Pelangi

327 28 7
                                    

Kamu itu seperti pelangi,
yang tiba-tiba datang,
lalu menghilang lagi.

🌈🌈🌈

Hari ini hujan lagi. Entah sejak dari kapan, air dari langit itu tiada bosan ingin berjatuhan. Aku yang termenung dibalik tirai kamar, hanya bisa menyaksikan tanah dan daun-daun berbasahan. Nasib baik hari ini adalah tanggal merah, jadi aku bisa bersantai lama-lama di rumah.

Aku masih berdiri di sisi jendela. Aku dilantai dua. Pandanganku yang tadinya hanya lurus menatap rumah-rumah seberang, seketika berubah haluan menengok ke bawah. Karena tiba-tiba ada sedan hitam masuk ke pekarangan rumahku.

Siapa dia? Seseorang yang dikirimkan Tuhan, ketika awan menurunkan hujan kah?

Bahkan aku belum mengetahuinya bahwa ia seorang laki-laki atau perempuan. Tapi firasatku mengatakan, dia adalah laki-laki.

Benar saja, ia memarkirkan mobilnya di halaman rumahku. Aku langsung terkesiap. Di bawah sedang tidak ada orang, Mama dan Papa sedang tidak di rumah. Jika ia adalah orang yang tidak ku kenal dan berniat jahat, bagaimana?

Tangga kuturuni satu persatu. Lalu aku berlari lagi ke pintu, karena orang itu sudah mengetuknya berkali-kali.

"Iya, sebentar!" teriakku dari sini. Semoga saja ia mendengarnya.

Ceklek

Gagang pintu terbuka setelah kunci selesai diputar.

Degh!

Aku sempat mengira bahwa ia adalah orang yang tidak ku kenal. Tapi nyatanya, dia adalah...

Kamu.

"Hai, Puput! Apa kabar?" kamu menyapa ramah sambil menyunggingkan senyum.

Aku tidak berhenti menganga. Mataku tidak berhenti berkedip. Bahkan aku belum membalas sapaan hangatmu itu.

Demi apa aku harus bertemu denganmu? Kamu adalah orang yang dahulu menghangatkan hatiku. Dua tahun lalu kamu pergi ke luar negeri, dan meninggalkan aku bersama jutaan rasa perih.

Akhirnya, penantianku usai sudah.

"Alan?" ya, bahkan aku masih mengingat namamu.

Entah kenapa aku tiba-tiba memelukmu erat. Tangisku pecah saat itu juga. Ku rasakan tubuhmu menegang. Pundak kirimu terlanjur basah karena air mataku tumpah.

Kamu membalas pelukan itu juga.

"Aku kangen kamu, Lan! Kenapa kamu baru pulang sekarang? Apa kamu gak tau keadaan aku waktu kamu pergi ke Italy? HATI AKU SAKIT, LAN! SAKIT?!"

Aku ingin sekali memuntahkan rasa sakitku sekarang, di hadapanmu.

"Aku juga kangen sama kamu, Put. Maaf aku baru sempet ke rumah kamu hari ini. Maaf karna waktu itu udah ninggalin kamu." katamu sembari sesenggukan.

"Dan sebenernya, niat aku kesini cuma mau..."

Tangisku tambah pecah sehingga membuatmu menggantungkan kalimat dan tidak melanjutkan omongan lagi. Sekarang aku semakin memeluk pinggangmu tambah erat. Ku rasakan juga pundak kanan ku basah akibat air matamu juga.

"Nangisnya udah ya, Put. Aku gak mau ngeliat kamu nangis lagi." kamu melepas pelukannya dan memegang pundakku dengan kedua tanganmu.

"Aku janji, untuk hari ini, aku bakal turutin semua permintaan kamu." tuturmu dengan yakin. Aku tersenyum karena kamu berani berjanji padaku.

"Ajak aku ke semua tempat yang pernah kita datengin sebelumnya. Aku mau ngelakuin itu dalam seharian penuh. Dan ngelakuin hal indah apapun yang pernah kita lakuin dulu. Aku ingin mengenang semuanya." tuntutku lengkap.

Heart to HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang