Memiliki Kehilangan

5.4K 222 21
                                    

Suara Tangisan Bayi Menggema di Ruangan Perawatan Prilly yang seketika itu Juga di sulap menjadi ruang Bersalin Merangkap ICu.

Bayi Laki-laki Berukuran 65cm, berat 3.2 kg, dengan Kulit Putih Blasteran Indo-Arab telah Lahir sekitar 10 menit Yang Lalu.

Mereka Menyambutnya Dengan Suka Cita, Para Orang Tua Di persilahkan Masuk, Dan Di Minta Untuk Tetap Tenang oleh Ali.
Semuanya Tahu, Semuanya Paham dan Semua bisa Merasakan Kesakitan yang di rasakan Ali.

Mereka Bahkan tidak diizinkan Untuk Menangis Oleh Ali, Mereka tidak Di perkenankan untuk meraung apalagi Saling Menyalahkan. Semuanya sudah Jalan Tuhan, Semuanya sudah di rencanakan secara Matang Oleh Takdir.

Dulu, Ali memang Selalu Mengatakan bahwa 'Takdir Sekalipun Tak akan Ia Biarkan Mengambil Prilly dari Sisinya' namun Sekarang, Ali Ikhlas. Ali sudah Mengikhlaskan Prilly diBawa Pergi Oleh Takdir, Ali rela di Tertawakan Semesta, karena Ia yakin, Jalan Tuhanlah Yang Terbaik.

Prilly telah Pergi..

"Maafkan kami Ali."
Dokter Andin Menatap Sendu Mata Ali yang sama Sekali tak Mengeluarkan Air mata. Bahkan Ali sempat tersenyum padanya.

Setelah Bayi Kecil itu di Bersihkan, Suster Karin Memberikannya pada Resi yang sudah tak Kuasa Menahan Air matanya. Sedang Lily dan Dendo, mereka berada di dekat Brangkar Prilly, Menyaksikan Anak Semata Wayangnya Menutup Mata dengan Damai. Tersenyum pada Mereka yang Menatapnya. Prilly Pergi tanpa Beban, Prilly Pergi dengan Ikhlas, karena Prilly yakin Mereka yang di tinggalkan adalah orang-orang yang Kuat Menjalani kehidupan Kedepannya.

"Love You More More and More Sayang." Ali mengecup Kening Prilly lama, sebelum akhirnya Mengizinkan Suster Membersihkan badan Istrinya.

Ali beranjak Ke Sofa, Duduk di dekat Revand yang terlihat sangat Hancur, di sana Ada Rasya Juga Rizzy yang Tak Kuasa Menahan air matanya, Keduanya Belum Ikhlas Jika Prilly Pergi secepat ini, bahkan Sebelum dia Melihat Rupa anaknya.

Revand Menepuk Pundak Ali lalu Tersenyum kepadanya. "Kamu Kuat Jagoan."
Katanya lalu Memeluk Anaknya.

Siapapun Tau bagaimana Cintanya Ali kepada Prilly, Siapapun Tau bagaimana Perjuangan Ali sebelum sampai di titik akhir Ini..

"Prilly..."

Lily berteriak menyaksikan tubuh Anak tunggalnya Ditutup kain Putih, badannya Terbujur kaku dan Dingin.
Tapi Lily tahu, sekarang Prilly tidak Merasakan Sakit Lagi, Prilly tidak akan Meringis Lagi, prilly telah Damai dalam tidur panjangnya. Prilly telah Pergi.

"Ali maafkan mama."
Kali Ini ia beralih memeluk Ali, Rasa Bersalah menggantungi dinding hatinya. Lily memang tidak Ikut Banyak andil dalam Mengurus Prilly, karena Lily yakin Prilly berada di tangan Orang yang sangat mencintainya.

"Ikhlas mama."
Ali membalas Pelukan Mertuanya.
Dalam diam, Iapun merasa sangat Kehilangan. Prilly Istrinya, Prilly Cintanya, dan Prilly Hidupnya. Tapi Prilly memilih Menyerah Bukan Karena tidak sayang lagi, tapi karena Perjalanan Hidupnya Sudah cukup sampai disini, dan Ali Tahu itu. Takdir memang tidak Pernah Bisa di tebak akhirnya, dan ikhlas adalah satu-satunya Cara untuk Tetap Berdiri tegak.

"Dia tidak ingin Kita Menangisinya mah."
Dendo mengambil Alih pelukan Istrinya, membiarkan Dia menumpahkan segala Rasa di dadanya. Beban di pundak Ali sangatlah Berat, dan Dendo tidak Ingin Menambahnya Lagi dengan Membiarkan Istrinya Meraung di dada Ali.

Sangat Sakit Menjadi Seorang Ali. Tapi Ali yang mereka Kenal adalah Ali yang Kuat, yang akan tetap berdiri Kokoh, saat ini. Walau bukan Lagi untuk Prilly.

*

Kini, tubuh kaku itu telah tertutup tanah Merah, Di atasnya terdapat Tulisan Namanya. Dan Yang tersisa tinggallah kenangan Bersamanya.

Menjemput Hati (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang