Chapter 4

2.6K 180 8
                                    

Putri tampak sibuk mencari buku fisika-nya yang hilang, ia sudah mencoba mencarinya mulai dari lemari belajar sampai lemari pakaian. Namun tetap saja belum ia temukan.

"Woy, Put! Lama amat sih, Buruan ngapa!" teriak Putra dari luar kamar Putri. Putra sengaja mengantarkan Putri agar bisa bertemu dengan Susan. Putra dari dulu memang suka menggoda teman-teman Putri, terutama Susan.

"Sabar dikit ngapa! Gue lagi nyariin buku gue yang ilang nih." balas Putri tak kalah kuat.

Namun saat Putri membalikkan badannya, ia melihat buku fisika-nya tergeletak di atas kasur, ia hanya menepukkan jidatnya dan meraih buku tersebut untuk di masukkan ke dalam tasnya.

Putri keluar dari kamarnya dengan senyum yang terpancar di sudut bibirnya, namun senyum itu hilang saat ia melihat Putra berdiri di hadapannya dengan bau parfume yang begitu menyengat.

Putri menutup hidungnya rapat-rapat, "Lo pake parfume berapa botol sih? Kok nyengat banget bau nya?"

Putra mendengus, "Nyengat-nyengat, lo pikir lebah! Udah buruan jalan, kelamaan sih lo." ucap Putra sambil menarik tangan Putri agar segera jalan.

***

"Gue nggak mau tau ya kak. Pokoknya lo harus turunin gue di seberang jalan sebelum gerbang sekolah. Gue nggak mau lo tebar pesona sama temen-temen gue." tegas Putri.

"Iya iya bawel banget sih. Seharusnya lo itu bangga punya kakak kaya gue yang gantengnya nggak ketulungan." puji Putra pada dirinya sendiri.

Putri memutar bola matanya dengan malas, "Pede banget sih lo. Pantes aja nggak ada cewek yang berani deketin lo, lo nya aja kecentilan." cibir Putri.

Putra menaikkan sebelah alisnya, "Apa lo bilang? Oh yaudah kalau gitu gue turunin lo di depan gerbang aja. Kalo perlu di depan semua temen-temen lo." ancam Putra.

"Iya iya gue minta maaf, turunin gue sekarang." ucap Putri saat mereka sudah sampai di seberang jalan dekat sekolah Putri.

Putra akhirnya menghentikan laju mobilnya. "Gue nggak akan bukain pintu buat lo, sebelum lo bilang kalo gue makhluk paling ganteng." ancam Putra yang mau tak mau harus Putri turuti.

"Oke, tapi bukain pintu dulu buat gue." Putra pun mulai membukakan pintu untuk Putri. Kemudian Putri turun dari mobil Putra.

Putri menarik nafas dengan perlahan, "Makasih ya kakak gue yang paling gue sayang. Gue akui lo itu makhluk paling ganteng—" Putra pun mulai merasa bangga.

"Tapi di hutan." lanjut Putri sambil berlari menuju sekolahnya.

"Anjirr, Adek durhaka lo Put!" teriak Putra ketika Putri sudah berlari cukup jauh.

***

Putri menyusuri koridor dengan headset yang menyumpal di telinganya dan sebuah buku yang terbuka rapi di atas kedua tangannya, mulutnya seakan membaca mantra yang terdapat pada buku tersebut.

Rupanya Putri sedang tidak menghafalkan mantra, melainkan sedang mencoba menghafal puluhan bahkan ratusan rumus-rumus fisika yang tertulis rapih dalam bukunya. Dari semalam Putri sudah mencoba menghafalkan rumus-rumus tersebut, namun tetap saja tidak ada yang ia ingat.

"Putri!" teriak seseorang yang Putri yakini adalah Susan. Putri menghentikan langkahnya guna menunggu Susan sampai di hadapannya.

Susan berhenti tepat di hadapan Putri dan mulai mengatur nafasnya, "Put gue tadi liat mobil kak Putra di sebrang jalan. Lo tadi anterin sama kak Putra?"

"Iya." jawab Putri dengan entengnya.

Susan mengerutkan keningnya, "Kok lo nggak bilang-bilang sih kalau kak Putra pulang ke Indonesia?"

NEED YOU [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang