My Happiness •Wonwoo•

465 60 6
                                    

Katakanlah aku adalah orang paling bahagia hari ini.

Well, mungkin terdengar berlebihan. Tapi faktanya memang begitu. Ini adalah pengalaman pertamaku mendaki gunung sampai puncaknya. Aku tidak pernah menyangka aku sanggup melakukan ini, karena fisikku lemah dan aku tidak pernah suka melakukan kegiatan yang berbau dengan alam atau hal-hal yang ekstrim.

Tapi, Mingyu berhasil mengubah cara pandangku.

Bocah yang merupakan murid paling menyebalkan itu sukses membuatku bahagia hari ini. Membuatku tak berhenti tersenyum dan merasa spesial karenanya. Walaupun aku sempat nyaris pingsan, ia bahkan tetap menaruh semua perhatiannya padaku, membawa separuh barang-barang yang ada di tasku hanya karena ia khawatir barang bawaanku terlalu berat.

Apakah ini suatu hal yang gawat jika aku mulai menyukainya?

Maksudku, apakah tidak apa-apa jika seorang guru menyukai muridnya—dalam artian yang lain?

"Hyung! Kenapa melamun?" ucapnya tiba-tiba, membuatku kaget.

"Ah, tidak apa-apa"

Alis Mingyu naik sebelah, ia tampak keheranan dengan sikapku yang salah tingkah.

"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

"Aku baik-baik saja, Gyu"

Mingyu hanya tersenyum tipis, lalu menganggukkan kepalanya. Di kedua tangannya sudah ada dua cup kopi yang masih mengepul, lalu ia memberikan satu kopi itu untukku.

"Minumlah. Tapi pelan-pelan. Nanti lidahmu terbakar"

Aku hanya terkekeh menanggapinya, lalu mulai mengunyah biskuit rasa coklat yang baru saja aku keluarkan dari ranselku.

"Bagaimana, hyung? Apa kau masih menganggap mendaki gunung itu membuang waktumu?"

Aku tersenyum, "Tidak. Aku tidak pernah tau kalau mendaki gunung akan semenyenangkan ini. Ini sama sekali tidak membuang waktu. Karena pada akhirnya kau akan disuguhi dengan pemandangan indah dan itu membuat pikiran menjadi rileks. Aku tarik ucapanku dulu" jawabku panjang lebar.

"Jadi, jika ada kesempatan, apa kau mau mendaki lagi?"

"Tentu saja"

Aku dapat melihat raut kebahagiaan dari wajah Mingyu, dapat kudengar ia berkata yes! Berulang kali sambil mengepalkan tangannya. Aku hanya terkekeh melihat tingkahnya.

Bocah ini memang benar-benar penuh dengan energi positif, ternyata. Ia tidak semenyebalkan yang kukira.

"Eh hyung, ada yang ingin kutanyakan"

"Apa?" tanyaku penasaran.

"Soal tadi itu..hmm"

"Apa??"

"Hyung menciumku..kenapa?"

Aku lalu menunduk, pipiku terasa panas. Sial! Pasti ia bisa melihat wajahku yang sudah merona hebat seperti ini.

"A-aku h-hanya eung—" jawabku terputus-putus. Sungguh! Aku tak sanggup rasanya untuk mengangkat wajahku. Aku benar-benar malu!

"Hanya apa hyung?" tanya Mingyu lagi, ia ikut menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajahku.

"Aku hanya ingin berterimakasih.." cicitku kemudian. Dengan suara yang sangat pelan, namun sepertinya Mingyu masih bisa mendengarku karena jaraknya yang dekat dengan wajahku.

"Berterimakasih untuk apa hm?"

Aku yang masih menunduk masih berusaha menetralkan wajahku, agar aku bisa menjawab pertanyaan Mingyu dengan baik. Karena aku yakin sekali, anak ini jika pertanyaannya tidak dijawab, ia akan bertanya terus-menerus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fate ; meanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang