Mencintaimu itu seperti menggenggam mawar. Indah karena elok rupanya, namun sakit karena menggenggam duri di tangkainya.
🌷🌷🌷
Angin semilir berhembus cukup kencang sehingga menerpa tiap helai rambutku. Padahal aku tidak sedang berada di tanah lapang ataupun puncak gedung. Aku hanya sedang berdiri di depan kelasku tepatnya di lantai tiga. Tanganku yang bertumpu pada besi penghalang, pun memegang erat setangkai mawar merah yang tadi pagi ku ambil dari kebun belakang rumahku.
Aku suka mawar. Tidak heran mengapa mama memberikanku nama yaitu Rossa. Tak usah kujelaskan secara rinci lagi kenapa harus Rossa. Pasti sudah tahu.
Lebih baik aku jelaskan mengapa aku berdiri disini disaat bel istirahat belum berbunyi. Kebetulan guru sedang tidak masuk, anggap saja free class.
Aku disini bukan sembarang berdiri. Melainkan sedang memperhatikan seseorang yang dengan asyiknya menggiring bola ke gawang lawan.
Tentu saja kamu.
Peluhmu membasahi baju olahragamu, pun rambutmu yang sudah tidak kering lagi.
Sudah berkali-kali kamu bersorak-sorai meneriakkan kemenangan. Kamu juga duduk berselebrasi saking bahagianya. Yang hanya bisa ku lakukan adalah, senyum-senyum sendiri sambil memutar-mutar tangkai mawar.
Tring! Bagai lampu bohlam bersinar terang di atas kepalaku, ada secercah ide cemerlang melintas di otakku. Bagaimana jika aku memberikan mawar ini kepadamu? Tapi tunggu, bukankah yang menerima bunga itu seharusnya perempuan? Ah, tapi tak apalah. Selagi mawar ini belum layu dan berwarna merah segar, sah-sah saja aku menghadiahkannya.
Aku buru-buru lari ke loker nomor 7, lokermu. Jangan tanyakan lagi mengapa aku bisa tahu nomor lokermu. Jika aku dibilang penguntit, itu memang benar. Aku adalah The Best Stalker-mu.
Ujung isolasi bening ku gunting sedikit dan kusatukan dengan tangkai mawar. Lalu ku tempelkan di pintu lokermu dengan hati-hati agar terlepas dan ketahuan siapapun. Selain mawar, aku juga menggulung kertas kecil dan menempelkannya juga tepat di tangkainya. Isinya ialah beberapa kata alias potongan ungkapan yang semoga saja kamu tidak langsung muntah setelah membacanya.
Janjiku adalah mengirimkanmu setangkai mawar setiap hari sebagai tanda bahwa keberadaanku telah diwakili oleh mawar yang menempel di lokermu ini.
Saat sedang senyum-senyum sendiri, aku tersentak ketika mendengar derap langkah banyak orang mendekati loker. Aku segera mencari tembok untuk bersembunyi. Aku yakin, kamu dan teman-teman satu timmu sedang menuju loker ini.
Jantungku berdetak hebat ketika bersembunyi di balik tembok. Aku berusaha menetralkan setiap detakannya. Hingga aku tersadar, ada sayup-sayup suara terdengar di telinga.
"Ini sebenernya dari siapa, sih?"
"Palingan dari secret admirer lo, Nan. Udah lah buang aja, gak penting banget si. Yang ada malah bikin sampah di loker lo." kata salah satu temanmu yang dengan mudahnya berbicara seperti itu.
"Seenggaknya hargain lah, bro. Dia udah capek-capek nyari mawarnya terus ditempelin di lokernya Ananta." kata temanmu yang satu lagi dan yang pasti masih punya hati.
"Dimana-mana tuh secret admirer sama aja, pengecut semua! Modalnya cuma nulis surat sama ngasih barang. Gak pernah berani buat nampakin dirinya. Gimana kita bisa tau muka cewek itu, cantik apa enggak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart to Hurt
Short StoryI heart you, but you hurt me. Buat apa memberi hati jika hanya untuk dipatahkan? -0O0- Sekumpulan cerpen patah hati yang murni dari imajinasi sendiri. Jika ada kesamaan tokoh ataupun alur, mungkin karena faktor ketidaksengajaan dan tolong dimaafkan...