Papat

341 32 1
                                    

Saat ini Azra, Septy, Dion dan Rafin sedang mengerjakan tugas kelompok yang di berikan.

Mereka diberi tugas untuk menganalisa dan menyunting penggunaan kata yang salah. Septy yang nulis, sedangkan yang lain mulai menyunting teks tersebut.

"Loh Raf, ini tulisan Bogornya bukannya huruf kecil?" Tanya Azra.

"Coba liat punya lo Yon," Rafin mengambil buku tulis Dion lalu melanjutkan, "Tuhkan si Dion aja huruf b nya huruf gede. Dimana-mana kalo nama makanan yang diikuti sama nama tempat ya nama tempatnya huruf gede. Jadinya asinan nya a nya huruf kecil, bogornya b nya huruf gede."

"Kok gitu, harusnya semuanya huruf kecil dong." Azra masih berkeras mempertahankan pendapatnya.

Rafin mengeluarkan handphonenya, lalu mencari kebenaran tersebut di google.

"Nih lo liat, b nya huruf gede bukan huruf kecil." Rafin menyodorkan layar handphone nya ke arah Azra.

Azra nyengir kuda mengetahui kesalahannya. Sedangkan Septy dan Dion sudah terkikik menahan tawa. Huft awas aja mereka

"Hehe iyaya gue salah ya" 

"Gendut boleh, bego jangan."

Cubitan keras mendarat di lengan Rafin, membuat anak cowok itu terkekeh sambil meringis juga.

····
Azra membuka kotak bekalnya, hari ini ibunya membawakan nasi goreng untuknya. Sahabat-sahabatnya yang tidak membawa bekal langsung ngacir ke kantin untuk mengisi perut. Sebenarnya Azra diajak, hanya saja ia sedang malas keluar kelas.

"Bawak apa?" Suara Rafin mengaggetkan Azra yang sedang makan.

"Ngaggeti aja sih." Azra mengelus dadanya. Lagian ngapai sih Rafin nanya-nanya?

"Bagi dong" tanpa babibu Rafin langsung menyambar tempat bekal Azra, membuat cewek itu kaget.

"Hm enak, besok-besok kalo buat lagi gue nitip ye hehehehe"

Azra masih menghilangkan rasa aneh ketika melihat tingkah Rafin. Bekalnya sudah tinggal seperempat sekarang. Rafin sendiri sudah ngeluyur pergi keluar.

Sedang asyik memakan bakalnya, sambil bersenandung kecil, tiba-tiba Icha datang tergesa-gesa dengan raut wajah yang campur aduk.

"Azraaa.. Raa cepettt cepett huh huh huh" Icha berbicara dengan nafas yang tidak terkontrol. Azra berdiri dengan raut wajah bingung.

"Kenapa? Ada apa? Pelan-pelan ngomongnya"

"Ituu si Septyy, Septy dilabrak sama Celin. Parah pokoknya makanya cepet ayoo ke sanaa"

"Loh kok bisa?"

"Panjang ceritanya, uda ayo buruan"

"Utang penjelasan lo!"

Bagi Azra melukai sahabatnya sama artinya dengan melukai dirinya.

Azra tidak bisa diam saja kalau berhubungan dengan orang-orang yang disayanginya.

Sesampai di kantin, suasana sudah ricuh tidak terkendali.
Azra meringis melihat Septy yang udah nangis dengan rambut acak-acakkan, sedangkan Rayna sudah menahan geram tapi gabisa berbuat apa-apa selain menenangkan sahabatnya itu. Makanya ia menyuruh Icha memanggil Azra, karna cuma Azra yang bisa melawan bacotnya Celin.

"Maksud lo apa giniin temen gue?" Suara Azra pelan, tapi dingin. Menusuk.

"Eh lo gausah ikut campur ya!" Celin menunjuk-nunjuk dirinya dengan arogan. Ini cewek bar-bar banget, batin Azra.

"Jadi urusan gue, kalo yang lo usik itu temen gue"

"Eh lo mending diem deh kalo gatau apa-apa! Lo tanya aja temen lo itu, jadi cewek jangan ganjen!"

Azra tahu darimana puncak kemarahan Celin ini berasal.

"Ohh jadi ini karna cowok yaa ohh, mendingan lo tanya deh sama cowok lo siapa yang ganjen. For your information aja, Adit luan yang deketi Septy"

"Hahahaha gamungkin ya! Mulut lo gausah busuk!"

"Mulut sama kelakuan lo yang harusnya dijaga. Anak sekolah tapi mainannya labrak-labrakkan. Sekolah, gayanya yang dibanyakin. Taunya otaknya nol. Lo kira lo yang paling bagus gitu?" Azra makin menyudutkan Celin ke tembok. Batas kesabarannya habis.

"Kenapa jadi lo yang nyolot." Azra tahu, Celin sudah mulai terintimidasi.

"Jelas gue nyolot, kalau yang lo ganggu itu temen gue. Harusnya lo yang intropeksi kenapa bisa cowok lo sampe main belakang. Atau emang cowok lo aja yang brengsek." Kata-kata Azra semakin menusuk.

"Sekarang lebih baik lo pergi deh."

"Awas lo ya!"

"Lo yang awas."

····

"Udah berapa kali gue sama yang lain ngasih tau Sep, jangan diladeni si Aditnya. Udah tau dia ada anjingnya."

Mereka sudah berada di kelas sekarang. Untunglah, Bu Rina guru kimia mereka tidak masuk karna ada urusan.

Icha dan Rayna membetulkan rambut dan baju Septy yang acak-acakkan. Septy sudah berhenti menangis, walaupun matanya masih bengkak.

"Gue ga pernah ngeladenin dia lagi Ra. Gue juga gatau, tiba-tiba aja si Celin datang trus ngegas gue. Gue terlampau kaget makanya cuma bisa diem"

"Harusnya lain kali lo lawan ya, jangan mau-maunya ditindas gitu"

····
Rafin melihat semuanya dari tempat duduknya sampai kejadian dikantin tadi pun Rafin melihatnya. Ia salut bagaimana Azra melindungi teman-temannya. Ia bukan tidak tahu siapa Azra. Cewek itu cukup terkenal di sekolahnya, karna Azra memang humble dan banyak kawan.

Dulu di kelas lamanya, Rafin selalu mendengar teman-teman ceweknya memanggil-manggil Azra ketika cewek itu lewat di depan kelas.

Ia memang lebih gampang mengingat Azra daripada semua temen cewek di kelas barunya. Azra yang ketawaknya paling gede, yang selalu ngejawab pertanyaan guru, yang selalu mendominasi, terlebih cewek itu duduk di depannya. Bagaimana dia gak kenal?

···

Rafin merebahkan tubuhnya ke sofa. Ia lelah sekali hari ini. Les, latihan dan lainnya. Ibunya membawakan jus pokat kesukaan Rafin.

"Nah bang minum jusnya"

"Makasih maa" Rafin meneguk minumannya dengan sekali tegukan.

"Yauda kamu ganti bajunya dulu, itu mama udah masak"

"Siaap boss"

Rafin mengambil tempat di depan abangnya. Tumben abangnya itu ada di rumah.

"Kamu ga buat ulah kan di sekolah?" Pertanyaan itu dilontarkan oleh ayahnya.

"Ulah gimana, aku anak baik gini"

"Banyak gaya lo"

"Lah abang kagak percaya amat hahahahahahaha"

"Yah bagus kalau kamu emang ga buat ulah, mama gamau ya dipanggil lagi kayak kemaren-kemaren karna ulah kamu" kini mamanya ikut menimpali, sambil menuang air di gelas suaminya.

"Anak cowok buat ulah biasa ma" ayahnya mengedipkan matanya ke arah Rafin, membuat ketiga cowok itu tertawa. Ibunya hanya bisa melengos meliat ketiga lelaki kesayangannya itu.

"Oiya jangan ampe lupa loh, besok kita makan malam di rumahnya sahabat mama. Pokoknya Reza sama Rafin harus ikut"

"Ayay captain!" Seru abang beradik itu berbarengan.

****

Jangan lupa tinggali jejak♥

Pacarku (Enggak) GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang