Answer -Author POV-

397 61 13
                                    

Mingyu dan Wonwoo makan dalam diam. Mereka terlihat canggung sekali, pipi Wonwoo juga tak berhenti memerah karena malu akibat ulahnya dengan Mingyu yang nyaris ketauan oleh ibu Kim. Ingin rasanya Wonwoo segera pulang, tapi rasanya tak enak jika menolak ajakan ibu Kim untuk makan terlebih dahulu karena beliau sudah masak banyak makanan.

"Wonwoo dan Mingyu kenapa terlihat canggung sekali?" tanya Ayah Kim.

"Ehm.. tidak, ayah" gumam Mingyu pelan.

"Ah.. Ibu tau penyebabnya, Yah" 

"Apa, Bu?"

"Tadi sepertinya Ibu melihat.. hmm-"

"Tidak ada, Yah. tidak ada" sambung Mingyu, berusaha menutupi kejadian tadi.

Wonwoo semakin menundukkan kepalanya, ia sadar pipinya sudah merah sekali sekarang. Ayah dan Ibu Mingyu hanya terkekeh, melihat putra mereka satu-satunya terlihat salah tingkah dan menutupi sesuatu.

"Baiklah, baiklah. Hmm omong-omong, bagaimana hasil belajarmu tadi?" tanya Ayah Kim sambil memotong-motong daging di piringnya.

"Dari 5 soal yang Wonwoo ssaem berikan, 3 soal berhasil kujawab dengan benar" jawab Mingyu bangga.

"Ah benarkah itu, Wonwoo?"

"Benar. Mingyu mengalami peningkatan cukup baik walaupun baru sehari belajar" jawab Wonwoo.

"Ah, baguslah, kalau begitu. Itu berarti kita tidak sia-sia meminta Wonwoo ssaem untuk mengajari Mingyu"

Wonwoo hanya tersenyum, berbeda dengan Mingyu yang memasang wajah riangnya. Terlihat sekali kalau ia senang bisa diajari oleh ssaem kesayangannya.

"Ayah, nanti aku ingin mengajak Wonwoo ssaem mendaki gunung bersama" ucap Mingyu saat telah menghabiskan makanannya.

"Wah, emangnya Wonwoo mau? jangan ajak orang lain untuk mengikuti hobi berbahayamu itu, Mingyu"

"Tentu saja dia mau! benar kan, ssaem?" tanya Mingyu sambil menyikut pelan lengan Wonwoo.

"Ehm.. akan dipikirkan dulu"

Mingyu cemberut. Ia sangat berharap Wonwoo segera menjawab iya.

"Sudah, sudah. Mingyu, lebih baik kau antar Wonwoo pulang sekarang" kata Ibu Kim

"Baik, Bu"

--

Mingyu dan Wonwoo hanya diam sepanjang perjalanan. Mingyu yang fokus mengendarai motornya, dan Wonwoo yang melamun dibelakang Mingyu sambil menikmati angin sore yang bertiup lembut di wajahnya.

Sampai akhirnya, Mingyu mencoba untuk membuka suara.

"Hyung" panggilnya. Untungnya, saat itu mereka sedang melewati kawasan yang cukup sepi, sehingga Mingyu tidak perlu mengeraskan suaranya untuk bicara.

"Ya?" jawab Wonwoo singkat.

"Maaf—hm. Soal yang tadi itu, aku minta maaf"

"Ah..itu. Tidak apa-apa" ucap Wonwoo. Ia berharap Mingyu tidak melihatnya dari kaca spion. Jelas-jelas pipi sang guru fisika itu kini tengah merona.

"Hm..baiklah. Omong-omong, bagaimana dengan tawaranku hyung?" tanya Mingyu.

"Tawaran apa?"

"Ck. Mendaki gunung, hyung"

"Itu..akan kupikirkan lagi"

"Kabari aku ya nanti. Kalau hyung mau, kita bisa berangkat saat libur semester depan. Sambil menunggu, aku akan mempersiapkan segala keperluan mendaki untuk hyung"

Fate ; meanie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang