08 The Incident

711 102 1
                                    

Jieun selalu memiliki angan atas mendapatkan kekasih. Berangan tentang bagaimana ketika ia dicintai dan diperdulikan. Hal itu diidamkannya sejak ia menemukan kisah romantis pada buku yang dibacanya ketika umur 13 tahun. Ia mulai memikirkan suatu tipe pria idaman di dalam pikiran mudanya.

Kala itu ia berumur 14 tahun dan seorang pria yang merupakam bintang di kelasnya mendekatinya. Jieun mengira itu adalah hari terbaiknya dalam sepanjang hidupnya. Ketika ia terbuai akan kebahagiaan semu yang berhasil membuat masa sekolah menengahnya menjadi kenangan buruk dalam hidup.

Hari itu sore hari ketika pria itu mengajaknya bertemu di lapangan basket dan Jieun menurutinya. Ia tidak tahu kejutan besar menantinya. Jieun mengingatnya jelas bagaimana cacian itu terlayang padanya, tepung dan telur yang dilemparkan padanya berikut tawa yang mereka lontarkan padanya. Jieun mengingat kesakitan itu dan kejadian itu merupakan mimpi terburuknya di masa menengah pertamanya.

Dan kali ini kejadian itu kembali terjadi. Tidak, bukan pembullyan yang sama namun kejadian dimana seorang pria datang kepadanya. Bersikap perduli padanya dan menawarkan sebuah pertemanan padanya. Jieun tahu seharusnya ia segera membentengi dirinya agar kejadian yang sama tidak terjadi lagi namun ia tidak bisa untuk menghindar. Tidak ketika penawaran itu dinyatakan begitu tulus oleh seseorang untuk pertama kalinya.

Sikap itu bukanlah semata-mata atas tujuan tertentu namun untuk sebuah niat yang diiringi ketulusan. Jieun melihatnya sendiri dan ia percaya pada Taehyung. Oleh karenanya untuk kedua kalinya Jieun mengingkari dirinya. Ia membalas sapaan Taehyung hari itu dan memulai kembali pertemanan mereka.

"Miyan, karena telah mengabaikanmu hari kemarin." Ucap Jieun mengawali perbincangan.

"Aniya, aku sudah cukup lega melihat keadaanmu hari ini." Suara lembut berikut senyum lebar yang tersungging di bibir itu tak pelak membuat hati Jieun menghangat.

"Apa... kau punya waktu sepulang sekolah?" Nada itu terdengar ragu dan nafasnya yang sedikit tersendat membuktikan jika pria itu dalam keadaan gugup.

"Jika tidak, aku ingin mengajakmu pergi." Lanjut Taehyung kemudian.

Jieun memanglah bukan orang yang memiliki pengalaman dalam hal cinta. Bahkan ia tidak pernah mengalami satupun dalam hidupnya. Namun berterima kasih pada kebiasaan membacanya berikut beberapa film romantis yang telah ditontonnya hingga ia menangkap pengalaman tentang cinta.

Dan Jieun tidak bodoh untuk menyadari maksud dari pertanyaan itu. Semburat rona merah muda yang tampak di pipinya cukup menjelaskan tentang dia yang memahami pertanyaan yang dilontarkan Taehyung.

"K-kau tidak perlu khawatir, anggap ini sebagai kencan antar teman." Tambah Taehyung kemudian setelah melihat bagaimana reaksi Jieun.

"Aku bisa pergi dengamu." Gumam Jieun pelan namun cukup terdengar hingga ketelinga Taehyung dan membuat pria itu mendongkak cepat, melihat Jieun dengan mata membulat.

"Jinja?" Tanyanya memastikan dan ketika anggukan kecil diberikan Jieun, tanpa aba-aba Taehyung bersorak kegirangan.

"Setelah pulang sekolah, tunggu aku di gerbang. Jangan pulang dulu, kau sudah janji padaku. Mengerti?" Ucap Taehyung bertepatan setelah bel masuk telah berbunyi, tanda waktu istirahat hari itu telah selesai.

Jieun mengangguk dan ia tanpa bisa dicegahnya tersenyum melihat bagaimana Taehyung berjalan pergi kembali kekelasnya seraya melambai riang padanya.

YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang