Permen Kapas

146 17 0
                                    

Jangan pernah mengangap bahwa jatuh cinta sama dengan manisnya permen kapas.

🌳🌳🌳

Pagi menjelang siang telah disambut matahari yang tidak terlalu terik sinarnya. Burung-burung gereja pun berkejaran di udara bebas. Udara segar belum terkontaminasi oleh polusi dari kendaraan ibukota.

Sedari jam delapan tadi, aku masih saja berlari-lari kecil alias jogging di jalan setapak taman pusat kota. Sapu tangan hijau di leherku sesekali digunakan untuk mengelap keringat yang mengucur dari dahiku.

Aku berhenti berlari sambil memegang kedua lutut, tentu saja kelelahan. Nafasku terengah-engah karena sudah sekitar satu jam lebih aku memutari lewat jalan setapak di taman ini.

Ku lirik jam tangan putih, kurasa olahraganya sudah cukup. Lebih baik aku duduk dulu dan meminum air mineral. Tapi sialnya, air mineral di dalam botol yang ku bawa tadi sudah habis tak bersisa. Yaps, aku harus membelinya di salah satu pedagang kaki lima yang ada disini. Beruntung saja taman kota ini dilengkapi dengan banyak jajanan pula. Jadi tidak perlu susah payah mencari sesuatu yang dapat mengganjal perut.

"Makasih, Pak." ujarku setelah memberikan selembar uang dua ribu dan seribu rupiah ke pedagang tersebut.

Lalu aku kembali ke tempat duduk tetapi bukan kursi karena bentuknya sama sekali tidak menyerupai kursi. Tentu saja ini terbuat dari kayu pepohonan yang ada disini. Mungkin yang mengelola lebih senang jika taman ini dikemas se-alami mungkin.

Ah, aku lebih suka duduk disini ditemani semilir angin yang masih terkesan alami karena areanya ditanami berbagai macam tanaman hijau. Daripada harus pergi ke mall untuk sekedar berbelanja yang hanya menghabiskan uang tabungan sendiri. Ya memang pada awalnya aku hanya iseng pergi kesini saat minggu tiba. Tapi lama-lama menjadi suatu kebiasaan yang wajib aku lakukan setiap tidak masuk sekolah.

Bukannya aku tidak punya teman, tapi menurutku lebih asyik pergi sendiri karena bisa lebih bebas pula. Jangan salahkan kepribadianku yang introvert ini. Yang merasa senang apabila dalam keadaan sendiri.

Ah, lupakan kepribadianku yang satu itu.

Kini aku hanya menatap sekeliling. Yang kudapati adalah anak-anak kecil yang berlarian kesana-kemari, tak lupa orang tuanya menemani sambil duduk-duduk manis dialasi tikar yang sudah disediakan disini, ada pula sepasang muda-mudi bergandengan tangan dengan mesranya. Yaps, itu memang masa-masa indah mereka, dan akupun juga. Tapi aku sudah bilang kan, kalau lebih asyik sendiri.

Dan aku menangkap satu orang lagi dari pandanganku. Seorang laki-laki sedang berdiri di stand permen kapas atau lebih sering disebut gulali.

Tidak mungkin kamu sedang berdagang disana, pasti kamu sedang membelinya.

Tapi tunggu, kamu itu adalah seorang laki-laki yang kurasa umurnya tidak jauh dariku, masih SMA, dan mengapa kamu membeli permen kapas itu? Apa kamu adalah langganan dari penjual gulali itu? Tapi tidak mungkin, aku baru melihatmu hari ini. Semua bagian taman ini sudah ku putari dan aku sama sekali tidak pernah melihat wajahmu apalagi sedang membeli permen kapas seperti ini.

Rada lucu memang. Seorang laki-laki SMA sengaja mengantri diantara gerombolan anak kecil yang tingginya sangat jauh darimu demi membeli sebuah gulali warna merah muda. Aku terkekeh pelan. Andai saja aku mengenalmu, pasti sudah aku tertawakan mentah-mentah dihadapanmu.

Heart to HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang