Lima Langkah

63 4 3
                                    

Sesuatu apa yang jaraknya deket, tapi aslinya jauh? Apa hayo?

👣👣👣

Gue Adit. Gue anak rumahan. Gue bukan tipe cowok yang sering hang out bareng temen-temen. Bukan juga tipe cowok yang suka ngabisin waktu dan uang cuma buat bucin-bucinan sama cewek. Ya karena, gue juga jomblo. Gue lebih memilih menjadi anak berbakti kepada orang tua. Bantu beres-beres rumah, jagain adik, dan pastinya ngerjain tugas dari kampus. Mahasiswa semester 3 macam gue ini seharusnya menikmati hal-hal seru diluar rumah. Tapi no problem lah buat gue.

Setiap pagi, gue rutin menyiram tanaman di halaman depan rumah. Sambil sesekali menyapa ibu-ibu yang abis belanja dari pasar. Kalo kata orang-orang mah, gue orangnya memang seramah itu.

Ketika sedang menyiram tanaman yang terakhir, mata gue beralih memandang keluar pagar, ke arah rumah yang setau gue baru kemarin diisi sama penghuni baru.

Gila sih, ini mah bukan kaget lagi. Selang air yang lagi gue pegang, tiba-tiba jatuh ke tanah. Barusan gue liat seorang cewek lagi nyapu teras rumah itu.

Demi apa dia yang nempatin rumah itu? Otomatis dia bakalan jadi tetangga gue? Secara gitu loh, dia itu mantan gue! Mantan yang gue putusin sekitar 1 tahun yang lalu. Eh, bukan gue sih yang mutusin, lebih tepatnya kita yang sepakat untuk mengakhiri hubungan secara baik-baik.

Seketika gue nggak percaya sama lagu "Pacar Lima Langkah". Karena di kehidupan nyata gue, ini mah judulnya "Mantan Lima Langkah".

"ADIT! UDAH SELESAI BELUM? KOK NYIRAMIN TANAMAN GITU DOANG LAMA BANGET!"

Gue makin kaget karena tiba-tiba nyokap gue teriak dari arah pintu.

"Iya, Mah. Udah selesai kok ini."

"Itu cucian di belakang urusin dulu!" Teriak nyokap gue sambil menyapu teras rumah. 

Akhirnya, niat gue buat nyapa mantan, gagal karena harus ngurusin cucian.

👣

Hujan-hujan begini enaknya makan mie rebus sama minum kopi panas. Pasang headset sambil dengerin lagu mellow plus duduk senderan di sofa emang zona nyaman banget. Yaa, mumpung si Hifza lagi anteng main barbie sendirian dan nggak maksa gue untuk ikut mainan juga. 

"Abang! Itu ada tamu diluar!" Hifza tiba-tiba teriak dan gue auto ngelepas headset. "Tamu apaan dateng pas ujan-ujan begini? Kamu mau ngerjain abang, ya?" Tanya gue setengah emosi.

"Ngerjain apaan sih, bang? Barusan aku denger ada yang ngucap salam. Kalo nggak percaya, intip aja dari hordeng ." Kata Hifza. Sedangkan gue langsung menyibak hordeng sedikit, memastikan kalo omongannya Hifza itu bener.

Ternyata bener, dong. Ada seorang cewek pake payung sambil ngucapin assalamu'alaikum berkali-kali. 

Tanpa basa-basi lagi, gue langsung buka pintu, buka payung yang kebetulan ada di meja teras, lalu bergegas membuka pagar.

Eh, tapi tunggu. Kok gue kayak nggak asing ya, sama bajunya. Itukan baju mantan-

Yaps, tamu itu memang mantan gue yang tinggal di seberang rumah gue.

"Tessa?" Dan untuk pertama kalinya gue menyapa dia setelah 1 tahun itu.

Dia kaget. Bahkan melebihi kagetnya gue. "Loh, Adit? Kok?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart to HurtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang