Biarkan Dia Pergi

14 0 0
                                    

"Jika ia bukan salah satu warna pelangi. Mengapamemaksakan untuk menyebutnya pelangi indah? Warna hitam misalnya" – AFH

"Mengapa banyak sekali orang gila di dunia ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mengapa banyak sekali orang gila di dunia ini. Sampai – sampai rasanya aku muak dengan semuanya," Rama berteriak mengeluarkan keluh kesahnya.

Inaya hanya bisa tersenyum melihat sahabatnya yang lagi kesal itu. Mereka baru saja selesai jam kuliah. Berjalan di lorong kampus sambil memeluk buku yang mereka pinjam dari perpustakaan. Hari ini memang Inaya sengaja untuk ke perpusatakaan kampus untuk bahan mata kuliahnya. Sebagai sahabat yang baik Rama juga menemani Inaya meminjam buku. Walaupun tampak di wajahnya ia sangat bosan berada di perpustakaan tadi. Sekarang mereka berjalan menuju parkiran mobil mereka yang di pinggir jalan karena ke kampus buru-buru. Waktu menunjukkan jam 2 siang.

"Kau kan salah satu orang gila di dunia ini. Kenapa harus menyalahkan sesamamu Ram ? hahaha...," Jawab Inaya menggoda Rama sambil masuk ke dalam mobil.

"Ah kau nay, tak bisa membuat perasaanku lebih baik" Ujar Rama.

"Hahaha cie, bete ya? Emang kenapa loh? Coba cerita sikit" Balas Inaya sambil membuka mobil. Namun Rama menahan Inaya di sampingnya.

"Biar aku yang menyetir" Ujar Rama.

"Tak apa aku saja Ram" Balas Inaya

"Aku saja" Jawab Rama singkat sedikit memaksa sambil mengambil kunci mobil dengan sigap dan membelakangi pintu mobil dan sekarang berhadapan dengan Inaya. Inaya berusaha merebut kunci itu. Tetapi Rama yang tinggi dengan mudah menahan Inaya.

"Ah kau ini, izinkanlah aku untuk menyetir. Aku kan harus belajar menyetir mobil. Setidaknya sekali sajaaa. Please !" Inaya yang cemberut lalu langsung memasang wajah tersenyum dengan tangan memangku dagunya.

Rama sontak saja langsung semakin berdebar-debar melihat wajah Inaya. Sudah lama ia tak melihat senyum itu. Tapi tak mungkin ia menampakkan kesenangannya di depan Inaya. Ia takut kalau Inaya tau kalau ia menyukai sahabatnya itu. Namun ia berusaha menahannya dan membalas dengan wajah yang datar.

"Kau pikir bisa membujukku dengan muka jelek itu ?" Ucapan tak jujur itu keluar dari mulut Rama. Padahal jantungnya hampir berhenti karena menatap mata yang berbinar itu. Mata yang sudah tak ingat kapan mata itu bersinar.

"Yasudah ini kuncinya, bawa mobilnya yang pelan ya tuan putri," Rama memberikan kuncinyanya dan bertingkah seperti pelayan yang melayani seorang tuan putri di cerita dongeng. Dan mengacak-acak pelan rambut Inaya. Sepasang mata yang bertemu itu lama saling menatap. Tangan Rama masih di kepala Inaya seperti membelai rambut halus itu. Seperti ada yang memberhentikan waktu.

"Ah Rama! Jangan lakukan itu lagi. Rambutku bisa berantakan. Nanti aku jelek bagaimana," Inaya berbicara begitu supaya keluar dari situasi yang aneh itu. Dan sambil memperbaiki rambutnya yang hampir kusut.

DIA HUJANKUWhere stories live. Discover now