Siji

849 38 3
                                    

Azra terus menerus mengipas tubuhnya dengan buku tipis, begitu pula dengan teman-temannya yang lain.
Ada yang berjongkok, ada yang merenggangkan otot-ototnya yang pegal, ada yang berbisik, sampai ada yang udah mulai mengantuk.

Mereka semua dihukum karna tidak ada yang mampu menjawab soal yang dilontarkan oleh guru fisika 'kesayangan' mereka. Yah, kecuali Fuad, Rifa, dan Ira yang ga tau deh otaknya terbuat dari apa.... Pinter banget soalnya!

Jadilah mereka semua di hukum berdiri selama 2 les pelajaran. Sebenarnya, mereka ga yang goblok-goblok banget, cuma ya malas aja, malas liat gurunya. Mau dilawan, tapi udah tua, nanti kualat. Mereka kan anak yang baik budi.

Akhirnya, surga dunia itu datang kepada mereka, karna bel pergantian les sudah berbunyi.

"Tuh guru emang bener-bener ya! Gue dosa apasih Ya Allah", keluh Andira ketika sudah menduduki bangkunya.

"Iyaya BuGen emang ga ngira-ngira. Masa tiap masuk berdiri mulu, ga kuat Bambang buuu" Azra menyahuti teman sebangkunya itu sama kesalnya, sedangkan dua sahabatnya yang lain sudah tepar di tempat duduk masing-masing. Dan begitu juga sumpah serapah mengatas-namakan hewan sudah terjadi. Suasana kelas mendadak berubah menjadi kebun binatang.

···
"Tebak-tebak kenapa bumi bentuknya bulat?" Azra saat ini sedang berada di kantin bersama ketiga sahabatnya.

"Jangan mulai begonya" Sahut Rayna sewot, dia pusing sama pertanyaan-pertanyaan aneh yang di lontarkan Azra. Ya kali, who cares?

"Ya karna lo bulet Ra." Icha menyambung sambil terkekeh disusul Rayna dan Septy.

"Anjing emang lo pada." Maki Azra pada sahabat-sahabatnya itu. Yah, Azra sih sadar badannya gendut, tapi kenapa diperjelas! Azra kan jadi sensi.

Ketiga sahabatnya masih tertawa, sambil sesekali meminum minuman mereka. Diantara mereka memang Azra yang paling berisi. Berat badannya 66 tingginya cuma 158, gasalah kan kalo mereka bilang gendut?

"Lagian lo diajak lari aja banyak banget alasannya" Keluh Septy, yang disusuli anggukan oleh yang lain.

Azra hanya bisa melengos, dia emang malas banget olahraga sih.

"Iyaya, kapan ya gue kurusnya?" Azra bertanya pada sahabatnya dengan muka sedih.

"Kapan-kapan." Jawab ketiganya kompak.

Rasanya Azra pengen nendang mereka sampai ke ujung kulon. Punya sahabat kok begini amat.

···

"Permisi," ujar Pak Mahmud menginterupsi pelajaran yang sedang berlangsung di kelas Azra. Pak Mahmud lalu masuk bersama seorang cowok, Azra mengenal lelaki itu, karna termasuk kedalam kategori yang sering diperbincangkan para kaum hawa di sekolah.

Azra memperhatikan kedua gurunya berbicara, sedangkan anak itu diam dengan tampak sengaknya. Untung saja tugas nya udah selesai, jadi dia bisa kepo kenapa anak itu dibawa ke kelasnya, sampai suara Pak Mahmud menjawab pertanyaan yang ada di benaknya.

"Mohon waktunya sebentar anak-anak, Bapak kesini buat nganterin penghuni baru di kelas ini. Pasti kalian juga udah ada yang kenal, karna dia pindahan dari kelas lain. Bapak harap kalian bisa membantu dia mengubah tingkah lakunya."

Semua anak-anak diam mendengar apa yang disampaikan oleh Pak Mahmud. Sedangkan anak itu keliatan jelas sedang menahan bosan. Di sekolah mereka, memang diperbolehkan seorang siswa dipindahkan dari kelasnya ke kelas lain, dengan alasan tertentu. Tapi biasanya hal pemindahan kelas sering terjadi diawal semester kelas sebelas seperti saat ini.

Setelah Pak Mahmud keluar kelas, suasana kelas kembali kondusif. Walaupun masih ada yang penasaran dengan dia.

Azra sendiri tidak peduli, tapi anak cowok itu duduk tepat di belakang kursinya. Ia melirik kebelakang sekilas,

Rafin Andriansyah

Rafin. Nama anak cowok itu Rafin.

¤¤¤¤

08 April 2017

Pacarku (Enggak) GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang