Telu

387 34 2
                                    

Azra merasa ada yang menoelnya dari belakang. Ia menoleh, ternyata pelakunya si anak baru.

"Minjem pulpen dong hehe." Ia nyengir. Kebiasaan, keluhnya dalam hati. Pulpen yang semalam aja belum dibalikin.
Azra lalu merogoh kotak pensilnya untuk mencari pulpen yang diminta Rafin.

"Nih. Inget ya dibalikin, awas enggak!" Ancam Azra sewot, Rafin hanya terkekeh.

"Iya ndut."

"TABOK NIH."

···
"Ih curang curang, kok gue kalah mulu." Septy mengeluh, sekarang mereka sedang freeclass, surga dunianya anak SMA. Karna bosan gak tau mau ngapain, jadilah mereka berempat main ular tangga yang memang sengaja dibawa dari rumah oleh Icha. Sementara di pojok belakang ada segerombol anak cowok yang sedang nonton video, ada juga yang pergi ke kantin seperti Andira cs, ke kamar mandi, dan ada yang tidur. Seperti yang dilakukan Rafin saat ini. Anak cowok itu tidur dengan earphone di telinganya.

"Lah kok pada nyalahin kita. Udah nasib kali, sini coret lagi hahahahahahahaha" Rayna sudah siap dengan spidol di tangannya. Icha dan Azra tertawa melihat keusilan sahabatnya itu, sedangkan Septy hanya bisa pasrah. Poor Septy.

"Ih gue dong gantian" Ujar Azra mengambil alih spidol dari tangan Rayna. Azra lebih parah, ia menggambar kumis di wajah Septy tidak lupa dengan gambar-gambar aneh lainnya. Hal tersebut memancing teriakan nyaring dari Septy ketika melihat kaca, wajahnya seperti badut ancol.

Mereka bertiga tertawa puas dengan kerjaan mereka, tapi mereka tidak menyadari ada seseorang dibelakang yang terganggu tidurnya.

Rafin mendengus, suara keempat gadis itu membuat tidurnya tidak nyenyak, apalagi suara Azra yang paling mendominasi. Rafin kesal, ia sangat memanfaatkan waktu free class ini untuk tidur.

Ia berteriak dari tempat duduknya, tapi tetap tidak digubris

"WOI, TOGE-TOGEAN BERISIK BANGET! LO PADA BISA DIAM GAK?" Sontak, semua anak terdiam, terlebih lagi Azra cs karna mereka tau, untuk siapa kemarahan Rafin itu ditujukan.

Rafin keluar kelas dengan wajah yang menahan kesal.

"Lo sih berisik."

"Lah kok gue sih, yang lain pada berisik juga kali."

"Tapi dari tadi emang kita yang paling berisik."

"Uda deh gausa main salah-salahan, tuh anak aja emang yang baper. Kalo mau sepi sono noh di hutan!"

Mood Azra tiba-tiba memburuk.

····
Fikiran Azra sedang kacau, suasana hatinya sedang tidak baik. Jadilah ia melajukan mobilnya ke arah resto langganannya.

Bellizia resto & Shop,  selalu menjadi andalan Azra ketika cewek itu stress, jangan diharap kalau lagi stress begini ia kehilangan selera makannya seperti kebanyakan orang. Ia malah berbeda, nafsu makannya malah tambah besar, yah daripada dia ngamuk pengen makan orang mendingan dia makan banyak kan?

Azra menempati meja makan paling pojok dekat jendela, sehingga ia bisa melihat jalanan kota dari dalam resto. Rintikan hujan membuat kaca resto itu basah, suasana begini yang paling bisa bikin Azra bisa mengontrol emosi nya kembali.

Lalu ia memanggil pelayan untuk memesan makanan nya, makanan untuk dua orang lebih tepatnya. Azra emang gini kalau lagi gundah gulana.

Sambil menunggu pesanannya datang,  ia mengarahkan pandangannya ke arah jendela, menikmati suasana dingin dan hujan di luar. Ia teringat dengan kejadian yang membuat dadanya sesak.

Beberapa bulan ini, ia sedang dekat cowok dari sekolah lain. Ia mengenal cowok ini dari BBM. Ia ingat sekali cowok bernama Haris itu yang memulai chat dengan dirinya ketika ia mengganti  display picture BBM. Obrolan mereka berlanjut hingga ke line, Azra merasa nyaman dengan Haris.
Menurut Azra, Haris gak seperti kebanyakan cowok yang bisa membuat dirinya ilfeel sendiri.

Sampai semalam, Azra berjumpa dengan Haris untuk pertama kalinya. Haris manis tentu saja, tapi masalahnya ada pada dirinya.

Azra tahu kalau Haris mencoba menutupi keterkejutannya akan badannya yang gendut. Azra hanya bisa tersenyum miris dalam hatinya. Lalu, Haris berkilah bahwa mereka tidak bisa jalan dengan alasan harus menjemput adiknya.

Lalu setelah Haris pulang, sampai detik ini. Cowok itu sama sekali tidak memberi pesan pada Azra. Azra tahu, postur badannya yang gendutlah alasan cowok itu tidak mengiriminya pesan lagi setelah pertemuan siang itu. Ketika Azra melihat status line Haris, sudah tertera nama cewek lain disitu. Mungkin itu cara Haris untuk membuatnya mundur secara teratur.

Azra tidak menangis. Tapi hatinya sesak, seperti ada yang menghimpit dadanya. Selalu seperti ini dari dulu, memangnya siapa yang mau punya badan jelek seperti ini? Memangnya gendut itu sebuah kesalahan?

Ternyata memang benar, penilaian seseorang selalu pertama kali dilihat dari fisiknya.

····
Azra memakan makanannya dengan lahap. Kelezatan makanan-makanan ini mampu membuat moodnya membaik.

Oleh sebab itu, Azra menjadikan tempat ini sebagai langganannya. Ia juga sering mengajak teman-temannya makan disini.

Azra yang kepo pernah iseng nanya ke pelayannya, siapa sih sebenarnya yang masak semua ini. Terus jawaban si pelayan adalah yang punya resto ini sama anak laki-lakinya.
Azra makin kepo pengen tau siapa anaknya, kok bisa anak cowok masak seenak ini. Cuma pertanyaan itu hanya sampai di lidah Azra karna dia mulai malas ngeliat muka pelayannya yang kayaknya bete ditanya-tanyai.

Tapi Azra ga pernah tau, ada seseorang di balik pintu sana yang  tersenyum melihat Azra yang selalu lahap menikmati makanannya.

···

Makasih buat salsabila andhira untuk cover storynyaa♥

Pacarku (Enggak) GendutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang