Chapter 2

3.7K 223 67
                                    

Akhirnya kegiatan MOS telah selesai, hari yang di tunggu pun tiba. Hari di mana seluruh siswa SMA MERDEKA menjalani kegiatan belajar mengajar tanpa ada kegiatan MOS.

Putri yang berangkat di antar oleh Laras, terlihat berlari kecil menuju ruang tata usaha untuk melihat di mana kelas yang akan ia tempati nanti.

"Putri!" teriak suara yang sudah tak asing bagi Putri.

Putri mengarahkan pandangannya ke sumber suara, "Susan? Lo baru berangkat? Tumben, biasanya lo kalo sekolah berangkatnya pagi banget. Apalagi sekarang pembagian kelas, emangnya lo nggak takut tuh nggak kebagian bangku?" ucap Putri dengan nada meledek kepada gadis yang bernama Susan.

Susan mendengkus, "Eh lo ngeledek ya? Itu kan dulu Put waktu masih SD. Udah yuk kita langsung ke ruang TU, udah siang nih." ucapnya sembari menarik tangan Putri.

"Iya-iya, santai aja kali San," ucap Putri sambil mengikuti langkah Susan.

Sesampainya di ruang tata usaha, Putri dan Susan langsung mencari namanya dan ternyata Putri dan Susan satu kelas, tepatnya kelas X3.

"Yah males deh gue sekelas lagi sama lo, perasaan dari TK lo sama gue satu kelas mulu. Bosen deh gue liat batang idung lo terus Put," ledek Susan membuat Putri terkekeh.

Tak terasa bel masuk sekolah pun di bunyikan. Seluruh siswa-siswi SMA MERDEKA langsung menuju ke kelasnya masing-masing.

Saat mereka melangkahkan kakinya menuju kelas, wajah Putri tiba-tiba pucat.

"Waduh San gue mules banget nih, gue ke toilet dulu ya. Lo langsung ke kelas nggak papa deh, entar gue nyusul."

"Oke deh Put, kalo gitu gue duluan ya."

"Iya. Eh San, jangan lupa milih meja nomor satu ya!" teriak Putri lalu segera menuju ke toilet dengan terburu-buru.

Bugh!

"Awww," rintih Putri.

Ternyata tanpa Putri sadari, ia telah menabrak seseorang.

Putri bangkit dan menaikkan pandangannya, ia sedikit menaikkan sebelah alisnya. Rupanya ia telah menabrak Damar, orang yang telah menghukumnya kemarin.

"Lo lagi, lo lagi. Kenapa sih lo selalu cari gara-gara sama gue. Lo sengaja nabrak gue biar bisa ngomong sama gue kan? Dasar cewe mesum! Nggak ada hal lain apa, selain cari gara-gara sama gue?" ucap orang tersebut.

"Kok lo malah nyalahin gue sih? Lo itu yang jalan nggak liat-liat. Makanya mata tu di pake!"

"Seharusnya elo tuh yang matanya di pake!" balas Damar tak mau kalah.

Putri terlihat menggaruk-garukkan kepalanya yang sama sekali tidak terasa gatal. "Kakak ini sakit apa gimana ya? Kemaren manggilnya saya-kamu, sekarang elo-gue, jangan-jangan besok ane-ente. Hahaha,,"

Damar membulatkan matanya mendengar ucapan Putri. "Nggak ada yang lucu!" bentak Damar membuat Putri diam seketika.

Tiba-tiba suasana menjadi hening.

"Putri," terdengar suara yang membuat Putri dan Damar menoleh ke sumber suara.

"Kak Darel?" ucap Putri.

Ya! Itu adalah Darel, orang yang selama ini dekat dengan Putri. Putri pun memiliki rasa yang besar kepada Darel, namun sayangnya sampai saat ini Darel belum juga meminta Putri untuk menjadi pacarnya.

"Lo ngapain di sini? Kan bel udah bunyi. Lo gak di apa-apain kan sama Damar?" tanya Darel.

Belum sempat Putri menjawab, Darel menatap Damar dengan tatapan tajam, "Lo apain Putri?"

NEED YOU [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang