-BAB 2-

19.1K 1K 13
                                    

Gita terus berjalan seraya meratapi nasibnya. Miris. Nasibnya benar-benar menyedihkan. Ia dikhianati oleh dua orang yang sangat dia sayangi. Sahabat dan suaminya sendiri.

Gita tidak habis fikir, kepercayaan dan kesetiaan yang selama ini sudah ia berikan, dihancurkan dengan begitu mudahnya oleh sahabat dan suaminya.

'Ya Tuhan, kenapa KAU mengujiku dengan cobaan seperti ini?'

Gita memeluk erat Cherryl yang masih terlelap dalam gendongannya sambil terus menangis.

"Sekarang kita hanya akan hidup berdua, sayang," gumam Gita diselingi isak tangis, "mama akan berusaha dengan keras supaya kamu tetap bahagia, walaupun tanpa papa."

Gita mengecup dalam pipi sang putri yang masih berusia tiga tahun. Sekarang hanya Cherryl yang ia punya. Seberat apapun jalan hidup yang akan ia tempuh nanti, ia tidak peduli selama Cherryl ada bersamanya.

Gita kembali mengecup dalam pipi Cherryl. Kali ini sedikit lebih lama, sehingga membuatnya tanpa sadar melangkah menyeberangi jalan tanpa memerhatikan jika ada sebuah mobil melaju dengan kecepatan sedang, menghampirinya.

Dalam sekejap Gita merasakan tubuhnya melayang, terguling ke sisi trotoar jalan dengan Cherryl yang masih berada dalam dekapannya. Dengan cepat Gita melindungi Cherryl, ia mendekap erat tubuh mungil putrinya itu dan melindungi kepalanya dengan satu tangannya.

Gita meringis saat kepalanya membentur tepian trotoar. Tubuhnya seketika lemas dan Cherryl pun terlepas dari dekapannya.

Gita menatap Cherryl yang berada tidak jauh darinya. Pandangannya mulai mengabur. Tapi tangisan putrinya masih sangat terdengar jelas di telinganya.

"Cher... ryl," desis Gita. Anakku, batinnya.

Gita hendak menggapai Cherryl sebelum akhirnya kegelapan menghampirinya.

***

Kepanikkan sedang melanda Dave saat ini. Bukan hanya Dave, Abrar pun yang menyaksikan secara langsung bagaimana kecelakaan yang di alami oleh sang papa tidak hentinya menangis.

"Sssttt," Dave mendekap erat sang putra yang terus saja menangis sejak melihat dirinya membawa wanita dan anak perempuan itu ke dalam mobil.

Melihat ketakutan dalam diri Abrar, seketika saja rasa panik dalam diri Dave bercampur dengan rasa takut. Rasa takut yang sama seperti saat mendiang Devina tengah mengalami masa kritis.

'Ya Tuhan, selamatkan mereka,' doa Dave dalam hati. Dia berharap kali ini Tuhan mendengarkan doanya dengan menyelamatkan wanita dan anak perempuan itu.

Selang setengah jam kemudian, seorang suster keluar dengan memberikan kabar kalau anak perempuan yang sedang bersama dengan wanita tadi berada dalam keadaan baik-baik saja. Hal itu merupakan sebuah anugerah bagi anak perempuan itu. Ia hanya mengalami beberapa lecet di tubuhnya dan sudah dapat ditemui. Sementara wanita itu masih dalam penanganan dokter di ruang UGD.

Mendengar kabar anak perempuan itu baik-baik saja, sontak Dave mengucap syukur. Walaupun dalam hati kecilnya masih berdoa dan berharap wanita yang ia yakini ibu anak itu dalam keadaan baik-baik saja.

***

Dave menatap lekat wajah anak perempuan di hadapannya lalu tersenyum saat melihat mata bulatnya menatap Dave tanpa berkedip.

Simfoni Cinta (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang