Pemenang (chap 7)

2.3K 375 40
                                    

Ranpo berjalan menuju rumahnya, ketika dia sudah di dekat rumah, dia mendapati seorang pemuda sedang melakukan tindakan aneh di rumahnya, seperti maling.

"Apa yang kau lakukan Dazai?" Tanya Ranpo dan Dazai yang sedang berjongkok di depan pintu hanya menoleh dengan senyum bodohnya.

"Yo Ranpo," Ranpo memutar bola mata melihat Dazai yang penuh basa-basi itu.

"Jadi ada apa?" Ranpo bertanya sekali lagi.

Dazai langsung berdiri dan memberikan Ranpo sebuah buku, Ranpo hanya menaikkan alisnya bingung.

"Apa ini?" Tanya Ranpo yang membolak-balikan buku tanpa niat untuk membacanya.

"Lihat saja," ucap Dazai dan Ranpo melihat isi buku itu dan seketika dia langsung paham, lalu Ranpo melihat Dazai lagi.

"Kenapa buku ini bisa ada padamu?" Dazai hanya tersenyum miring dan membuat Ranpo tau apa jawabannya itu.

"Tidak perlu berterimakasih kepadaku anggap saja itu hadiah sebagai perjanjian kita pada waktu itu," kata Dazai dan membuat Ranpo menyeringai.

"Oh berarti kau mengaku kalah ya?" Pertanyaan ini membuat Dazai terdiam dan kemudian menghela nafas.

"Mau bagaimana lagi," Dazai hanya mengangkat bahu dan Ranpo hanya tersenyum puas dengan jawaban Dazai.

.
.
.
.

Flashback
.
.
.

"Dudududu," Dazai yang sedang sendirian di dalam agency hanya duduk di sofa sambil bersenandung dengan riang, tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan Ranpo yang terlihat masih menguap disusul [Yourname] dibelakangnya.

"Kau harus bisa bangun sendiri Ranpo-san," [Yourname] berkata dengan penekanan di kata terakhir.

"Kenapa begitu? Kan aku punya kamu," [Yourname] hanya mendecih tapi pipinya sedikit menghangat.

"Kamu harus mandiri," [Yourname] berucap sambil berkacak pinggang, Ranpo hanya duduk dan menguap menatap [Yourname].

"Ranpo-san!!" Ranpo hanya meringis.

"Iya," Ranpo berucap dengan ogah-ogahan. [Yourname] hanya tersenyum.

"Oi.. kalian tidak melihatku disini yang seperti menonton drama pagi?" Dazai berucap. [Yourname] hanya menatap Dazai lalu dia menjulurkan lidahnya.

"Makanya jangan jomblo," kata [Yourname] sambil tertawa. Belum sempat Dazai membalas pintu agency sudah kembali menjeblak terbuka dan memperlihatkan sosok Yosano dan Naomi serta Kyouka yang sepertinya terlihat seperti cemberut.

"[Yourname]-chan ikut kami yuk belanja," belum sempat [Yourname] menjawab dia sudah ditarik oleh Naomi.

"Ranpo-san aku pinjam [Yourname]-chan dulu ya," Naomi menarik [Yourname] keluar agency dan setelah itu pintu tertutup lalu seketika hening.

Ranpo yang melihat kejadian penculikan itu hanya menatap datar dan menelusupkan kepalanya ingin tidur.

"Ranpo-san," Ranpo yang ingin tidur kembali mendongak kearah suara Dazai.

"Bagaimana kalau kita buat sebuah permainan," kata Dazai dan Ranpo hanya menaikan alis.

Dazai menghampiri Ranpo dan berbisik seketika mata Ranpo yang sipit itu membulat.

"Aku tidak mau," Ranpo menolak.

"Kenapa? Takut ya?" Kata Dazai meremehkan.

"Aku tidak mau menjadikan seorang perempuan itu sebagai taruhan, apalagi itu [Yourname]," kata Ranpo. Dan Dazai hanya tersenyum.

"Berarti kau takut," Ranpo hanya memutar bola matanya, dalam hati dia merutuki si idiot Dazai, bisa-bisanya Ranpo di bilang takut.

"Yasudah, tapi kalau aku menang kau jangan menangis ya," kata Ranpo dan Dazai hanya tertawa.

"Baiklah," Dazai kemudian kembali ke tempatnya dan bersenandung dan Ranpo hanya menatap Dazai dengan pandangan yang sulit diartikan.

.
.
.

Flashback End
.
.
.

"Kau tau Dazai, sebenarnya aku itu bukan tipe yang mau berbagi sesuatu yang aku miliki," Ranpo berucap sambil bersandar pada pintu rumahnya, dan Dazai yang sedang berdiri di depannya hanya menatap Ranpo.

"[Yourname] adalah salah satu yang aku tidak mau bagi oleh siapapun termasuk pada dirimu," kata Ranpo.

"Lalu kenapa waktu itu kau menyetujuinya?" Dazai bertanya dan Ranpo hanya diam.

"Karena kaulah yang menyukai [Yourname] terlebih dulu," kata Ranpo yang membuat Dazai menatap kearah lain seolah-olah menutupi ekspresinya.

"Dedukasimu itu memang hebat," kata Dazai yang hanya memasang senyum khasnya. Ranpo hanya melihat Dazai dengan diam.

"Tapi sayangnya dia menyukaimu," Dazai bersuara lagi.

"Aku tidak bisa melakukan apa-apa," kata Dazai entah kenapa Ranpo jadi merasa bersalah.

"Kau harus ingat Ranpo, aku melakukan yang waktu itu hanya untuk melihat seberapa dalam dia mencintaimu," kata Dazai.

"Dan ternyata dia memang telah mencintaimu begitu dalam tanpa dia sadari," lanjut Dazai.

"Kau harus berjanji kepadaku jagalah dia, karena jika kau gagal biarlah aku yang menjaganya," ucapan Dazai membuat Ranpo hanya mengangguk.

"Serahkan padaku, tanpa kau bilang aku akan menjaganya dengan baik," ucap Ranpo dan Dazai hanya mengangguk.

"Ah satu hal lagi," Ranpo berucap tiba-tiba dan membuat Dazai menaikan alisnya.

"Kenapa aku menyetujui permainan itu karena..," Ranpo menggantungkan kalimatnya.
Dazai menatap Ranpo menunggu kalimatnya yang akan keluar.

"Karena seorang Edogawa Ranpo pasti akan menang,"

To be Continued

Mumpung ada waktu jadi update deh. Semoga bagus dan vote and comment di tunggu

With you (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang