Rain

2K 227 48
                                    

"Hunnie, main di dalam rumah saja sayang, di luar hujan!" teriak Nyonya Oh.

"Main hujan asyik, eomma..." Sehun masih saja betah hujan-hujanan sambil tertawa-tawa.

Nyonya Oh hanya bisa menggeleng. Putranya yang baru berusia empat tahun ini sungguh menyukai hujan. Setiap kali hujan datang, Sehun akan kegirangan dan langsung keluar rumah dan membiarkan tubuh kecilnya diguyur hujan. Tuan dan Nyonya Oh selalu khawatir, takut kalau putra semata wayangnya akan sakit atau bahkan lebih parah, tersambar petir, misalnya, oleh karena itu pengawasan mereka tidak pernah lepas dari Sehun saat bocah mungil itu hujan-hujanan.

"Hunnie!" panggil Chanyeol dari kejauhan.

"Tuan Muda! Ayo sini! Ini seru sekali!" Sehun mengajak Chanyeol, anak dari majikan ibunya, untuk ikut basah-basahan.

Chanyeol yang berusia enam tahun hampir saja lari dan menyusul Sehun keluar rumah ketika Nyonya Oh melarangnya, "Jangan Tuan Muda, nanti Anda sakit."

"Tapi Sehun saja tidak sakit, Bibi." protes Chanyeol.

"Bibi juga sebenarnya khawatir pada Hunnie, tapi dia benar-benar bandel," keluh Nyonya Oh.

"Aku mengerti." Chanyeol tersenyum kemudian mengambil payung yang tergeletak tak jauh dari tempat ia berdiri. Chanyeol membuka payung tersebut dan menghampiri Sehun, menggandeng tangannya dan membawanya masuk kembali ke rumah, "Sudah cukup main hujannya Hunnie, nanti kau sakit, oke?" ujar Chanyeol sambil tetap menggandeng tangan Sehun.

"Memangnya hujan bisa membuat Hunnie sakit?" tanya Sehun polos.

Chanyeol mengangguk.

"Tapi Hunnie suka hujan," protes Sehun.

Chanyeol menggeleng. "Kalau hujan cukup dilihat dari dalam rumah saja. Tidak boleh hujan-hujanan. Ini perintah."

Sehun mengerucutkan bibirnya lucu, tapi kemudian menjawab, "Baiklah. Tapi kalau Hunnie kehujanan bagaimana? Kalau tiba-tiba hujan dan Hunnie sedang main di luar rumah, bagaimana?"

"Hyung akan menjaga Hunnie agar Hunnie tidak kehujanan," ucap Chanyeol.

"Janji?" Sehun menyodorkan jari kelingkingnya.

"Janji." Chanyeol menyambut tangan Sehun dan mengaitkan jari kelingking mereka.

Pinky promise.

***

Empat belas tahun kemudian...

"Tuan Muda."

Chanyeol mendelik.

"Ya! Jangan memanggilku seperti itu, Hunnie!"

"Tapi ini di kampus, Tuan Muda. Apa Anda tidak malu bergaul dengan saya? Apa kata teman-teman Anda nanti?"

"Kenapa aku harus malu?"

"Itu..."

"Chanyeol!" ucapan Sehun terpotong oleh seruan salah seorang teman Chanyeol, Wu Yifan, anak konglomerat asal Cina.

"Kau mengenal anak baru ini?" tanya Yifan.

"Ya," ujar Chanyeol, "Dia adikku."

***

Di sinilah Oh Sehun sekarang, sebuah kampus internasional elit paling terkenal di Seoul. Sehun sungguh merasa canggung luar biasa. Betapa tidak, semua orang tahu bahwa kampus ini dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi dari kalangan aristokrat Korea dan mancanegara. Dia bisa kuliah di sini berkat Park Chanyeol dan orang tuanya, majikan Sehun, yang bersikeras membiayainya untuk menempuh pendidikan di sini. Maka itulah dia merasa sungguh rendah dan tidak pantas berada di sini.

Love in ColorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang