by sirhayani
part of zhkansas
___
Elvan benar-benar tidak ingin pulang kemarin pagi. Laki-laki itu tetap saja di rumah Ara, menunggu kedatangan Danny yang akan membawakannya pakaian dan juga barang lain. Saat Danny datang, Ara tak berani keluar rumah. Dia takut jika saja laki-laki itu mencemoohnya karena membiarkan Elvan tinggal di rumahnya dan dia hanya berdua dengan laki-laki di sana. Pasti Danny sudah berpikiran lain. Dari kejadian di perpustakaan, ah tepatnya saat di kantin waktu itu, Ara mulai tidak suka dengan tingkah Danny, terlebih saat di perpustakaan yang menjelek-jelekkannya di depan Della. Tentunya Ara merasa sangat sakit hati waktu itu, apalagi ada Della yang membuatnya merasa sangat rendah. Ya, Della dan Ara jelas berbeda. Della cantik. Sedangkan kata Danny, Ara jelek. Tetapi sesuatu hal teringat di memori Ara, Elvan pernah bilang bahwa dia cantik.
Tadi malam, Ara ketiduran di atas tempat tidurnya bersama Elvan. Mereka menonton serial drama korea yang Ara ambil dari Farah. Ara yang berinsiatif ingin menonton, sekalian refreshing katanya. Tetapi, mereka malah menonton di atas tempat tidur dan saat itu juga Elvan menariknya mendekat, menarik kepalanya agar bersandar di bahu laki-laki itu hingga ia ketiduran.
Ara tak bisa melupakan kejadian pagi tadi disaat dia terbangun dan terkejut melihat Elvan yang ada sangat dekat dengannya. Mata laki-laki itu masih terpejam, masih tertidur dengan napas yang keluar tertatur. Tak sekali pun terkejut ketika Ara berteriak. Setelah beberapa saat, Elvan terbangun dan langsung tersenyum ke Ara sambil berkata, "Good morning."Ara menghela napas panjang. Dia berjalan sambil menundukkan kepalanya. Matanya terfokus pada jalanan yang dia lalui. Dia sudah melewati gerbang beberapa waktu yang lalu. Tak lama kemudian bahunya ditepuk oleh seseorang dan membuatnya segera menoleh ke samping ketika melihat orang itu menyamakan langkah.
"Hai, Ra," sapa Della yang Ara balas dengan anggukan. Perempuan di samping Ara itu tersenyum. Masing-masing tangannya memegang tali tas ransel yang dia pakai. "Lo hebat ya jalan kaki tiap berangkat dan pulang sekolah."
"Ya, deket. Ngapain naik angkutan umum atau ojek?" Ara tertawa pelan. "Elo sendiri?"
"Bareng Elvan tadi," jawab Della yang tiba-tiba saja membuat Ara melangkah lambat. Namun, dia cepat-cepat melangkah ketika sadar Della sudah selangkah lebih di depan darinya.
"Katanya..., lo pacaran ya sama Elvan?" Ara menggigit bibirnya pelan. Dia bingung kenapa malah mengeluarkan pertanyaan seperti itu. Namun di sisi lain, dia juga penasaran. "Denger dari yang lain sih." Lalu, Ara tertawa canggung.
Mendengar itu jelas membuat Della langsung ingin menjawab tidak. Namun, ada sesuatu hal yang mengganjal di pikirannya. Pada akhirnya, perempuan itu berkata hal lain, bukannya menjawab pertanyaan Ara.
"Lo mah denger mereka mulu." Della dan Ara berbelok ke koridor kelas. Ara tak membalas perkataan Della karena dia merasa tak perlu lagi membahas masalah itu.
Della merenung ketika mengingat percakapannya dengan Ara waktu itu. Dia menoleh untuk menatap Ara. "Lo nggak jijik deket sama gue?"
Ara yang mendengar menjadi bingung. "Hah?"
"Iya, jijik. Lo kan udah tahu siapa gue sebenarnya."
Ara yang mulai paham, kini mengembuskan napas panjang. "Ya, enggaklah. Ngapain?"
"Siapa tahu, kan?"
Keduanya berjalan bersisian, namun tak ada lagi yang mereka bahas. Keduanya saling diam. Ara tak tahu apa yang harus dia katakan, begitu juga dengan Della yang bingung ingin berkata apa. Baru setelah Ara tiba di kelasnya, dia hanya melambaikan tangannya pada Della dan Della membalas lambaian tangan itu sambil melangkah menuju kelas XI IPA 2.
KAMU SEDANG MEMBACA
Persona
Teen FictionTERBIT 📖 - Ara tahu ada rumor tidak mengenakkan tentang Della yang beredar di sekolah. Kepintaran Della memang tidak diragukan, tapi rumor tentang kehidupan malam cewek itulah yang sering dibicarakan teman-teman sekelasnya. Ara tak terlalu peduli...