Chapter 26 [Last]

4.4K 98 4
                                    

"Kenapa nenek kamu tega banget ngelakuin ini semua, Ren? Apa salahnya kita ,sih," ucap Shender lirih yang saat ini tengah berada di tepi jurang dunia lain. Ia menatap pohonan yang ada di bawahnya. Ingin terjunpun nggak akan buat dia mati lagi.

"Nenek gue emang begitu, Shen. Setiap apa yang diinginkannya wajib dituruti. Nggak peduli hal itu bakal menyakiti pihak manapun. Dengan kata lain dia sangat egois," tukas Farren yang sedang menatap hampa ke tepi jurang. Tangannya mengepal berusaha keras melupakan kejadian yang di alaminya saat di dunia. Nihil.

"Apa rencanamu?" tanya Shender menoleh ke arah Farren.

"Ikut gue!" ajak Farren yang sontak membuat Shender bangkit berdiri mengikuti langkah Farren. Selanjutnya mereka terbang menuju perbatasan dunia.

"Kita mau ngapain lagi ke sana, Ren? Dunia kita sudah berbeda," ucap Shender sesaat berada di perbatasan antara dunia manusia dan dunia arwah.

"Gue mau kasih pelajaran buat nenek. Gara-gara nenek papa meninggal, gara-gara nenek hidup gue hancur berantakan," tukas Farren yang saat ini mulai ditumbuhi rasa emosi di dada.

"Farren, kita sudah mati, biar---"

"Nggak, Shend! Wanita tua itu harus gue kasih pelajaran! Sekarang terserah lo mau ikut gue atau nggak," seru Farren setelah akhirnya tubuhnya menghilang pergi ke dunia manusia.

Shender yang melihat itu tak coba untuk lekas mengikuti. Karena ia tahu jika Farren pun memiliki sifat turunan dari neneknya, apa yang ingin dia lakukan tak dapat untuk dicegah.

Shender memilih pergi ke tempat keluarganya dalam sekejap mata. Ia melihat papanya yang tengah tertidur pulas di kamarnya sambil memeluk potonya. Shender pun mendekat lalu mengusap wajah papanya, tapi sayang tak bisa. Ia pun memilih untuk masuk ke mimpi papanya.

"Papa!" panggil Shender saat melihat papanya yang tengah termenung di balkon.

"Shender!" sahutnya ketika menoleh melihat wajah yang saat ini ia rindukan.

Mereka berdua pun berpelukan melepas rasa rindu yang sulit dijabarkan.

"Anak papa baik-baik aja, kan, di sana? Nggak ada yang nyakitin kamu, kan, Sayang?" tanya Daniel sambil memeluk dan mencium berkali-kali puncak kepala Shender.

"Shender, baik-baik aja kok, Pa. Tapi, aku belum ketemu mama, Pa,"

"Itu mama, Sayang," sahut Daniel sembari melepaskan pelukannya seraya menunjuk seorang wanita bersayap bak bidadari yang berada tidak jauh dari hadapannya.

"Mama?" panggil Shender lirih.

"Ini mama, Sayang," sahutnya sembari merentangkan tangan meminta untuk dipeluk. Sontak Shender memeluk dengan erat orang yang selama ini tak pernah ia lihat selama hidupnya. Betapa nyamannya pelukan yang Shender rasakan hingga membuatnya betah berada dalam pelukan sang mama.

"Shender kangen Mama, temani Shender di sana, ya, Ma?" ucap Shender yang masih dalam pelukan.

"Iya, mama pasti bakal temani Shender di sana. Mama nggak akan ninggalin Shender lagi," sahut sang mama sambil menciumi puncak kepala Shender.

"Tunggu saya di surga sana wahai anak dan istriku, aku akan selalu mendoakan kalian dan merawat makam kalian. Papa sayang kalian berdua," ucap Daniel sembari memeluk anak dan istrinya. Sementara di dunia nyata, tampak air mata mengalir deras dalam keadaan Daniel yang sedang tertidur lelap.

_____________________

"Maafkan nenek, Cu! Maafkan nenek!" teriak Galuh yang kini tengah berada dalam sel tahanan. Farren tengah mengganggu dirinya, betapa bencinya ia terhadap perlakuan neneknya selama ia masih hidup.

"Farren hentikan!" teriak Aggazta mencoba menghentikan anaknya yang dikuasai rasa dendam.

"Papa?! Papa kok bisa ada di sini?" tanya Farren menghiraukan Galuh yang masih menjerit-jerit.

"Cukup, Nak. Jangan siksa nenekmu seperti itu. Ia sudah mendapatkan balasannya. Ia juga sudah menyesali perbuatannya,"

"Tapi, Pa---"

"Nggak, Sayang. Ini salah. Ayo ikut papa!" Farren memilih untuk mengikuti papanya sebelum mengganggu Galuh untuk yang terakhir kalinya.
______________
Mereka kini tengah berada di sebuah danau yang ada di dunia arwah.

"Pa?" tanya Farren membuka suara.

"Apa, Sayang?" sahut Aggazta sembari memberikan senyuman manisnya.

"Aku dan Shender berada dalam dunia yang sama. Boleh nggak kita bersama lagi di sini?" tanya Farren hati-hati.

"Tentu saja boleh. Tapi, ada syaratnya," belum sempat Daniel menjawab, seseorang sudah lebih dulu memberikan jawabannya, yang ternyata adalah mamanya Shender.

"Ta-tante?"

"Iya, saya mamanya Shender,"

"Apa syaratnya, Tante?"

"Kalian nggak boleh macam-macam!" sahut mama Shender dan Aggazta berbarengan.

"Siap, Bos!"

______________________________

SHENDERREN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang