MASA#4 : lagunya 'Dialog Senja - Lara'

1.1K 92 36
                                    

Tanpa koma ku di bully
Caci maki ku konsumsi
Fisik tolak ukur mereka
Salah ku jadi pertunjukan

-  Tanpa Koma, oleh Enau -










Malam minggu malam kelabu, ungkapan itu hanya berlaku untuk mereka yang jomblo atau untuk mereka yang biasanya mengalami patah hati.

Layaknya, mark dan aji yang membawa gitar milik renaldy untuk di bawa keteras kost-kosan pakde bulan. "Ada apa nih, gue merasakan ada aura-aura kesengsaraan." Ucap nazam yang baru saja muncul dari gang entah sehabis dari mana ia pergi. Mungkin saja ia sehabis menggoda janda muda penjual nasi uduk--bi inah.

"Sengsara tuh muka lo, na."

Ah, mark berbicara ngasal. Jelas-jelas wajah nazam tampan begitu.

"Request lagu ga ?" Ucap mark pada ke dua pria yang tengah terduduk di teras menemaninya. Nazam dan anak tetangga mereka--aji, sedang berpikir.

"Gue maunya request makanan, lapar euy" Melenceng jauh dari lagu, nazam kini mengerucutkan bibirnya saat merasa cacing didalam tubuhnya mulai menbunyikan gong dalam perut. "Jadi inget mantan, biasanya malming gini ke pasar malem beli cimol." Nazam mulai membuka topik sensitif.

Mark menghela nafasnya pelan. "Ga usah bahas mantan lah, sepet."

"Yailah bang," mendengar kegalauan tentang perempuan, aji kini malah meledek mark dalam hati seraya menyenderkan bahunya ke tembok. "Kalo adu nasib soal cewek mah gue yang paling naas."

"Belum memulai, tapi sudah kandas." Lanjut aji seraya menatap langit malam yang akan pas untuk jalan-jalan. Pas untuk jalan-jalan bersama widya, namun sayang sepertinya kini widya sedang jalan-jalan bersama galuh. Membayangkan hal uwu apa yang akan dilakukan galuh si ketua osis terhadap gebetannya itu, membuat aji sedikit merasa kasihan terhadap diri sendiri.

"Miris banget, ji." Tak tega, nazam mengelus surai hitam laki-laki yang lebih muda darinya itu, nazam pernah mengalami patah hati. Namun tak pernah mengalami patah hati sebelum memulai seperti aji, nazam pikir itu terlalu menyakitkan.  "Lo kurang ganteng si, makanya belom mulai aja udah kandas."

Mark tertawa mendengar penuturan nazam, sedangkan disana aji sudah ingin melemparkan rak sepatu pada wajah nazam yang menyengir lebar.

"Cinta kok tolak ukur nya fisik." Aji menghela nafasnya. "Tapi jaman sekarang mah emang fisik segalanya sih."

Keduanya terdiam mendengar penuturan aji yang lebih muda dari mereka. "Udah-udah, gue ada lagu nih" mereka menatap nazam.

"Lagu nya dialog senja, lara." Saran nazam yang membuat mark mengangguk. "Oke, gue tahu kuncinya nih. Pake puisi yang ada diawalnya ngga?"

"Pake lah! biar dalem."

Akhirnya sesuai saran dari nazam dan aji, mark mulai memetik gitar akustik itu.

"Ketika senja datang
Ku merasa setengah diriku menghilang
Bagaikan tak berdosa
Kau hancurkan rasa yang selama ini kutanam.."

Lagi-lagi memori Mark memutar kembali kenangannya bersama dayita, gadis blasteran bandung-jogja itu benar-benar membuat mark jatuh di palung kenangan yang terdalam. Terjebak dan tak bisa naik untuk keluar.

"Saat semuanya telah pergi
Bayangmu kembali mengisi
Entah apa yang kau mau
Ku tak berhak lagi, 'tuk mengungkit kembali."

MASA ; DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang