Guru Privat •Wonwoo•

448 66 32
                                    

Yah. Begitulah. Disinilah aku sekarang.

Aku mendudukkan diriku di atas sofa empuk di ruang tamu keluarga Kim. Iya, keluarga Kim. Yaaa lebih tepatnya, ini adalah rumah Kim Mingyu.

Aku mengeluarkan buku-buku fisika dari tasku, sambil menunggu raja bolos itu keluar dari kamarnya. Katanya sih, mau ganti baju. Tapi aku sudah menunggu 15 menit dan anak itu tak kunjung keluar dari kamarnya.

"Huh, dia kenapa lama sekali, sih?"

Aku lalu menyesap teh hangat yang tadi disajikan oleh Ibu Kim. Mencoba untuk menghilangkan sedikit rasa penatku.

"Ssaem!" panggil seseorang. Suaranya sudah sangat kukenal, siapa lagi kalau bukan si bocah hitam itu.

"Kenapa lama sekali, sih? Kau ganti baju atau apa?" tanyaku.

"Maaf, ssaem. Aku bingung memilih baju yang harus kupakai. Didepan ssaem, aku harus terlihat tampan" ucapnya dengan gaya sok cool.

Tapi, yaa aku juga tidak bisa berbohong. Ia memang terlihat tampan saat ini. Dengan kaos tanpa lengan yang menampakkan lengannya yang bisa dibilang cukup kekar itu dan celana pendek selutut, menurutku itu simple tapi sangat cocok dengannya.

Ah, apa-apaan aku ini.

"Ssaem kenapa melamun? Aku benar-benar tampan, ya, ssaem?" ucapnya lagi dengan pose sok cool nya yang malah terlihat lucu itu.

Aku hanya bisa tertawa. Anak ini kenapa, sih?

"Wah ssaem tertawa! Ini momen langka! Bolehkah aku memotret ssaem?"

"Jangan berlebihan. Ayo mulai belajarnya"

Aku memulainya dengan mengajarkan materi yang mudah (menurutku). Mingyu hanya bengong, entah ia mengerti atau tidak, aku juga tidak tahu.

"Gyu, kau mengerti atau tidak?" tanyaku sambil menepuk pelan pipinya.

"E-eh tidak ssaem!"

Aku menghela napasku. Mengajarkan anak ini memang harus ekstra sabar.

Tiba-tiba, Ibu Kim muncul dari dapur, ia mendekati kami sambil membawa cemilan.

"Wonwoo ssaem, Mingyu, ehmm..bisakah kalian pindah belajarnya ke kamar Mingyu? Sebentar lagi akan ada rekan kerja ayah Mingyu datang. Maaf sekali, Ibu baru memberi tahu kalian"

Aku mematung. Belajar di kamarnya? Astaga. Ini bencana buatku.

"Ah kurasa aku pu—"

"Baik, Bu!!" ucap Mingyu semangat. Sial, ia memotong ucapanku.

"Baiklah, ayo, Mingyu antarkan Wonwoo ssaem ke kamarmu"

Aku hanya bisa diam saat Mingyu menarik tanganku menuju ke kamarnya.

'Hah..semoga baik-baik saja,pikirku'

--

Aku memasuki kamar bercat putih itu. Didalamnya sangat rapi, di dindingnya tergantung foto-foto Mingyu saat sedang mendaki gunung. Di meja belajarnya, terdapat banyak pernak-pernik yang mungkin ia beli saat mendaki gunung. Di sudut kamar, terdapat rak yang berisi berbagai macam perlengkapan untuk mendaki gunung seperti ransel, tenda, sepatu atau sendal gunung, headlamp, sleeping bag, alat navigasi, dan masih banyak lagi. Aku sedikit kagum dengan hobi anak ini, dan aku jadi penasaran sudah berapa banyak gunung yang taklukkan puncaknya.

"Ssaem?" panggilnya saat melihatku yang masih fokus dengan foto-foto dan perlengkapan itu.

"Eh iya?"

"Ayo kita mulai belajar lagi, ssaem"

Aku lalu duduk di karpet tebal, dengan Mingyu di hadapanku.

Fate ; meanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang