B3 (BUPER BIKIN BAPER) Bagian 8

468 17 4
                                    

"Maaf, aku terlalu takut untuk peduli karena aku tak ingin kau kecewa."

Hanif. Setelah jam sekolah selesai, Hanif bergegas menuju sanggar pramuka untuk meletakkan tas dan kemudian menunaikan sholat dzuhur. Rapat segera dimulai setelah menunaikan sholat dzuhur.

Setelah rapat hari ini, Hanif langsung berlari menuju parkiran motor untuk memindahkan motornya kedepan area mushola.

Karena adzan magrib belum berkumandang, Hanif asik mengobrol dengan anak-anak lain yang juga sedang menunggu waktu sholat maghrib. Bodohnya Hanif, dia lupa mengambil jaketnya yang tergantung dibelakang pintu sanggar. Dia berlari menuju sanggar dan berharap masih ada manusia disana.

Hanif berteriak kepada seseorang yang tak bisa dilihatnya, karena orang itu berada dibelakang pintu. Orang itu kemudian memberikan jaket yang diminta oleh Hanif, Hanif tak tahu harus memanggil orang dibalik pintu itu siapa. Namun Hanif melihat tas Tita masih berada didalam sanggar, sehingga Hanif berfikir orang itu adalah Tita.

Tak lama kemudian, Hanif bertemu Tita keluar dari kamar mandi.

"Loh Ta, bukannya lo tadi didalem sanggar ya? Terus yang ngambilin jaket gua siapa?" ucap Hanif heran.

"Ha? Ngomong apaan sih lu, gua daritadi dikamar mandi kalik." Jawab Tita

"Jangan-jangan sanggar kita angker Ta, hih sereem."

"Ngarang lu, tadi didalem sanggar ada Dina, yakali aja dia yang ngambilin jaket lu."

"Ooh, yaudah gua mau kemushola dulu deh bye Ta." Ucap Hanif seraya berlalu.

Hanif terus berfikir, sebenarnya Dina itu yang mana apa Hanif harus kembali mengucapkan terimakasih lagi tapi dengan menyebut nama Dina, atau Hanif lupakan saja seolah-olah Hanif benar-benar tidak mengetahuinya.

Waktu sudah memasuki saat sholat maghrib, Hanif bergegas mengambil air wudhu dan hal yang sering terjadi ketika anak-anak ambalan akan menunaikan sholat adalah menentukan siapa yang akan menajdi imam. Hanif lebih sering menolak dan melimpahkan agar Jalu yang menjadi imam, karena Jalu tidak pernah menolak untuk menjadi imam.

Saat sholat berjamaah akan dimulai tiba-tiba suara Tita menggema sehingga jamaah sholat maghrib memandang Tita.

"Tungguin jangan dimulai dulu..." teriak Tita.

Tita yang datang dengan seseorang yang memakai jaket stripe membuat Hanif sedikit terkejut dan berfikir apakah yang datang bersama Tita adalah Dina yang tadi memberikan jaket miliknya. Itu artinya, dia adalah orang yang sama yang tersenyum kepadaku saat menuju kelas.

"Bodoh, kenapa harus dia. Seharusnya gua bales senyum tadi pagi, harusnya gua tau kalau dia itu namaya Dina, harusnya gua tau kalau dia itu anak ambalan. Penyakit pelupa akut gua kayaknya udah makin parah, yakalik wajah orang satu organisasi aja gua bisa lupa." Batin Hanif.

"Nif, lo ngapain ?" ucap Jalu yang melihat perilaku Hanif yang tidak sadar menepuk-nepuk kepalanya.

"Ha? Enggak kenapa-kenapa." Jawab Hanif.

Setelah Tita dan Dina memakai mukena, sholat maghrib berjamaah segera dimulai.

Mata Hanif tak sengaja bertemu dengan mata Dina saat sedang memakai sepatu. Dina yang menyadari bahwa mata mereka bertemu kemudian Dina salah tingkah dan melakukan hal yang konyol dan tidak masuk akal. Dina tiba-tiba memberikan kode kepada Tita agar segera meninggalkan sekolah.

"Ta..Tita sshut.." Dina memanggil Tita yang tiba-tiba budek.

"Paan?" jawab Tita lirih.

"Cabut yuk." Ucap Dina tanpa bersuara.

B3 (BUPER BIKIN BAPER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang