"Mamaaaa... Maaa" Azra terus menerus memanggil mamanya, rumahnya kelihatan sepi. Kemana ibu dan kedua adiknya pergi?
"Mama pergi mbak." Bude Diah, orang yang bantu mama datang dari arah berlawanan.
"Kemana bude?" Tanya Azra sambil melepas sepatunya.
"Ndak tau, tadi pamitnya pergi sama adik-adik."
"Oh yauda bude, makasihya."
Azra lalu menaiki lantai dua menuju kamarnya.Setelah mengganti seragam sekolahnya menjadi pakaian rumah, Azra langsung menghempaskan tubuhnya ke atas kasur.
Pikirannya menerawang ke pembicaraan nya dengan Putri disekolah tadi.
"Ra, gue gendut ya?" Tanya Putri padanya saat mereka sedang permisi ke kamar mandi.
"Enggak ah, udah pas itu." Azra menjawab jujur, karna memang Putri memiliki badan yang ideal, apalagi Putri tinggi.
"Tapi pipi gue tembeman tau." Keluh nya lagi.
"Gak, lo gak gendut kok." Azra menjawab dengan jengah.
Sesampainya mereka dikelas, Putri masih terus menanyakan hal yang sama ke semua teman yang ada di kelasnya. Azra memutar bola matanya jengah.
Ni orang gatau bersyukur banget, gue yang beneran gendut aja gak hebring gitu.Tapi tidak hanya Azra yang merasa jengah, ketiga sahabatnya yang lain juga saling melempar tatap,
Iuh banget ni orang.Azra hanya tidak habis fikir, kok ada gitu orang yang udah cantik, mulus, tapi tetap aja ngeluh inilah itulah. Mereka gak ngeliat apa, disini ada orang yang gendutnya ngelebihi mereka, yang harus nahan lapar mati-matian biar kurus, yang harus minder tiap kali liat cewek yang cantiknya kebangetan, yang harus diam-diam suka sama cowok tapi minder karna ngerasa jelek.
Azra hanya menghembuskan nafasnya berat, lalu ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju benda petak di sudut kamarnya.
"Ini kenapa nambah dua kilo?!" Kesalnya, dua minggu ini Azra cuma makan sekali doang sehari demi berat badannya turun. Eh ini malah naik, Azra jadi kesel setengah mampus, usaha nahan makannya sia-sia!
"Ah mampus, bodo amat! Mau gendut mau gak, hidup-hidup gue, yang gendut gue, terserah ya mau ada cowok yang suka kek gak kek, gue ga peduli!"
Kalau Azra lagi kesel, obat nya ya cuma tidur.
····
"Kok tumben makannnya banyak wkwkwk." Adiknya yang nomor dua mengejeknya di meja makan, namanya Arif manusia terngeselin di dunia yang merangkap menjadi adik dari seorang Azra. Mereka hanya beda setahun, untunglah Arif lebih milih masuk ke SMK buat nerusin hobinya di komputer.
"Diam!" Azra berseru galak sambil menjolokkan garpunya ke hadapan Arif. Sedangkan Arif dan Wildan hanya terkikik.
"Pantang kalau lagi makan itu berantem." Peringatan dari ibunya langsung membuat ketiga bersaudara itu diam.
Setelah selesai makan, Azra langsung menuju kamarnya. Ia membuka applikasi line lalu membalas chat dari teman-temannya, kemudian ia melihat grup kelas.
Oh ternyata si anak baru udah masuk grup.
Setelah itu ia menggeser layarnya ke tampilan timeline.
Sedang asyik menscroll, tiba-tiba ada notif dari grup masuk.
Isinya berupa pap dari teman cowoknya, Azra melihat foto itu diam-diam. Ia menghembuskan nafasnya diam-diam. Dadanya sesak, pap nya bukan hanya berisi wajah cowok itu. Tapi, bersama cewek yang Azra kenal sebagai pacarnya.Ini resikonya suka dalam diam.
Sakitnya juga diam-diam.
Cuma bisa natap diam-diam.
Nangisnya juga diam-diam, hehe.···
Aku mau ngucapin makasihh kali buat Asaa yang udah bikinin cover nyaa hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacarku (Enggak) Gendut
Teen Fiction"Kalau kau mencintai manusia karna fisik, bagaimana caranya kau mencintai Tuhan yang tidak berupa?" Azra menyumpah timeline oa yang baru saja terbaca olehnya. Kalau memang benar begitu, mengapa setiap cowok yang ia suka selalu mengeluhkan tentang fi...