15

1.4K 129 7
                                    

Hujan.

Rose tersenyum manis, menyamankan posisinya menatap ratusan tetes air diluar jendela kamarnya. Ia bersenandung pelan, berusaha mengenyahkan pikirannya yang kacau.

Kau berbohong.

Kau menyembunyikan segalanya.

Kau mengkhianati kami.

Kau.. membuat kami kecewa.

Ia tertawa, menghapus air mata yang menetes di pipinya. Itu benar, tak ada satupun kalimat yang salah. Itu semua benar. Dan untuk pertama kalinya, Rose benci akan kebenaran.

***

Kim Lalisa melempar vas bunga yang selama ini ia jaga baik-baik hingga pecah berkeping-keping diatas lantai. Ia berteriak, menyuarakan semua rasa frustasinya. Ia hanya terlalu lelah.

Lalisa sudah tidak kuat.

Ia tahu, semua orang membencinya kini. Ia pantas menerima kebencian itu, namun ia tak suka. Lisa benar-benar tak menyukai tatapan sinis tiap orang ketika menatapnya, ia tak suka ketika ia diabaikan, ia tak suka ketika orang-orang menatapnya malas.

Setiap orang membuat kesalahan, pikirnya. Lalu, kenapa hanya ia yang diperlakukan seperti ini? Kenapa mereka hanya seperti ini padanya? Hei! Bukan hanya ia yang bersalah disini! Bukan!!

Lisa kembali berteriak, seiringan dengan air matanya yang turun tak terkendali layaknya hujan di luar rumah. Ia menarik nafas dalam, berusaha menetralkan emosinya. Lantas, Lisa tersenyum miris.

Kau pantas dibenci, Lisa.

***

Kim Jisoo menghela nafas, menatap kosong tumpukan kertas dan buku-buku di meja belajarnya. Sesaat, ia mengalihkan pandangan menatap hujan diluar rumah.

Ia melangkah, membuka jendela hingga angin menerpa wajah cantiknya. Jisoo tersenyum, entah karena apa, atau siapa. Yang jelas ia hanya ingin tersenyum, tertawa, atau apapun yang dapat menggambarkan perasaannya.

Tidak, Kim Jisoo tidak sedang bahagia. Tidak, sama sekali tidak. Karena nyatanya, senyum itu palsu. Sama seperti semua senyumnya beberapa tahun belakangan. Kim Jisoo tidak sedang bahagia, karena nyatanya, seorang Kim Jisoo hampir gila disini.

***

Alunan nada yang menemaninya seakan tak cukup untuk membuat Kim Jennie tenang. Ia bingung, ia kalut. Fakta baru tentang kehidupannya benar-benar menampar gadis itu. Ia tak percaya, sama sekali.

Itu benar, Jennie sayang.. Kau.. Maaf.

Ia menarik nafas dalam, menghembuskannya perlahan seiring kebahagiaan ikut terbawa. Ia tahu, mulai sekarang, tak akan ada yang sama lagi. Semua saudarinya tak akan menatap ia dengan cara yang sama lagi, semua temannya akan menganggap ia berbeda, dan pemuda itu.. Jennie tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya pada hubungan mereka.

Yang Jennie tahu, hidupnya berantakan saat ini.








.
.
.

Selamat malam! Jadi, bagaimana? Ini chapter kedua dari Begin Again. Chapter Begin Again adalah keadaan dimana para tokoh menyuarakan masalah mereka. Ah, mungkin kalian bisa berpegangan pada chap ini jika tak ingin bingung nantinya? Yang jelas, jangan sampai salah paham. Masa depan dan masa lalu itu dua hal berbeda, yang sama hanyalah kita akan diberi pilihan.

Oke, tidak perlu banyak bicara lagi. Chapter chapter selanjutnya akan di up entah kapan, mungkin hari sabtu nanti? Atau sebelumnya? Kita lihat saja nantinya. Sekali lagi, selamat malam.

Best regards
Mai♣

Tell Me Why ;BANGTANPINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang