Reuni (chap 2)

2.7K 462 203
                                    

Kamu melangkah memasuki sebuah restoran yang sudah di atur sedemikian rupa untuk acara perkumpulan remaja-remaja yang masih menginginkan gaya yang terkesan kekinian, entahlah, yang jelas kamu disini hanya sebagai penikmat dan akan mengakhiri ini semua dengan cepat.

"Ah [Yourname]-chan"

Kamu menoleh dan mendapati segerombolan teman perempuanmu yang pakaiannya sangat mewah dan enak di pandang dengan warna dresscode yang sudah di tentukan tapi sayangnya kamu merasa sangat jauh dari kata mewah dengan dress yang kamu pakai.

"Hallo," kamu menghampiri dengan langkah yang pelan lalu menyapa mereka dengan senyum yang di paksakan.

"Ah [Yourname]-chan cantik," kamu hanya tersenyum menanggapi beberapa temanmu yang berkomentar positif terhadapmu.

Lalu kemudian datanglah sekumpulan gadis yang di sebut genk atau apapun itu yang sekarang pakaiannya lebih mewah dan lebih nyentrik, kamu hanya memutar bola mata bosan melihat mereka.

"Ah hallo girls," itu sapaan dari ketua-ralat-sesepuh-ralat-orang yang berpengaruh dengan acara reuni ini, kamu mencoba mengingat nama anak itu, tapi ketika kamu sedang mengingat-ngingat, orang itu sudah menghampirimu bersama teman-temannya dan menatapmu dari atas dan kebawah seolah kamu adalah makhluk yang paling aneh.

"[Yourname]?" Tanyanya dengan alis yang terangkat, dan kamu hanya mengangguk, lalu kemudian dia hanya mendengus.

"Pantas saja ya, tidak berubah," ucapnya dengan wajah meremehkan. Kamu mencoba untuk sabar.

"Ya beginilah aku," ucapmu dengan senyuman dan di balas dengan sinis oleh orang itu.

"Lalu.. mana pasanganmu?" Tanyanya dengan pandangan masih meremehkan dan tatapannya seolah-olah orang-sepertimu-mana-punya.

Kamu hanya berbicara dalam hati untuk memperkuatmu agar tidak memukul wajah orang yang ada di depanmu ini.

"Ah dia mungkin agak sedikit terlambat," ucapmu yang terdengar tidak yakin mengingat respon Ranpo yang seolah-olah tidak mau datang ke acara ini.

"Ah begitukah?" Tanya orang itu dengan main-main.
"Atau mungkin kau tidak punya ya," ucapnya lagi dan di respon tertawa oleh orang-orang yang ada disitu, kamu hanya meremas dressmu.

"Sudahlah kamu hanya membuka kebohongannya saja, Yuri," ucap salah satu temannya itu kepada orang yang sedari tadi rasanya ingin kamu pukul wajahnya, dan kamu baru ingat namanya Yuri tapi sayangnya kamu juga malas mengingat nama itu.

"Jadi mana pasanganmu itu hm?" Tanya Yuri lagi dan kamu hanya menghela nafas, kamu melihat jam dan mendapati ini sudah lewat beberapa menit, kamu tadi juga sudah datang sedikit terlambat karena kamu sangat malas sebenarnya menghadiri acara ini.

"Jika kau tidak punya pasangan yasudah, aku memaklumi hal itu kok, ya.. mana maukan ada yang ingin sama kamu, atau mungkin kalau ada yang mau juga karena terpaksa atau kasihan ya," ucap Yuri sambil tertawa diikuti beberapa teman-temannya, dan kamu yang melihat itu rasanya sudah tidak tahan lagi.

Plakk

Itu suara kamu menampar pipi Yuri hingga pipi sebelah kiri dia memerah dan Yuri menjerit kesakitan dan kamu hanya memandang datar.

"Sialan kau," Yuri melangkah dengan cepat dan menghampirimu lalu dia bersiap ingin menamparmu

Grabb

"Tanganmu ini sangat mulus dan tidak baik di gunakan untuk menyakiti orang nona," ucap sebuah suara yang sangat familiar olehmu, kamu menoleh dan mendapati Dazai berdiri disampingmu dengan stelan jas yang membuatmu tercengang begitu juga dengan semua yang ada disana khususnya kaum wanita.

"D--dazai?" Tanyamu dan di balas olehnya dengan senyum.

"Maaf ya aku terlambat," ucapnya yang terdengar penuh penyesalan, semua yang disana termasuk Yuri yang tangannya sudah di lepas oleh Dazai hanya mengaga dengan ekspresi yang sangat membuatmu ingin tertawa tapi masalahnya adalah kamu bertanya-tanya mengapa Dazai yang datang?

"Oh ya perkenalkan namaku Dazai Osamu, pacarnya [Yourname]-chan," ucapnya dengan senyum yang merekah dan merangkul kamu dengan mesra.
Kamu terkejut mendengar pernyataan dari mulut si maniak bunuh diri ini.

Kamu menatap Dazai dengan ekspresi-kau-benar-benar-membuatku-sakit-kepala.
Tapi Dazai hanya tersenyum main-main.

"Maaf ya minna-san sebenarnya aku dan dazai ada urusan jadi aku mohon izin, bye," ucapmu dan langsung menarik Dazai keluar meninggalkan kerumunan orang yang masih terpukau oleh ketampanan si ikemen Dazai ini.

"Lho urusan apa? Aku baru dateng lho," ucap Dazai dengan nada memprotes tapi kamu hanya terus menariknya.

Setelah sampai di luar restoran kamu menatap Dazai dengan ekspresi yang kesal.

"Kenapa kau yang datang, Ranpo kemana?" Tanya kamu dan di balas angkat bahu oleh Dazai.

"Sepertinya dia lelah atau mungkin ketiduran," kamu hanya memelototi Dazai karena berbicara seenaknya.

Kamu sedikit menjauh dari Dazai dan mencoba menghubungi Ranpo.

"Ha--"

"Hallo Ranpo kau dimana?"

"Dirumah"

"Kenapa kamu tidak datang kesini?"

"Aku lupa"

"Kamu tega sekali padahal aku.." kamu menutup sambungan telepon dan mencoba menghapus air matamu yang keluar tanpa kamu sadari, kamu sengaja memutus telepon dan menghentikan kalimatmu karena kamu tidak ingin suaramu terdengar berharap dan tentunya menangis.

Tiba-tiba kamu merasakan sebuah tangan mengelus kepalamu dan kamu baru sadar Dazai masih ada disini bersamamu.

Kamu mencoba tersenyum walau dipaksakan.

"Aku pulang ya, terimakasih," ucap kamu dan kemudian kamu memberhentikan taxi dan memasuki taxi itu untuk pulang ke rumah.

Dazai yang ditinggal olehmu hanya menatap jalan tempat taxi yang kamu naiki dengan ekspresi
Datar.

"Ranpo sangat beruntung"

.
.
.

To be continued

Berharap vote and commentnya. Dan semoga berkenan ya.
Uhuk dan maapkan daku bagi pencinta dazai atau ranpo ya.
Khususnya buat ranpo yang aku buat kejam :v

With you (Sequel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang