17.30
Ciiittt...
Iqbaal menghentikan motornya tepat di depan rumah (Namakamu).
(Namakamu) pun turun dari motor Iqbaal dan melepaskan helm yang ia kenakan. "Nih helm lo. Ingat helmnya dipake, awas kalau nggak dipake," (Namakamu) menyodorkan helm itu kepada Iqbaal.
Iqbaal mengambil helm itu. "Iya istri ku yang cantik," Iqbaal terkekeh melihat rona merah di pipi (Namakamu) muncul.
(Namakamu) menunduk malu sambil senyum-senyum sendiri. "Makasih loh udah bilang gue cantik."
"Emang lo cantik, tapi istrinya lo gak bilang makasih juga?"
(Namakamu) mengangkat dagunya dan menatap Iqbaal. "Mmm...nggak," (Namakamu) langsung berlari masuk ke dalam rumah.
Iqbaal cengo melihat (Namakamu) langsung berlari masuk ke dalam rumah, ia langsung ditinggal sendirian di luar rumah. "(Nmk..)! Kok gue ditinggal?" tanya Iqbaal sedikit berteriak.
"(Namakamu)nya lagi bulshing bal, dia bulshing sampe mau gigit tangan gue tau gak!" itu bukan jawaban dari (Namakamu) melainkan teriakan dari Bryan, abangnya.
"Buset sadis bener," kekeh Iqbaal. "Yaudah kalau gitu gue pulang dulu ya, Fungi entar jangan lupa bales WA gue," teriak Iqbaal, ia pun mengenakan helmnya dan menyalakan motornya tapi saat ia ingin melaju ada yang memanggilnya.
"Iqbaal!" itu adalah teriakan (Namakamu) yang sedang berdiri di depan pintu rumahnya.
Setelah Iqbaal melihat orang yang memanggilnya ia pun mematikan motornya dan melepaskan helmnya. "Loh (Nmk..)? Kenapa? Katanya tadi lagi bulshing," tanya Iqbaal sambil terkekeh.
(Namakamu) menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Mmm..gapapa," jawabnya malu-malu kucing.
"Terus ngapain manggil?" Iqbaal menatap (Namakamu) yang kelihatannya salah tingkah.
"Emm...anu-lo.gak.mau.mampir.dulu?" (Namakamu) melontarkan kalimat itu dengan nada yang sangat cepat, kereta api aja kalah cepetnya.
"Hah? Apasih? Lo ngomong apa? Cepet banget," Iqbaal benar-benar tidak paham dengan kalimat yang (Namakamu) lontarkan tadi.
(Namakamu) menarik napas dalam-dalam kemudian ia menghembuskannya secara perlahan. "Emm..lo gak mau mampir dulu?" oke ini jelas.
"Oh..nggak Fungi lain kali aja ya udah mau magrib soalnya, udahkan? Ada lagi?" Iqbaal menunggu kalimat yang (Namakamu) ingin katakan.
(Namakamu) melirik ke belakang pintu di sana ada Bang Bryan yang sedang bersembunyi sekaligus mengintip. "Udah ngomong aja," desis Bang Bryan sambil menatap (Namakamu) yang juga menatapnya.
(Namakamu) menarik napas dan menghembuskannya, lalu ia berjalan mendekat ke arah Iqbaal.
Semakin dekat, dekat lagi, lagi, dan stop. (Namakamu) berdiri di hadapan Iqbaal dengan sedikit jarak mungkin hanya tersisa 5 cm. "Makasih," (Namakamu) menatap mata Iqbaal dan tersenyum semanis mungkin.
"Makasih buat apa?"
"Makasih udah buat gue bahagia hari ini, makasih udah ngenalin gue sama nyokap lo, makasih udah traktir makan siang, makasih udah beliin gue es krim, dan..." (Namakamu) mendekatkan mulutnya ke telinga Iqbaal. "Makasih udah anggap gue sebagai bagian dari hidup lo, makasih Iqbaal sa-sayang," bisik (Namakamu), kemudian ia melangkah mundur satu langkah.
"Mungkin gue harus ngajarin lo bilang sayang tanpa putus-putus," Iqbaal terkekeh.
(Namakamu) tertunduk malu. "Maaf soal itu, gue gak bisa manggil lo sayang karena jantung gue jalanya cepet banget," (Namakamu) tercengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fungi & Larva • IDR✔️
Fanfiction[Complete] (Namakamu) Serlin Herman adalah seorang gadis remaja berparas bule Jerman yang mampu menarik hati seorang laki-laki tampan yang bersifat bad-play boy yang bernama Iqbaal Dhiafakhri Rajendra. Iqbaal berpikir akan selalu mengganggu dan menj...