B3 (BUPER BIKIN BAPER) Bagian 14

258 8 1
                                    

Hanif mengurungkan niatnya untuk mengirim pesan kepada Dina sore itu. Hanif kembali disibukkan dengan packing perlengkapan-perlengkapan api unggun, pentas seni, dan hiking untuk kegiatan perkemahan besok lusa.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB, anak-anak lainnya sudah mulai lelah dan bersiap untuk pulang kerumah masing-masing. Kegiatan hari itu diakhiri dengan ucapan terimakasih dari Ketua Pelaksana yaitu Jalu. Seluruh panitia bersalaman seperti yang biasa dilakukan saat memulai pertemuan dan mengakhiri pertemuan.

Hanif pulang dengan seseorang adik kelas yang sebenarnya rumahnya tidak searah olehnya, namun karena rasa manusiawinya, Hanif mengantarnya pulang. Dan berawal dari situlah Hanif selalu dijodohkan dengan adik kelas ini.

Hanif sudah sampai dirumah pukul 21.30 WIB, kemudian dilanjutkan mandi dan bersih-bersih kemudian istirahat dan bermain handphone. Saat membuka handphone, entah kenapa Hanif langsung membuka kontak dan melihat nomor Dina.

"Telfon? Lah gila apa yak ngapain malem-malem nelfon cewek. SMS? Lah nulis apaan kalo sms malem-malem gini dikira gue cowok apaan. Whatsapp? Lah anjir aneh banget tetiba whatsapp cewek nanyain dia sehat apa engga. Aaahh tauklaah tidur aja tidur bodo-bodo bodo amat" ucap Hanif kepada dirinya sendiri dan didengar oleh telinganya sendiri.

Satu menit, dua menit, hingga lima belas menit berlalu usaha yang dilakukan Hanif untuk memejamkan mata dan mengalihkan pikirannya agar tidak menghubungi Dina ternyata sia-sia pikiranya tetap pada Dina, yang bahkan Hanif sendiri bingung karena Hanif tidak terlalu mengenal Dina dengan baik.

Akhirnya Hanif kembali meraih handphonenya diatas meja dan kembali mengamati nomor handphone Dina. Satu... dua... tiga... empat... Hanif  terus berpikir dan mempertimbangkan yang akan dilakukannya dan mengukur seberapa besar resiko yang akan dia hadapi jika Hanif mengirim pesan itu.

"OKE!!" Hanif berteriak tiba-tiba setelah pemikiran panjangnya berakhir.

"Lah apa-apaan nih masa iya gue chat kaya begini, nggak.. nggak.. bunuh diri ini namanya" ucap Hanif melihat isi teksnya.

Hanif terus menghapus teksnya kemudian menulis lagi dan menghapus lagi, dia benar-benar bingung harus bagaimana menyusun kata-kata yang tepat. Waktu terus berjalan, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, sedangkan esok pagi Hanif berangkat ke sekolah lagi untuk menuntut ilmu padahal ilmu tidak punya salah apapun.

Pada pukul 23.01 tepat Hanif akhirnya mengirim pesan kepada Dina. Setelah mengirim pesan itu Hanif menonaktifkan handphone miliknya dan dilemparkan diatas ranjang yang jaraknya lumayan jauh dari tubuhnya.

Jam beker Hanif berbunyi pukul 05.00 WIB, seperti halnya muslim lainnya maka Hanif segera menunaikan salat subuh di masjid komplek. Dengan setengah sadar Hanif mematikan jam beker dan berjalan gontai menuju kamar mandi.

"Assalamualaikum Bu, aku berangkat dulu ya." Pukul 06.30 Hanif sudah siap berangkat sekolah

"Iyaaa waalaikumsalam, jangan ngebut loh ya nanti Ibu sita motornya." ucap Ibu Hanif seraya memasukkan bekal makanan Hanif ke tas.

Sejak bangun pukul 05.00 Hanif belum mengaktifkan handphone miliknya, anehnya dia merasakan perasaan gelisah. Hanif ragu apakah Dina akan membalas pesannya tadi malam, atau Dina justru berpikir bahwa Hanif aneh padahal mereka berdua belum sedekat itu untuk saling mengirim pesan secara personal.

Sesampainya di sekolah Hanif menuju sanggar pramuka untuk mengumpulkan beberapa perlengkapan kegiatan yang diminta oleh Seksi Perlengkapan kemarin sore. Hanif membuka pintu yang sudah terbuka kunci gemboknya, artinya ada orang didalam.

"Astaghfirullah.." ceplos Hanif terkejut karena melihat gadis berambut panjang sedang duduk sendirian.

Gadis itu adalah Dina, hari ini Dina sudah merasa jauh lebih baik jadi memutuskan untuk masuk sekolah. Keberadaan Dina disanggar sebetulnya karena ada janji dengan Jalul untuk membicarakan dana anggaran kegiatan.

"Eeeh sorry gue ngagetin ya?" tanya Dina kepada Hanif

"Menurut lo? Lagian ngapain lo disini pagi-pagi. Kok lo udah sekolah aja sih?" Hanif justru membalikkan memberi pertanyaan kepada Dina

"Suka-suka gue lah, ngomong-ngomong thanks ya udah nanyain keadaan gue semalem" ucap Dina diiringi senyum dibibirnya dan menatap Hanif

"Aahaha itu mah udah tugas gue sebagai seorang public relation santai aja, eh gue ke kelas dulu ya." jawab Hanif dengan konyol dan pamit karena menahan rasa malu.

"Oh okee" sahut Dina mengiyakan

Entah kenapa ada perasaan kecewa di hati Dina setelah mendengar jawaban Hanif.

"Weh gila berseri-seri amat lo pagi-pagi" ucap Andro meledek Hanif setelah masuk kelas

"Gila panas banget ini kipas angin pelan amat perasaan." jawab Hanif mencoba mengalihkan pembicaraan

Bel berbunyi 2 kali pertanda sudah waktunya masuk kelas. 10 menit - 30 menit berlalu guru Bahasa Indonesia yang seharusnya mengajar mata pelajaran di jam pertama tidak hadir juga. Hingga pada akhirnya ketua kelas mendatangi ruang guru dan dikonfirmasi jika jam pertama kosong.

Ketika hampir 50% anak-anak di kelas Hanif pergi ke kantin, Hanif justru masih terduduk di bangkunya dan meletakkan kepalanya diatas meja. Tiba-tiba seseorang menghampiri Hanif dan menepuk bahunya 3 kali.

"Apaan sih Ndro, pusing nih gua." ucap Hanif tanpa melihat kearah sang penepuk bahu

"Ini dari nyokap gue, katanya makasih udah nganterin gue kemaren." jawab Shifa kepada Hanif yang belum mengubah posisinya.

"Hah?" ucap Hanif bingung dan membalikkan badannya untuk melihat sang penepuk bahu.

"Oh Shif ah thanks ya.." ucap Hanif setelah menerima yoghurt pisang oleh-oleh Ibu Shifa dari Korea.

Andro datang setelah kenyang menyantap makanan di kantin.

"Wahh sejak kapan lo beli susu ginian? Biasanya beli es teh aja ngutang lo!" tanya Andro

"Bacot lo Ndro!!" jawab Hanif singkat

Tanpa bertanya kepada Hanif terlebih dahulu, Andro sudah menancapkan sedotan dan menyedot susu pisang pemberian Shifa.

"Gilaa susu Cina ini enak ternyata." ucap Andro

"Itu Korea njir Korea, ah bego lu males gua." sahut Hanif belum menyadari bahwa  susu yang diberikan Shifa sudah diminum Andro.

"Nih masih setengah, buat lu aja." sahut Andro santai

Hanif menegakkan posisi tubuhnya, matanya melotot melihat susu pisang yang diberikan Shifa sudah habis setengah.

Karena tidak sanggup untuk berteriak meluapkan emosinya kepada Andro, Hanif kembali keposisi meletakkan kepala diatas meja dan mulai mengaktifkan ponselnya. Sudah hampir  10 jam ponselnya dinonaktifkan karena takut menghadapi balasan pesan dari Dina.

Handphone Hanif bergetar pertanda ada pesan masuk dari seseorang. Hanif memicingkan matanya mencoba mengintip dari siapa pesan itu datang.

"Halaah dasar operator ngga tau situasi kondisi, udah deg-degan juga nih." ucap Hanif samar-samar

"Nape lu?" Tanya seseorang yang ternyata adalah Adrian

"Kepo amat hiduplu, urusin noh gebetan lu." jawab Hanif dengan ketus

"Cemburu yak lu?

"Sini gue bisikin, deketan sini kuping lu" ucap Hanif.

Adrian pun mendekatkan telinganya dan "BACOT" ternyata ucapan itu yang keluar dari mulut Hanif.

Setelah mengikuti pelajaran kimia, maka sudah berakhirlah kegiatan sekolah untuk hari ini.

Seluruh panitia PPC sudah berkumpul di sanggar pramuka untuk melanjutkan mempersiapkan acara yang tinggal menghitung hari.

"Nif tolong dong beli seng buat alas api unggun di toko bangunan di perempatan depan tuh." ucap Jalu meminta tolong kepada Hanif.

"Siap Pakk.." jawab Hanif singkat

Dina tiba-tiba keluar dari sanggar melewati dua orang itu dan seketika Jalu memanggil Dina.

KIRA-KIRA JALU NGAPAIN MANGGIL DINA?

Mohon maaf ya, niat hati ingin update cerita seminggu sekali tapi tugas dan kemageran ku selalu hadir diwaktu yang tidak tepat. Jangan dicontoh yaaa...

HOPE YOU ENJOY GUYS!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

B3 (BUPER BIKIN BAPER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang