"Hunnie!"
Chanyeol terengah-engah memasuki kediaman Sehun.
"Kau akan pergi?" tanya Chanyeol sedih.
"Ini adalah kediaman Kepala Pelayan keluarga Park, hyung. Setelah ibuku wafat, aku tidak punya hak untuk tinggal di sini," Sehun tersenyum pada Chanyeol sembari terus membereskan barang-barang pribadinya dan memasukkannya ke dalam koper besar.
"Kau bisa tinggal di mansion!" imbuh Chanyeol. "Pokoknya kau tidak boleh pergi."
"Jangan mengada-ada," Sehun tertawa.
"Eomma bilang dia sudah membujukmu untuk tinggal bersama kami tapi kau tidak mau. Kenapa? Apa kau tidak menganggap kami sebagai keluargamu?" Ada nada kecewa pada ucapan Chanyeol barusan. Mengapa Sehun bersikap seperti ini? Apa susahnya mengiyakan ajakan Nyomya Park untuk tinggal bersama? Toh Sehun sudah dianggap sebagai anaknya juga.
"Bukan begitu. Aku hanya tidak enak hati. Kalian sekeluarga sudah terlalu baik pada kami. Lagipula sudah saatnya aku belajar mandiri dan tidak bergantung pada keluarga Park. Aku akan menyewa flat sederhana di dekat kampus. Johnny akan membantu."
Seketika Chanyeol panas mendengar Sehun menyebut nama Johnny. Entahlah. Johnny pria yang baik, tapi entah mengapa Chanyeol tidak suka dia terlalu dekat dengan Sehun. Sehun hanya boleh bergantung padanya, dia yang akan melindungi Sehun, Johnny tidak boleh.
"Aku akan mengantarmu," ujar Chanyeol akhirnya. "Aku harus tahu di mana tempat tinggal barumu, jadi kapan-kapan aku bisa mengajak Eomma dan Appa datang berkunjung."
"Tidak perlu repot-repot, hyung. Johnny bilang dia akan datang menjemput. Alamat flatku akan aku berikan padamu jadi kau bisa berkunjung kapan saja."
"Tidak bisa. Aku akan mengantarmu. Ini perintah."
Dang! Satu kalimat itu adalah senjata Chanyeol. Jika kata-kata "Ini perintah" sudah keluar dari mulut Tuan Muda Park Chanyeol, itu artinya Sehun tidak bisa menolak.
***
Chanyeol mengamati flat Sehun.
"Lumayan," pujinya.
"Ukurannya hanya seperempat dari kamarmu," canda Sehun. Well, itu fakta sebenarnya.
"Apa aku pindah ke sini saja ya?" Chanyeol bicara sendiri.
"Eh?????" Mata Sehun seketika membola.
"Kenapa? Flat ini cukup untuk dua orang," ujar Chanyeol.
"Satu, Tuan dan Nyonya Park akan membunuhku jika tahu anak mereka tinggal di flat sederhana seperti ini. Dua, aku berani jamin hyung tidak akan bertahan lebih dari sehari di tempat seperti ini."
"Ya! Kau meremehkanku!" Chanyeol menggerutu dan Sehun kembali tertawa.
"Joohyun noona tidak akan suka jika kau tinggal di sini. Dia tidak akan mau mampir ke tempat seperti ini."
"Hmmm kau benar juga." Chanyeol tidak bisa menahan senyumnya. "Ah, aku jadi merindukannya," Chanyeol mengambil handphonenya dan berkata pada Sehun, "Aku menelepon pacarku dulu ya."
Sehun mengangkat jempolnya mengiyakan, lalu kembali berkutat dengan barang-barangnya yang belum semuanya tersusun rapi. Mata Sehun mulai berair dan dia merutuki dirinya sendiri.
"Oh Sehun, kau cengeng sekali," katanya memaki diri sendiri.
***
Selain dekat dari kampus, satu hal lagi yang membuat Sehun memilih tinggal di flatnya yang sekarang adalah karena lokasinya sangat dekat dengan gereja. Sehun dapet mendengar suara lonceng setiap pagi dan sore, dan itu sangat menyejukkan hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Color
Fiksi Penggemar"Saya bersedia menerima perjodohan ini, tapi bolehkah saya dengan lancang mengajukan satu persyaratan?" "Saya mohon agar Chanyeol hyung juga menikahi Joohyun noona." "Poligami?"