Potret

161 8 8
                                    

Aku tersadar akan lamunanku yang panjang karena ada seorang lelaki yang tidak ku kenal memotretku, ketika mulutku sedang mangap, melahap sepotong ayam. Lelaki itu tertawa melihat foto yang tadi dia ambil. Aku mengernyitkan dahi.

"Iiiii iseng banget." Aku mengerucutkan bibir. Siapa dia? Batinku bertanya-tanya.

Aku menatap lelaki yang berjalan ke arahku sambil tertawa, dan di tunjukkan potret yang ia ambil barusan, betapa konyolnya mukaku sedang melamun dan mangap, melahap ayam. Bisa kalian bayangkan? Itu benar-benar aib.

Ku lihat lelaki itu lebih tua, sekitar umur 24 dan sepertinya memang senior.

"Ihh parah banget, hapus kak." Aku merengek karena foto itu memalukan.

Lelaki itu malah tertawa dan berlalu pergi. Melanjutkan memotret aib teman-temannya dan ya mungkin untuk sekalian dokumentasi. Tapi dokumentasi macam apa jika foto-foto muka aib ada di kameranya itu. Aneh.

                          *****

Perempuan berambut sebahu warna hitam menghampiriku. Dia Adinda Athara di panggilnya Tara. Perempuan asli tapi kadang kelakuannya seperti lelaki. Entah kenapa aku bisa berteman akrab dengannya saat di kampus. Bisa di bilang hanya dia yang paling klop untuk di ajak bicara saat aku baru masuk kuliah. Mungkin karena kami sama-sama gila. Tidak. Dia gila. Aku normal.

"Ra, cowok itu siapa?" aku langsung menanyakannya saat Tara baru saja duduk di hadapanku dengan tangan kanan membawa sepotong kue dan minuman di tangan kirinya.

"Yang mana Re?" Tara celingukan mencari lelaki yang aku maksud.

Mataku memperhatikan lelaki yang dari tadi memotret dengan kamera yang di genggamnya.

"Itu yang disana. Yang megang kamera itu." Ucapku dengan mata yang melirik ke arah lelaki itu.

"Lo gatau dia siapa? Makanya jangan melamun terus dari tadi." Tara meneguk minumannya.

"Kalo gue tahu, gue enggak bakal nanya lo."

"Oh iya ya, hehehe." Tara malah terkekeh.

"Dia tadi tiba-tiba foto gue pas gue lagi mangap makan ayam ini. Sumpah muka gue enggak banget di situ. Jelek." Kataku sambil menunjukkan ayam yang sudah sisa-sisa tulang.

"Emang lo jelek." Ucap Tara sekenanya. Entah dia sengaja atau emang enggak sadar berkata seperti itu.

"Kok rese sih, gue seriusan Tara!!"

"Gue juga serius. Lo jelek Re." Tara menegaskan kata-katanya.

"Haduh." Aku menepuk jidatku sendiri.

"Hahaha gue bercanda Reta. Lo cantik pake banget." Ucapan Tara malah membuat aku mual.

"Yaudah intinya lo tau cowok itu siapa?" tanyaku lagi.

"Dia itu Rey Abrar panggilannya Rey. Dia jadi dokumenter di acara Pesta Malam Keakraban UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) ini." jelas Tara.

"Kok lo bisa tahu?" dahiku mengernyit.

"Kan gue udah bilang, lo jangan melamun aja."

"Huft, iya iyaa." Aku membuang nafasku kesal.

Mataku memperhatikan si lelaki kamera tadi. Maksudku Rey Abrar. Oh, jadi namanya Rey gumamku.

                       *****

Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Entah kenapa kepalaku benar-benar terasa pening. Apa gara-gara di acara pesta malam keakraban? Yang seharusnya aku menikmatinya. Tapi aku malah melamun, memikirkan tentangnya lagi; Nuky.

"Pergilah kau dari pikiranku! Aku ingin melupakanmu!" ku tutupi wajahku dengan guling. Gelap. Tapi tiba-tiba wajahnya muncul bagai tuyul di kegelapan itu.

"Ahh pergi kau!" teriakku melempar guling itu.

Melupakan tak semudah yang dibayangkan. Karena ketika melupakan, secara sadar otak harus mengingatnya terlebih dahulu. Jadi, percuma saja.

Sudahlah. Ku biarkan ia melayang bebas di pikiranku.

Tiba-tiba saja air mataku mengalir begitu deras. Rasa nyeri di dadaku muncul lagi. Aku mengingatnya. Nuky. Aku merasa ini tak adil karena aku di sini masih di gentayangi oleh sosok dirinya. Sedangkan dia.. Mungkin sudah terlebih dulu melupakanku.

Setiap malam

Dia hidup dalam bayang-bayang kelam

Mengisi ruang kosong di otakku

Lalu,

Aku menangis

Lagi dan lagi

Sampai tak sadar

Semuanya gelap, dan menjadi begitu gelap

Terlelap

                          *****

Semenjak kejadian potret itu. Aku dekat dengan Rey. Rey adalah senior semester 3 di jurusan bahasa jepang. Aku selalu tak sengaja bertemu dengannya di lobi kampus, di jalan masuk toilet, di parkiran, dan dimana-mana.

Menurutku, Rey adalah sosok yang dewasa. Karena memang umur Rey sangatlah berbeda jauh dengan diriku. Walaupun Rey terlihat lebih dewasa, tapi ia bukanlah sosok yang kaku. Ia juga selalu bisa di ajak bercanda.

Hari demi hari, bulan demi bulan terus bergulir. Aku merasakan getaran aneh yang mengusik ketenangan dadaku. Perasaan yang sulit di uraikan. Ketika berada dekat dengan Rey.

Jatuh cinta, lagi?

******
Maaf ya aku updatenya kelamaan hihi^^

Di chapter ini, Reta udah balik ke masanya yang sekarang, dia tersadar akan lamunannya, masa flashback mulu kapan move on nya? *eeh :D

Nah di chapter ini, Reta ketemu orang baru. Kira-kira gimana yaa kelanjutannya??

Tapi, tenang aja. Si Nuky enggak ilang kok. Dia tetap menghantui kehidupan Reta.

Penasaran? Penasaran?
Tunggu yaa, di next chapter
See you!!❤

Don't forget to vote and comment yaww ^.^

Remember (Edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang