Matahari telah memancarkan sinarnya melalui celah-celah jendela, membuat tidur nyenyak Putri terganggu. Putri sangat malas untuk bangun, ia pun menarik selimut dan akan melanjutkan tidur nyenyaknya, serta melanjutkan mimpinya yang belum selesai.
Laras yang kini tengah berdiri di ambang pintu, hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan puteri bungsunya tersebut.
"Put, bangun." panggil Laras.
"Hmm," jawab Putri tanpa membuka matanya.
"Putri, bangun." panggil Laras sekali lagi seraya menggoyang-goyangkan tubuh Putri agar segera bangun.
"Hmmmm," Putri masih tidak membuka mata seraya menarik selimut sampai menutupi wajahnya.
"Putriii, bangun!" teriak Laras yang membuat Putri melompat dari tempat tidurnya.
"Ih Mama," ucap Putri dengan wajah yang begitu lesu.
Laras berdecak kesal, "Kamu ini, di bangunin juga. Sana liat jam berapa sekarang!"
Putri yang mendengar perintah Laras segera mengambil jam wekernya yang berada di atas nakas. Wajah Putri berubah pucat ketika melihat jam weker di tangannya telah menunjukkan pukul tujuh pagi.
"Mama kenapa nggak bangunin aku dari tadi sih. Inikan hari pertama aku ikut MOS. Kalau nanti aku di hukum, emangnya Mama mau tanggung jawab? Enggak kan," keluh Putri yang kemudian berlari kebingungan mencari handuknya yang entah kemana.
"Enak aja kamu malah nyalahin Mama, makanya kalau tidur jangan kaya kebo. Cantik-cantik, tidur kok kaya kebo!" cibir Laras.
Putri memutar bola matanya mendengar ucapan Laras, "Iya deh, salah lagi aku. Dimana-mana Mama selalu benar." ucap Putri sembari mengerucutkan bibirnya.
Laras yang melihat tingkah puterinya pun terkekeh, "Mulut kaya bebek aja bangga!"
"Gini-gini kan produksi Mama. Mama protes aja sama Papa!" balas Putri sembari berlari menuju kamar mandi.
Laras menggelengkan kepala melihat kelakuan puterinya tersebut, "Dasar, punya anak kok gini amat ya?" keluh Laras kemudian berjalan keluar dari kamar Putri.
***
Selesai mandi dan setelah semuanya di rasa siap, Putri segera berangkat ke sekolah di antar oleh Laras. Berkali-kali Putri mengecek jam yang melingkar di tangannya.
Sesampainya di sekolah, Putri segera berlari memasuki gerbang. Namun keringat dingin turun di wajah Putri saat ia melihat seluruh siswa dan siswi tengah berkumpul dan berbaris di lapangan.
Putri melihat hal tersebut segera berlari dan memasuki barisan yang tidak ia ketahui barisan apa. Yang jelas ia tidak mengenali siapapun di sini. Semuanya terlihat asing baginya.
Putri bernapas lega karena tak ada yang memarahinya ataupun menyuruhnya pergi dari barisan ini. Sampai—
"Hey kamu!" teriak seorang ketua OSIS yang tengah berdiri di tengah barisan seraya menunjuk ke arah Putri.
Seluruh mata pun menatap Putri bagaikan pemenang Miss Indonesia. Ralat! yang benar seluruh mata menatapnya bagaikan maling yang baru saja tertangkap oleh warga.
Putri menarik napas panjang untuk menghilangkan rasa gugubnya, "A-aku Kak?" tanya Putri sembari menunjuk dirinya sendiri. Ia sangat takut ketika melihat tatapan mematikan yang ketua OSIS tersebut berikan.
"Iya! Kamu pikir siapa? Kenapa kamu bisa telat? Di rumah kamu nggak ada jam? Dan kenapa kamu masuk barisan OSIS? Mau jadi senior? " cerocos ketua OSIS tersebut membuat Putri pusing sebelum menjawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEED YOU [TELAH TERBIT]
أدب المراهقين[Telah dibukukan! Tidak tersedia di Gramedia] Ketika hati saling membutuhkan, raga tak lagi tersatukan. -------------- Hari itu Putri melaksanakan kegiatan MOS pertamanya. Putri yang selalu bangun kesiangan membuatnya harus melaksanakan hukuman kar...