PAA-8

109 7 1
                                    

Happy reading....

🍁🍁🍁

Pertandingan basket antarsekolah akan dimulai. SMA Nusa Indah, sebagai sekolah penyelenggara pertandingan ini sangat ramai. Bukan hanya dari luar sekolah, bahkan anak-anak dari sekolah itu sendiri juga sibuk memberi semangat yang heboh pada tim mereka.

Beberapa guru mereka pun ikut memberi support yang antusias berupa yel-yel dan poster buatan tangan. Tampaknya pertandingan ini akan menyita perhatian penonton, yang pasti akan terarah kepada kaum hawa.

Siapa lagi kalu bukan Rezky?  Postur tubuh yang ideal dan wajah yang tampan jelas membuat mata para kaum hawa ingin berlama-lama melihatnya.

Seperti sekarang yang dilakukan Sherly dan Rena yang menjadi dokumentasi sekaligus konsumsi dalam acara ini.

Biasanya yang suka bikin kesel adalah bolak-balik mengantarkan minuman. Seperti sekarang yang dilakukan Sherly, dia sengaja membagikan minuman ke semua tim, supaya dia bisa berlama-lama melihat Rezky.

🍭

Mata Rhesa nggak berkedip, dia mengambil napas pelan-pelan, entah beberapa kali dia melakukannya.

"Sabar aja, Sa. Itu kan kerjaan Sherly pengen manas-manasi lo" ujar Sherina menenangkan Rhesa

"Gue rasa dia tau kalo gue suka sama Rezky"

"Jadi? Emang lo gak boleh suka apa sama dia? Emang Sherly itu siapanya Rezky?" Rhesa langsung membuang pandangannya jauh dari tempat Sherly dan Rezky berada.

"Tapi dia selalu buat gue kesel seperti sekarang"

Sherina memandangi sahabatnya itu dengan lama "Karena dia ngasih minum doang lo kesel? Bukannya emang itu tugas konsumsi ya? Kenapa lo jadi kesel gini?" Rhesa hanya diam tak berkomentar.

"Yang sangat penting sekarang, lo fokus sama tanding nanti, main yang bagus, lo tunjukkin ke semua orang kalo lo pantas jadi anggota tim basket sekolah" Ujar Sherina panjang lebar untuk memberi dukungan pada sahabatnya.

"Iya, lo kayak emak-emak deh. Bawel"

"Dikasih tau malah sewot, nggak jelas amat lo" tanpa aba-aba Sherina langsung meninggalkan Rhesa, dia tak peduli panggilan Rhesa yang memintanya untuk berhenti.

🍭

Rhesa tak lepas memandang sang mentari. Padahal di sana gak ada apa-apa, matahari yang hendak berpamitan sepertinya tidak bagus-bagus juga buat diperhatikan dengan serius. Tapi dia gak peduli. Matanya tetap menatap matahari nyaris gak berkedip.

Kesedihan Rhesa tak dapat di sembunyikan. Tim basket cewek sekolahannya harus berhenti sampai babak kedua, ini bukan karena anak tim basket cewek tapi juga karena tim lawan lebih tanggu ketimbang tim basket SMA Garuda Sakti. Jadi, kesalahan gak sepenuhnya salah tim basket Rhesa.

Tapi Rhesa tetap saja sedih, apalagi gak ada Tias yang mendukungnya, biar kadang-kadang Tias suka menjailkannya.

Tanpa Rhesa sadari air matanya langsung membasahi pipinya. Dia kembali pada teringat pada kekecewaannya tim basket cewek yang gak berhasil lolos ke babak berikutnya.

Tapi yang lebih mengecewakan adalah ketika rombongan Sherly begitu seenaknya menyindir, menghina dan mengolok-ngolokkan dirinya didepan banyak orang.

Flashback on

"Makanya jadi adik kelas tuh gak usah belaku, sok-sokan lagi" sindir Sherly sinis

"Iya, udah badan kecil, sok-sokan gaya ikutan tim basket" tambah Rena sambil melipat kedua tangannya di dada dengan angkuh

"Kalo emang mau pamer, jangan malu-maluin sekolah gini"

"Emang kalo lo ikutan tim basket bisa memikat cowok-cowok apa!?"

"Ngaca!!! Neng, kalo gak ada kaca ntar gue beli-in sekalian toko-tokonya untuk lo ngaca!!!"

Rhesa bungkam, gak ada yang membantunya karena Sherina sudah pulang duluan disuruh oleh mamanya. Rhesa bener-bener sakit. Sakit sekali. Orang kok bisa sejahat ini dengan dirinya.

Flashback of

"Kakak? Kenapa kakak nangis?" suara Gino mengagetkan dari belakang. Rhesa langsung menghapus air matanya.

"Ada apa, kak? Kenapa kamu nangis? Cerita sama ayah" lanjut Gino sambil mengelus kepala putri sulungnya.

"K-ka-kakak sedih, yah. Tim basket kakak gak lolos ke babak berikutnya" jawab Rhesa tersedu-sedu

"Oh, karena itu. Tapi kamu gak seperti ini sebelumnya, masa cuman tim basket kakak kalah?  Pasti ada yang kakak sembunyikan dari ayah" Rhesa menggigit bibir bawahnya. Dia tahu, gak mungkin dia bohong sama ayahnya.

"Mau cerita sama ayah?"

Rhesa merubah posisi duduknya menghadap ayahnya, dia langsung menceritakan semua yang terjadi kemarin mulai dari dia diolok-olok sama Sherly dan Rena.

Gino hanya manggut-manggut mendengar putrinya cerita "Kakak ngerasa gak?" Rhesa menggeleng

"Lah? Kalo kakak gak ngerasa kenapa kakak pikirin? Mereka hanya ingin memanas-manasi kakak aja"

"Iya. Tapi mereka menyangkut pautkannya dengan Rezky..."

"Rezky?" Gino langsung memotong kalimat Rhesa "Rezky siapa?"

Rhesa langsung bungkam, kenapa dia bisa keceplosan gini. Bagaimana gue bisa jelaskan sama ayahnya?
Batin Rhesa.

"Rezky? Rezky yang buat kamu sama adek rajin lari pagi setiap hari libur itu?"

Rhesa hanya senyum-senyum, dia sudah gak bisa ngelak lagi. Gino mengacak-acak rambut putrinya yang panjang. "Anak ayah ini sudah dewasa, sudah punya pujaan hati, hmm?" goda Gino

Rhesa hanya cengengesan, dia gak tau harus jawab apa "Jadi, yang buat kamu kesel itu karena sebenarnya kakak punya saingan untuk mendapatkan hatinya Rezky?" Rhesa mengangguk-angguk

"Kakak, persaingan itu nggak dalam menarik perhatian seseorang aja. Tapi, juga persaingan dalam belajar, atau pertandingan. Jadi, sekarang kakak punya saingan, harusnya itu gak jadi beban untuk kakak"

"Gimana nggak jadi beban, yah. Kakak nggak suka kalo digituin"

"Ayah tau. Tapi apa yang mereka lakukan apa yg mereka ejek-ejekan itu anggap aja angin lalu"

Rhesa menunduk "Seandainya kakak bisa seperti itu"

"Kakak harus bisa, ayah yakin kakak bisa. Soal saingan, kecil"

Kata-kata ayah ada benernya juga, kenapa harus bingung? Sakit hati, memang. Kesel, iya. Tapi kan selama ini Rezky baik-baik aja, kenapa gue yang bingung?
Batin Rhesa.

"Masa anak ayah gak bisa ngambil perhatian jagoan basket sih?"

"Emang ayah mau kasih kakak apa kalo kakak berhasil merebut perhatian Rezky"

"Apa yaaa?" Gino tampak berpikir "Apa aja yang kakak mau"

"Hmm, kalo kakak ingin Tante Nayla tinggal di rumah kita bareng-bareng gimana?" Gino melototkan matanya nggak nyangka kalo mendapatkan pertanyaan seperti itu.

"Eh?"

"Maksud kakak, ayah sama Tante Nayla nikah aja, kan ayah udah kenal Tante Nayla udah lama, baik lagi. Jadi, nunggu apa lagi?"Goda Rhesa

"Kamu ini yaaa" Gino mencubit hidung anaknya gemas

"Hehehe"

"Lebih baik kakak telpon Tante Nayla aja, ajak Tante Nayla makan malem di rumah. Mau nggak?"

"Mau. Mau banget malah"



🍁🍁🍁

Jangan lupa klik tombol ⭐
Terimakasih ❣️

Pelangi Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang