"Ia meninggalkan tempat singgah yang sama. Namun kaumasih bisa tersenyum? Berarti bukan dia orang yang kau cari selama ini." – AFH
"Ah aku kesiangan!" Kata-kata itu juga serentak diucapkan oleh Rama dan Inaya.
Setelah apa yang terjadi dengan mimpi pendek itu. Mereka tak ingat. Lebih tepatnya mereka melupakan hal itu. Terutama Inaya, ia berfikiran bahwa semua orang pernah bermimpi buruk. Sama halnya dengan apa yang ia alami tadi. Tak ada yang salah dengan itu. Toh itu hanya mimpi. Pikiran Inaya mengabaikan.
Sesampainya di kampus mereka berlari seperti atlet dadakan di lorong kampus. Ada Rama yang berasal dari jalur utara terus berlari dengan kencang. Inaya berlari dari sisi selatan tak kalah cepat dengan langkah kakinya yang mungil. Ketika di depan pintu kelas. Mereka berteriak sambil mengerem dadakan kaki yang sudah sangat laju tadi. Dengan reflek menutup mata takut akan terjadi hantaman antara mereka berdua. Inaya berhenti dengan gaya kaki naik ke belakang. Dan ketika Inaya membuka mata ia terlihat seperti orang bodoh dan Rama memperhatikan Inaya sambil tersenyum lalu ia menyentuh pelan ujung hidung Inaya yang mancung.
"Kau kalah." Senyum lepas keluar dari bibir Rama.
"Ayo masuk kelas, apa kau akan bertingkah seperti bebek yang mau terbang dan 17 orang akan melihatmu secara bersamaan?" Ucap Rama.
Inaya terdiam dan menurunkan kakinya. Ia tersenyum lalu masuk ke kelas bersamaan Rama.
Hari demi hari mereka lewati semakin membahagiakan satu sama lain. Entah itu membuat orang lain akan cemburu tentang hubungan mereka. Walaupun mereka juga tak ingin lebih dari sahabat. Semua itu terjawab dari tatapan mereka yang sama. Namun Sang Pencipta membuat cerita yang berbeda. Kebahagiaan yang mereka rasakan adalah gerbang awal dari apa yang dewa rencanakan. Entah mengapa dewa senang sekali mengusik mereka. Apa ada kisah masa lalu yang tak bisa diterima Sang dewa?. Apa ini hanya candaan para dewa? Kalau benar ini adalah cadaan yang sagat keras dan sudah kelewatan. Namun siapa saja harus menerima semuanya. Bahkan malaikat pelindung sekalipun.
Di suatu malam suntuk. Inaya mulai bosan, ia tak tahu ingin melakukan apa saja.
"Baiklah apa yang bisa kta lakukan disini". Ucap Inaya mencari sesuatu untuk embutnya sibuk. Ia mengambil secarik kertas dan mencari satu buah pena.
"Oke pena, bekerja lah. Buat aku sibuk" Inaya berbicara pada pena seperti orang bodoh.
"Topik apa yang bagus untuk dibahas malam ini. Oh iya, bagaimana dengan Rama."Inaya mulai menuliskan Judul di bagian atas kertas.
"Oh iya kenapa aku tak bisa ingat kapan aku bertemu dengan Rama. Bahkan kenapa aku bisa langsung sedekat ini dengan Rama." Malam itu Inaya memfokuskan ingatannya di bawah sinar lampu belajarnya.
"Ah apa aku setua itu bisa jadi pelupa begini. Tapi rasanya aneh, seperti ada yang menghapus ingatanku. Hmm ah tapi mana mungkin.". Inaya berbicara pada dirinya sendiri.
YOU ARE READING
DIA HUJANKU
Fantasy"Cara terbaik menitipkan sendu pada langit yang hampir menangis" - AFH