Beberapa malam sebelumnya...
Bintang jatuh terlihat di langit gelap Kekaisaran Qinlong. Bintang itu jatuh dengan begitu cepat hingga membentuk kurva cahaya dengan ekornya. Anehnya, setelah beberapa saat, bintang jatuh itu berhenti secara absurd tanpa diketahui penyebabnya. Orang-orang yang menonton kejadian itu juga ikut kebingungan.
Di saat yang sama, di langit, seorang kakek tua berambut putih panjang beserta janggut putih yang sama panjangnya dengan tubuhnya terlihat samar-samar sedang mengulurkan tangannya dan memberentikan cahaya yang tadinya melesat dengan cepat hingga membuat cahaya itu berhenti mendadak.
"Hei nona, apakah kau akan merasa keberatan jika memberikan kakek tua ini sedikit tumpangan?"
Kakek itu berkata pelan dan kepada cahaya itu. Tangan kanannya mengelus-elus jenggot putih panjangnya. Berusaha terlihat ramah agar dituruti keinginannya. Namun, dalam beberapa saat, cahanya itu terus diam dan tak merespon, membuat kakek itu menyuarakan kata-kata bujukan.
"Tak usah ragu, nona. Bantulah kakek ini. Bantuan yang kau berikan nantinya akan selalu aku ingat dan apabila bisa, aku pasti akan membantumu jika kau terkena masalah. Bagaimana? Bukankah ini penawaran yang bagus?"
Sesaat setelahnya, cahaya itu membuat gerakan seolah mengangguk, tanda perseujuan terhadap permintaan kakek itu.
Dengan mengeluarkan suara tawa "hehehehe", kakek itu mengulurkan tangannya untuk memegang ekor cahaya itu. Setelahnya, mereka pun melesat.
Orang orang di bawah yang menyaksikan kejadian aneh itu menyebutnya sebagai Tingzhi Liuxing atau Bintang Jatuh yang Terhenti.
***
Sore itu, Kediaman Keluarga Lin sangatlah ramai. Semua orang sibuk mempersiapkan kedatangan pangeran ke-2 yang akan mendiskusikan perihal pernikahannya dengan nona muda Lin ke-2, Lin Lanxue. Nona muda ke-2 dikatakan sebagai gadis tercantik di seluruh penjuru Qinlong sampai-sampai sinar rembulan pun akan meredup apabila dibandingkan dengan kehadirannya.
"Persiapkan semua dengan benar. Letakkan bunga itu di sudut ruangan itu."
Seorang wanita berparas cantik memberikan instruksi kepada parapelayan yang sedang sibuk. Tangan kanannya memegang sebuah kipas berwarna biru tua seperti pakaiannya yang sesekali ia kibaskan pelan di depan wajahnya. Bibir merahnya menyungging sebuah senyum kemenangan yang terlihat angkuh. Dia bernama Li Jihua, istri ke-2 dari kepala keluarga Lin saat ini, Lin Huiguo.
'Malam ini harus sempurna. Ini adalah hasil jerih payahku menyingkirkan gadis bodoh itu. Sekarang adalah waktunya bagi putriku untuk bersinar. Tinggal sentuhan terakhirnya saja.' Memikirkannya, sudut bibirnya semakin terangkat.
Suara langkah kaki pelan menghampirinya dari belakang. Setelah membalikkan badan dan melihat siapa itu, matanya langsung bertambah terang. Gadis yang menghampirinya adalah putri ke-2 nya, Lin Xianlu.
"Ibu, aku sudah melakukan apa yang kau katakan. Malam ini dia pasti akan mati. Gadis bodoh itu tak akan mungkin mengetahuinya."
Sebuah suara pelan seorang gadis yang berbisik muncul dari sebelah tempatnya berdiri. Setelah mendengar apa yang gadis itu ucapkan, senyuman yang tersungging di wajah wanita itu pun semakin melebar.
***
Di salah satu sudut Kediaman Keluarga Lin, berdiri sebuah bangunan sederhana. Tidak seperti bangunan megah yang lain, bangunan ini tampak begitu polos, seolah-olah bukan bagian dari kediaman itu sendiri. Suasananya juga sangat sepi, tidak sepertibangunan lain yang begitu ramai. Yang terdengar dari dalamnya hanyalah suara kecil batuk seorang gadis.
Di dalam ruangan itu hanya ada sebuah meja kecil dengan sebuah lampu lentera yang ada di atasnya dan sebuah tempat tidur dengan gadis yang meringkuk di permukannya.
"kuh....hukhukhuk..."
Yang keluar dari mulut gadis itu adalah suara batuk dengan nafas yang tersendat-sendat. Entah mengapa, dadanya terasa begitu sesak seolah-olah tak ada udara yang dapat ia hisap. Rasanya begitu sakit dan menyesakkan. Dia tak tahu alasan mengapa semua ini dapat terjadi.
Rasa sakit itu terus menyiksanya hingga malam datang dan langit menjadi semakin gelap. Pencahayaan yang ada hanya bersumber dari lentera yang menyala di atas meja, yang belum sempat ia gantung setelah menyalakannya.
Sepertinya rasa sakit ini akan terus menyiksanya sampai ajal menjemputnya. Wajah pucatnya menyunggingkan sebuah senyuman keputus asaan di tengah rasa sakitnya.
***
Ketika sedang melesat, bola cahaya yang kini bersama kakek tua itu pun sebali menemukan gangguan. Entah mengapa ada terasa seolah ada kekuatan tak terlihat yang terus menariknya ke bawah. Karena kakek yang perpegangan pada ekornya menambah bebannya, pada akhirnya ia memutuskan untuk menjatuhkan kakek itu dengan kibasa ekornya. Namun, meski demukian kekuatan yang menariknya itu sama sekali tidak melemah, malahan semakin kuat.
Bola cahaya itu kehabisan tenaga untuk meronta melarikan diri dan hanya dapat membiarkan kekuatan itu menariknya entah ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Stunning Smile
Ficción históricaDia adalah seorang gadis yang sama sekali tak percaya pada cinta. Karena suatu insiden, terlahir kembali sebagai puteri tertua dari menteri kanan kekaisaran di masa dan dunia yang berbeda. Meski begitu, dia sama sekali tak pernah mendapatkan kasih s...