8

4.5K 343 138
                                    

Sore itu begitu hening, angin lembut yang menggoyangkan dedaunan hijau juga terasa lembut tatkala menyentuh kulit semua orang. Namun, dibandingkan menikmati lembutnya angin, seorang namja muda lebih memilih untuk berdiam diri didalam ruangan.

Hoseok memandang langit-langit lapangan basket indoor sekolahnya dengan tatapan kosong. Kini seorang Jung Hoseok berbaring di lantai lapangan, sendirian ditemani keheningan, mungkin tidak terlalu hening berkat nada dering yang berasal dari ponselnya.

Beberapa kali layar ponsel Hoseok menyala, menampilkan sebuah nama dan sederet nomor yang terpatri jelas di ingatan Hoseok. Layar ponsel miliknya kembali mati, lalu dalam beberapa saat menyala lagi, terus menerus seperti itu, hingga Hoseok hapal berapa detik sekali ponsel miliknya menyala.

Pemuda itu bangkit, duduk dengan meluruskan kedua kakinya. Matanya tak lepas dari layar ponsel hitam miliknya, namun untuk beberapa kali pandangan Hoseok lebih memilih untuk memandang langit-langit. Menatap layar ponsel untuk saat ini hanya akan membuatnya makin sakit.

Akhirnya, setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, Hoseok memutuskan untuk mengangkat telepon itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah bergelut dengan pikirannya sendiri, Hoseok memutuskan untuk mengangkat telepon itu. Menghembuskan nafas, Hoseok menyapa dengan seceria mungkin. Seceria yang ia bisa.

"Hallo, Eomma!" Sungguh, suaranya tampak begitu meyakinkan. Sepertinya mulai sekarang dia perlu ikut ajang pencarian aktor, dan siapa yang tau dia akan lolos, lalu menjadi seorang aktor terkenal? Siapa yang tau bukan?

"Hallo, Seok! Kenapa baru menjawab!" Jawaban dari seberang sana membuat Hoseok tersenyum kecil.

"Maaf,, aku baru tau Eomma menelepon,"

Bohong, itu bohong. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui sang Ibu menelepon, jika bahkan Ibunya menelepon setiap 2 jam sekali, dan 2 menit sekali jika ia tidak mengangkat telepon.

"Tak apa. Bagaimana kabarmu, Seok-ah?" Kabarnya? Entahlah, bagaimana kabarnya? Buruk? Ya, sangat buruk. Tapi tentu saja, Hoseok tidak bisa mengatakan itu dan membuat sang Ibu khawatir.

"Aku.. Baik?" Diseberang sana, Ibu Hoseok menyernyit, "Kau baik? Lalu kenapa kau seakan tak yakin? Kau baik-baik saja kan, Seok-ah?"

"Aku baik, sangat baik. Eomma jangan khawatir! Aku.. Aku kan kuat, sama seperti Appa! Hehehe.." Bohong, lagi, Hoseok kembali berbohong.

"Ah, begitukah? Kau minum obatmu dengan teratur kan?" Sadar atau tidak, Hoseok menghela nafas mendengar kalimat itu.

Lelah, ia lelah.

Hoseok menjawab dengan gumaman singkat, hening kembali mengisi keadaan saat itu, hingga sang Ibu kembali berujar, "Seok-ah, dengarkan Eomma. Sebaiknya kau menuruti saran Dokter Choi untuk melaku--"

Tell Me Why ;BANGTANPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang