8. Terbongkarnya

37 8 6
                                    

"Setip detik ku ingat namamu. Tapi apakah kau juga mengingat namaku?" -Alyssa Olivia Alamsyah-

-

Sudah seminggu randy tidak kunjung masuk sekolah. D'encore bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya. "randy kok gak masuk masuk ya? Jangan jangan tuh anak tuyul sakit lagi" gaby membuka pembicaraaan.

"iya ya.. Udah seminggu ga masuk" jenni menyahut. Mereka dilanda kebingungan akibat hilangnya randy.

"eh.. Rumahnya randy sepi banget deh. Jangan jangan dia pindah lagi?" tanya si leon. Sasa langsung tersedak makanannya.

Uhukk.. Uhukk..

'iya juga ya.. Eh tapi gak mungkin deh.. Masa dia pindah ga bilang bilang' pikir sasa.

"gak deh.. Kalau misalnya si randy pindah, dia pasti bilang aku dulu" sergah sasa. Semua hanya manggut manggut. Tapi, yang dikatakan leon ada benarnya. Untuk membuktikannya sepulang sekolah sasa akan kesana. Ke rumah randy.

"eh.. Yan, pr mate halaman 104 udah belum?" tanya leon di sela sela hening. Brian menoleh dan mengangguk. Wajah leon seketika berubah menjadi berbinar.

"nyontek dong.." leon meminta buku tulis brian untuk dia contek. Dasar si leon tong kosong nyaring bunyinya. Banyak omong.. Tapi otak momplong.

"nyontek mulu.. Mau jadi apa bangsa Indonesia kalau generasi muda bermalas malasan kaya kamu?!" ucap sasa bak guru yang sedang mencermahi muridnya.

"sans mbak.." balas gaby sambil terkikik. Jenni hanya tersenyum melihat tingkah temannya. Ada yang congornya gede tapi otaknya kosong, ada juga yang sering ngayal jadi pacarnya jirayu laongmanee, ada juga yang diem tapi sekali ngomong lansung jleb, ada juga yang suka anime dan lain lain.

~alyssa~

Sasa sudah sampai si depan bangunan rumah randy. Bangunan yang selama ini sering ia masuki itu. Sasa sedang berada di luar pagar. Pagar itu terkunci. Jadi yang sasa bisa lalukan hanyalah berteriak dan menunggu. "Randy.. Randy.." teriaknya berulang kali.

Gemuruh mulai terdengar, tanda hujan akan terjadi. Gerimis mulai menyelimuti sasa bersama angin yang merengkuhnya. Sasa terus menerikan nama randy sama halnya kemarin. "ran-dy" bibirnya mulai bergetar kedinginan.

Ingin sekali ia pulang dan minum cokelat panas dengan keluarganya sambil menonton tv. Tapi, ia masih setia menunggu yang tidak pasti. 'kamu kemana sih ran?' Batinnya.

Hujan semakin menjadi. Ia sudah bergetar kedinginan. Hatchin bahkan ia sudah bersin bersin. Mungkin setelah ini ia akan terserang flu dan demam. Kepalanya pun sudah terasa pening.

Sasa tetap terdiam di depan pagar sambil terduduk menunggu randy membukakan pagar untuknya. Nyatanya.. Hingga sekarang yang di tunggupun belum ada juga.

Sasa memukul mukul pagar pelan berharap randy membukakan pintu pagar dan mempersilahkan dirinya masuk. Yang ia lakukan hanya bisa menangis sambil mengusap kemejanya yang basah.

Beberapa kali sasa mengusap wajahnya yang basah air hujan yang bercampur dengan air matanya. Ia melihat ke arah jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 4 sore yang menandakan ia sudah menunggu lebih dari 3 jam.

Baju seragam yang ia pakai sudah basah kuyup. Hujan sudah kelewat deras. Perlahan pandangannya mulai kabur dan mulai menghitam. Tubuhnya bertambah lemas. Hingga akhirnya semua menjadi gelap.

~alyssa~

Ngh.. Sasa terbangun. Ia merasa kepalanya hampir pecah. Ia melihat sekeliling. Dia berada di kamarnya? Bukanya ia tadi berada di depan rumah randy? Banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya menambah rasa sakit.

ALYSSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang