Banyak orang berkata, tuhan itu maha adil. Menciptakan manusia dalam setiap kodrat yang beragam juga takdir yang berbeda-beda setiap individu. Mereka yang memiliki nasib beruntung, belum tentu merasa bahagia selayak orang yang bernasib kurang darinya. Malah kadang orang dengan nasib yang lebih beruntung itulah yang akan mengirikan kehidupan orang dengan nasib kurang darinya.
Namun Jieun tidak berpikiran serupa dengan orang kebanyakan. Hidupnya tidak seindah yang diceritakan para pendongeng. Ia memang memiliki kedua orangtua berikut rumah untuk ditinggalinya. Tapi tidak dengan keharmonisan juga kehangatan di dalamnya. Ia tidak pernah merasakan semua itu. Lalu sekolah, ia hanya menganggapnya sebagai tempat baginya untuk menghabiskan waktu selain di rumahnya.
Kebahagiaan. Adalah suatu kalimat angan yang diharapkannya. Mungkin waktu bersama Taehyung adalah satu pemberian tuhan yang diberikan untuknya merasakan sedikit kebahagiaan. Dan Jieun tahu diri untuk tidak serakah meminta kebahagiaan yang serupa.
Ia tidak lagi terkejut kala sekumpulan gadis yang disebut sebagai geng penguasa di sekolahnya mendatanginya karena suatu perihal, yaitu Taehyung. Ia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi.
Ia sudah pernah mengalaminya. Sebuah tamparan, pukulan, tendangan tapi tidak dengan pemaksaan untuk membuka pakaian teratasnya. Jieun berteriak meronta kala usahanya sia-sia dan ia menangis saat pukulan kembali diterimanya sebagai bentuk perintah untuknya bungkam.
Sebuah lipstick merah terpoleskan di bibirnya dan salah satu gadis mulai mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan mode kamera. Jieun terbelalak sesaat mendengar pernyataan yang diucapkan gadis kamera tersebut.
"Sekarang, aku akan membuatmu terkenal. Pasang wajah yang cantik, jangan sampai kau menyesal karena aku akan membagikannya pada teman-teman kita." Ada senyum licik di sudut bibir gadis itu dan ketika tiba-tiba saja ia kembali memerintahkan dua teman lainnya untuk memegangnya.
Jieun memberontak, namun ia tidak bisa melakukannya lagi. Usaha pemberontakannya berikut pukulan yang diterimanya membuat tenaganya habis. Ia ingin berpaling namun sebuah tangan menahan kuat rahangnya hingga membuatnya tidak bisa menoleh sedikitpun.
Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya, selain daripada menerima segala takdir menyedihkannya. Tidak lagi pengharapan untuk Taehyung datang menyelamatkannya. Tidak setelah apa yang terjadi, harga dirinya telah habis seiring akan tawa berikut langkah kaki yang perlahan menjauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You
FanfictionWajah yang tidak cantik berikut tubuh besarnya menjadi alasan atas diskriminasi yang ada. Cacian adalah hal yang selalu diterimanya. Buku adalah satu-satunya temannya. Tidak pernah dalam hidupnya Jieun membayangkan dirinya untuk mengalami hal yang b...