lima

340 30 3
                                    

"Lo?!" teriak Azra dan Rafin bersamaan. Rafin saat ini sedang berada di rumah sahabat ibunya. Tapi Rafin juga ga nyangka kalau ia akan bertemu Azra di rumah sahabat ibunya ini.

"Mm, lo anaknya sahabat nyokap gue?" Azra membuka suara terlebih dahulu.

"Ya menurut lo gimana?" Rafin menjawab seraya menggedikkan bahunya.

"Yeu, anju gue serius."

"Gue juga serius. Eh toilet dimana deh gue jadi lupa gara-gara ketemu lo nih", Rafin memegangi masa depannya tanda ia sudah sangat tidak tahan untuk membuang air kecil.

"Tuh, dibelakang lo" Azra menjawab, sambil mengambil air minum dari dispenser, tujuannya ke dapur memang untuk mengambil air minum karna dirinya haus, tapi dia tidak menduga kalau akan bertemu Rafin yang ternyata adalah anak dari sahabat ibunya. Dunia sempit banget ternyata.

Setelah selesai mengambil minum untuk dirinya, Azra kembali ke ruang makan yang sudah ditempati oleh ibunya, adik-adiknya dan juga keluarga sahabat ibunya.

"Azra sini, salam om sama tante. Om sama tante ini sahabat mama dulu." Ibu Azra menyuruhnya untuk menyalim orangtua Rafin.

"Eh iya tante, om"

"Wah Azra udah gede ya sekarang," Azra hanya tersenyum manis, "satu sekolah sama Rafin ya Zra?" Tanya ibu Azra lagi. Azra hanya mengangguk patuh.

Ternyata pertemuan makan malam ini untuk membahas rencana kerja sama orangtua Rafin dengan Ibunya Azra.
Azra bener-bener bosan mendengar percakapan ibunya dengan orangtua Rafin, mana ngerti dia hal-hal yang begituan. Ia juga melihat kedua adiknya menguap malas, hahaaha ternyata bukan dia saja yang bosan.

"Em, semuanya, Rafin keluar dulu ya mau nyarik angin di taman belakang"

"Loh itu ajak juga lah si Azra" sahu ibu Rafin

"Iya kalian ini papa perhatikan ga pernah ngobrol dari tadi, padahal satu sekolah ya ma ya," Azra tersenyum canggung, begitu pula dengan Rafin.

"Yaudah sana kak sama Rafin"

Azra patuh mendengar perintah
ibunya.

*******

Dua anak manusia itu terdiam selama beberapa saat, sebelum salah satunya membuka suara.

"Ehem, hehehehe kok diam aja sih" kata Rafin dengan cengiran khasnya, ia menatap pada gadis disampingnya itu, sedangkan Azra hanya diam memandang langit, "Ndut, elah diam mulu lo, gua berasa sendiri anjir"

"Apaan, bising"

"Lah si gendut, lo ga denger apa kata bokap tadi, kita itu harus ngobrol"

"Gue bingung mau ngobrolin apa, padahal gue ini banyak omong lo"

"Heh dianya nyadar ternyata"

"Maksudnya apatuh"

"Ya itu, lo sadar juga ternyata lo bawel"

"Kambing lo. Eh gue masih kesel ya sama lo"

"Kesel ngapa, emang gue salah apa"

"Yang lo marah di kelas, waktu gue ribut sama temen gue"

"Yaa itu mah emang salah lo kali, lagian gue lagi tidur pake segala bising"

"Ya tapi jangan marah-marah gitu dong"

"Yaudah maaf deh"

"Nah gitu lah minta maaf hihihi"

"Hih, dasar cewek."

Malam itu ditemani malam, bulan, dan bintang, Azra sadar kalau Rafin ga seburuk yang difikirkannya.

*********

Im sorry to being late.
See you soon and enjoy

Tertanda,
Zahra

Pacarku (Enggak) GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang