aku tidak i--"

"Mas, aku mohon ceritakan! Aku ingin tahu, Mas. Tolong, Mas, jika ada yang kamu sembunyikan tolong kasih tahu aku sekarang juga, Mas!"

Meski dengan berat hati laki-laki paruh baya itu akhirnya menceritakan juga bagaimana ia menemukan wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya (lagi).

_________
____
__

Shender sekarang tengah berada di rumah pohon tempat di mana awal kisah cinta mereka dimulai. Tadi saat jam pulang sekolah Shender keburu menghilang sebelum diganggu oleh Caray lagi untuk sekedar menemaninya. Ia juga harus punya waktu untuk pacar barunya-- Farren. Saat ini Farren masih di dalam kamarnya untuk ganti baju sedangkan Shender masih setia dengan seragam kebangsaannya.

Tampak dari luar rumah Farren -- tentu saja tanpa sepengetahuan Farren dan Shender yang ada di belakang rumah-- dua orang seperti laki-laki dan perempuan sedang memperhatikan ke arah rumah Farren. Si perempuan ingin segera turun dari mobilnya, tapi di tahan oleh si laki-laki yang sepertinya adalah suaminya. Namun, karena sang istri tidak sabaran untuk bertemu dengan si pemilik rumah jadilah ia masuk tanpa memencet bel terlebih dahulu. Laki-laki yang bersamanya akhirnya juga ikut turun mengikuti istrinya yang kini sudah ada di dalam rumah.

___________
_____

"Bagaimana pun caranya kamu harus membujuk Farren agar tetap bertunangan dengan Vigof. Mama tidak ingin keluarga Azra memutuskan hubungan kerja dengan perusahan mama! Kamu paham itu, Gazta?" ucap Nenek Galuh ketus.

Terlihat Aggazta menghembuskan nafas frustrasinya. Ia sudah berusaha berkali-kali untuk meluluhkan hati ibunya, tapi nihil. Namun, ia percaya bahwa suatu saat ibu-nya pasti akan mengerti. Ia hanya butuh waktu saja.

Aggazta segera membawa mobilnya ke rumah Farren untuk berkunjung karena semenjak kejadian waktu itu ia tidak bertemu dengan Farren lagi.

------
-----------
---

Shender : Papa, Shender sekarang lagi di rumah Farren setengah jam lagi jemput Shender ya, Pa. Lagi mager ngayuh, nih.

Itu isi messenger yang dikirim Shender ke kontak papanya.

PRANG!!!

...

SHENDERREN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang