Maret dan April

153 7 0
                                    

Semakin kau berharap
Semakin dalam kau menyimpan luka di dalam hati

.
.
.
.

Cuaca memang tak bisa di tebak, begitu pula hati manusia. Hujan dari siang mulai sedikit reda menjadi rintik kecil dan menyisakan genangan di setiap jalan yang terkikis. Aku, Rey, Tara dan kedua teman Rey, mengunjungi toko buku yang sedang mengadakan big sale di salah satu mall.

Di tengah ramai pengunjung. Aku dengan pakaian dan sepatu yang sedikit basah karena terkena hujan, mulai asik sendiri dengan buku-buku di sekeliling. Akhir bulan maret yang indah, pikirku. Karena aku bisa membeli buku-buku novel dengan harga murah. Biasanya aku cuma bisa beli satu buku dengan uang seratus ribu rupiah, tapi kali ini, aku bisa membeli banyak buku bahkan dari separuh uang seratus ribu.

"Yeayy big sale!!! Kalo bisa gue borong semuanya." Pekikku.

"Ya ampun Reta, Reta." Tara menggeleng karena kelakuanku yang gila baca.

Mataku mulai mencari diantara tumpukan buku yang membukit. Satu persatu ku ambil buku-buku itu, lalu membaca sinopsisnya. Sudah 10 menit aku belum juga menemukan buku yang cocok. Mungkin karena semua buku-buku itu hanya tentang cinta, cinta dan cinta. Tak bisa dipungkiri memang setiap cerita akan selalu diselipkan sebuah makna dari kata itu. Dan sebenarnya memang aku lebih menyukai genre tersebut sih;romance.

Tapi aku enggak menyerah, aku terus mencari dan mencari, buku yang memang pas untukku baca kali ini. Lensaku menangkap satu buku yang memang sampulnya juga unik sebuah rumah hanya dengan satu atap, jendela juga pintu. Di bawahnya terdapat gambar gelombang ombak laut. Mungkin maksud sampul itu adalah rumah di bibir pantai.

Ku baca setiap kata dari sinopsis buku tersebut. Aku tertarik dengan sinopsis yang akan membawaku tenggelam bersama cerita di dalamnya. Tentang seorang Jingga dengan impian sederhananya. Akhirnya aku menggenggam novel tersebut, novel berjudul Mimpi Bayang Jingga karya Sanie B. Kuncoro.

20 menit sudah aku hanya menemukan satu buku diantara tumpukan buku-buku. Setelah itu aku mencari Tara untuk memberiku rekomendasi buku.

"Tara, gue baru dapat satu buku. Bantuin gue yuk cari buku yang bagus." Rengekku pada Tara.

"Emang lo mau cari buku apa sih?" tanya Tara yang tangannya masih sibuk mencari di tumpukan buku-buku.

"Ya, lo tau gue lah, genre romance gitu. Hehe." Kataku terkekeh. "Tapi, novel tentang fantasi atau petualangan juga gak apa-apa Ra." Sambungku.

"Yaudah deh gue bantu. Ayo!"

"Lo udah dapet buku yang mau lo beli?" tanyaku.

"Belum, hehe. Gue dari tadi baru liat-liat aja." Jawab Tara.

Sudah 5 buku yang direkomendasikan Tara. Tapi, enggak ada yang cocok untukku.

"Gimana kalo yang ini?" tanya Tara sambil menunjukkan buku dengan sampul pohon bungka sakura dan seorang perempuan di bawahnya.

Aku menggeleng untuk kesekian kalinya.

"Kita liat-liat tas aja yuk, Re!" ajak Tara yang mulai pusing melihat tumpukan buku-buku yang seperti bukit.

"Yuk!" sahutku.

Tara melihat tas-tas untuk travel dan hikingnya. Seketika Rey dan kedua temannya mendekat ke arahku dan Tara. Mereka juga ikut melihat tas-tas yang menggantung itu.

Remember (Edited)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang