Happy reading....
🍁🍁🍁
Kebencian Sherly terhadap Rhesa kian hari kian bertambah. Padahal sejak awal mengenal Rezky, Sherly sudah berusaha untuk bisa lebih dekat dengan Rezky. Bagaimanapun caranya.
Cuma tidak ada tanda-tanda yang bisa membuat Rezky lebih melirik dan mau berlama-lama dengannya. Bahkan dia malah semakin sering terlihat bersama Rhesa.
Setiap hari Sherly biasanya nggak lepas dari PDKT pada Rezky dengan segala cara, tapi hari ini semua terasa mubasir. Sherly putus asa, biar masih penasaran berat,dia merasa usahanya dijegal seseorang padahal kalau urusan cantik dan modis, dia pasti yang lebih unggul.
Rhesa-kan cuma cewek kebanyakan yang nggak ngikuti zaman, terlalu biasa malah. Jadi, aneh dong kalau Rezky lebih milih Rhesa dibandingkan dengan dia. Sekarang, di otaknya hanya berisi untuk mencari cara agar dia lebih bisa dekat dengan Rezky dan menyingkirkan Rhesa. HARUS.
🍭
Rhesa terus bolak-balik berjalan dari ruang kelasnya menuju ruang pertemuan tim basket. Tentu saja tingkahnya menjadi perhatian banyak orang yang sempat berpapasan dengannya.
"Eehh, Neng kok gelisah sekali?" tegur Rina yang keluar kelas karena nggak tahan melihat sahabatnya gelisah begitu.
"Gue mau ketemu Rezky nih"
"Emang kenapa kalo lo mau ketemu Rezky?"
Rhesa sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga Rina. "Badan gue bisa panas-dingin" bisiknya.
"Bhahahaha" Rina tertawa terbahak-bahak.
"Sssttt, ketawanya jangan keras-keras dong, nanti kedengaran orang"
Sherina segera menutup mulut dengan tangannya, dia menenangkan diri sebentar. "Abis lo sih, udah sering ketemu masa masih panas-dingin, Aneh"
"Ya, gue juga nggak tau, Na. Emang bawaan kali"
"Bawaan apa? Karena lo ada yang kege-eran?"
"Ck! Lo tu yaaa, bukannya nenangin malah ngeledekin"
Sherina berusaha tenang, pelan-pelan dia menyudahi tawa kecilnya yang masih tersisa tadi. Suasana di sekolahan sedikit tenang karena sebagian murid sudah kembali ke kelasnya masing-masing.
🍭
Kring... Kring... Kring
Suara telpon berbunyi keras. Rhesa yang mendengarnya segera mengangkat telepon yang dari tadi nggak berhenti juga.
Rhesa meletakkan gagang telepon ketempat semula.
"Ayah, kata bunda sebelum pergi study tour, ayah di suruh anterin adek ke rumah bunda. Bunda ingin bertemu adek."
"Iya, kak"
"Dek, besok bunda tunggu telepon dari adek"
Tias hanya mengangguk-angguk, dan nggak mengatakan apa-apa.
🍭
Belum pernah Tias melihat kakaknya serius sekarang. "Kakak kenapa? Kok kayak orang gelisah gitu?"
"Nggak ada apa-apa, dek"
"Bohong, adek tahu kalau kakak lagi gelisah, tapi adek nggak tau apa masalahnya" Rhesa hanya diam, mulutnya seperti terkunci.
"Mmm, soal Kak Rezky ya, kak?" Lagi-lagi Rhesa hanya diam, Tias pun jadi semakin penasaran dengan tingkah kakaknya.
"Hmm, soal hasil tanding kemarin?" Tias bertanya dengan rasa penasaran.
Lagi, lagi, dan lagi kakaknya hanya diam dan nggak ada reaksi apapun dari kakaknya itu.
"Payah nih, kakak mah, ditanyain malah diam terus. Emang enak apa dicuekin?" Tias mulai bete pada kakaknya itu, dengan rada kesal dia meninggalkan kamar kakaknya itu.
"Eeehhh? Dek, gitu aja ngambek"
"Abisnya kakak dari tadi cuekin adek terus"
"Iya deh, kakak nggak cuekin adek lagi. Janji"
"Jadi, tadi kakak kenapa bolak-balik gitu?"
Rhesa menarik napas sejenak. Sejak bunda tidak ada di rumah ini lagi, dia memang terbiasa cerita apa pun kepada adek-nya. Keakraban keduanya juga sama ayahnya, seperti sedikit menghapus kesedihan karena dunia mereka yang jauh dari cerita lengkap sebuah keluarga inti yang utuh.
"Ayolah, cerita"
"Kakak cuma bingung aja sama Sherly akhir-akhir ini"
"Sherly siapa kak?" Tias mulai mengingat-ingat. "Yang gayanya selangit kayak artis terkenal itu? Jangan-jangan gara-gara Kak Rezky kakak bete sama Sherly, hayo ngaku aja deh kak"
"Iya, kakak bete karena dia deketin Rezky juga"
"Jadi, cuma gara-gara tuh cewek ngedeketin Kak Rezky, kakak bete?" Tias bingung dengan kakaknya.
"Iya"
"Btw, persiapan untuk study tour-nya, gimana?"
"Jadi dong kak. Malah adek dapet bonus"
"Bonus apa?"
"Tante Nayla beliin adek celana jins yang kemaren pernah kita taksir di Opi Mall waktu itu"
"Waahhh, Curang. Masa adek dibeliin, kakak enggak?"
"Tenang, tenang. Kata Tante Nayla, kakak bakal ada jatahnya juga, sesudah kakak bertanding, Tante Nayla akan ngajak kakak jalan-jalan"
"Masa?"
"Eh, bener loh kak. Telepon aja kalo nggak percaya"
"Iya deh. Begitu aja ngambek"
🍭
"Secara garis besar permainan basket dilakukan dengan menggunakan 3 unsur teknik yang menjadi pokok permainan, yakni;
1. Mengoper dan menangkap. bola (passing and catching)
2. Menggiring bola (dribbling)
3. Menembak (shooting)""Ketiga unsur teknik tadi berkembang menjadi berpuluh-puluh teknik lanjutan yang memungkinkan permainan basket hidup dan bervariasi. Misalnya, dalam teknik mengoper dan menangkap bola terdapat beberapa cara seperti tolakan dada (chest pass), tolakan di atas kepala (overhead pass), tolakan pantulan (bounce pass), dan lain sebagainya"
Rena tercengang melihat Sherly membaca buku tentang bola basket yang tadi di hapalkannya.
"Lo kenapa, Ly? Mau jadi juri basket? Atau mau ada ulangan tertulis olahraga?"
"Diem lo!!! Gue lagi ngapalin semua. Jadi, kalo besok lagi ngobrol sama Rezky nyambung gitu loh"
"Emang selama ini kalo kalian ngobrol, ada nyambung-nyambungnya kesana?"
"Nggak juga sih"
Rena geleng-geleng melihat tingkah sahabatnya ini, bener-bener niat nih anak PDKT-nya.
🍁🍁🍁
Jangan lupa klik tombol ⭐
Terimakasih ❣️
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Abu - Abu
Short StoryRhesa yg kelas XI dan Tias kelas X adalah kakak beradik yang beranjak dewasa. Kedua orangtua mereka sudah lama bercerai, sekarang mereka tinggal bersama ayah mereka. Walaupun mereka punya masa lalu yang kelam, mereka tetap jadi remaja yang cerewet...