"Hunnieeeee..." ibunda Chanyeol memeluk Sehun erat.
"Maaf ya eomma baru sempat mengunjungimu. Eomma harus menemani appa Chanyeol beberapa bulan di Amerika, ada sedikit masalah dengan anak perusahaan di sana."
"Tidak apa-apa, Nyo- maksudku eomma. Anda pasti lelah."
"Iya, begitu tiba di Korea eomma langsung ke sini. Eomma sangat rindu padamu..."
"Aku juga merindukan eomma."
Chanyeol dan Joohyun yang menyaksikan interaksi Nyonya Park dengan Sehun hanya bisa diam.
"Eomma, eomma hanya merindukan Sehun saja? Aku tidak?" manja Chanyeol.
"Eomma juga merindukanmu Chanyeol, tapi hanya sedikit," canda ibunya.
"Eommaaaaaa... Memangnya menantu eomma hanya Sehun saja? Aku juga rindu pada eomma..." Joohyun bergelayut maja di lengan Nyonya Park namun Nyonya Park menepisnya dengan halus.
"Kudengar kau sedang hamil. Selamat."
"Iya eomma. Aku mengidam ingin bertemu eomma. Jadi jangan mengacuhkanku, ne?"
Nyonya Park mendekati Joohyun dengan pelan dan mengusap-usap perutnya yang mulai membuncit.
"Hai, cucuku sayang, ini nenek. Hihihihi. Kalau kau laki-laki, kau harus tampan seperti ayahmu ya. Kalau perempuan harus cantik seperti ibumu."
Joohyun tersenyum penuh kemenangan. Namun seketika senyum itu luntur dan berganti cibiran ketika Nyonya Park berkata, "Laki-laki ataupun perempuan, kau harus punya hati yang baik seperti Sehunnieku. Arra? Nenek menyanyangimu."
Joohyun sungguh kesal terhadap mertuanya ini. Apa yang dilihatnya pada diri Sehun? Sudah susah payah mengadung cucunya pun, dia tetap tidak berminat terhadap Joohyun.
Nyonya Park kembali pada Sehun, mengamatinya lekat-lekat.
"Hunnie, kenapa kau kurus sekali hmmm?" Nyonya Park memperhatikan tubuh ringkih Sehun.
"Benarkah? Mungkin hanya perasaan eomma saja."
"Tidak, sayang. Kau sangat kurus. Kau harus makan lebih banyak, oke? Apa kau sakit? Apa ada yang menyakitimu?"
Nyonya Park sengaja memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya, melirik sekilas pada Chanyeol dan Joohyun.
"Tidak ada, eomma. Aku baik-baik saja."
"Kau yakin?"
Sehun mengangguk.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan memasak untukmu hari ini. Kau harus makan banyak. Tidak ada penolakan. Chanyeol, temani eomma belanja. Eomma ingin memasak makanan kesukaan Hunnie."
***
"Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nyonya Park pada Chanyeol. Saat ini mereka berdua sedang dalam perjalanan dengan mobil Chanyeol menuju supermarket.
Chanyeol tidak menjawab.
"Eomma tahu pasti ada yang tidak beres."
"Eomma tahu kau tidak mencintai Hunnie. Tapi setidaknya perlakukan dia dengan manusiawi. Tidak bisakah kau bersikap seperti dulu? Bukankah dulu kalian sangat akrab? Kenapa sekarang kau bersikap seperti ini hmm? Yang berubah hanya sekarang statusnya adalah istrimu, Chanyeol, selebihnya tidak. Eomma mohon padamu, setidaknya jadilah temannya, seperti dulu."
Sepanjang jalan Chanyeol hanya termenung memikirkan ucapan ibunya. Sehun tidak pernah jahat padanya, sekali pun. Ia juga tidak mengerti kenapa ia bersikap dingin pada Sehun setelah insiden perjodohan itu. Sehun juga tidak menginginkan pernikahan ini, dan sejauh ini Sehunlah yang paling banyak berkorban. Rela menjadi istri diam-diam, rela membaginya dengan Joohyun, tidak pernah meminta perhatian lebih dan tidak pernah mengadu pada eommanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/105369617-288-k163606.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Color
Fanfiction"Saya bersedia menerima perjodohan ini, tapi bolehkah saya dengan lancang mengajukan satu persyaratan?" "Saya mohon agar Chanyeol hyung juga menikahi Joohyun noona." "Poligami?"