PAA-2

316 17 5
                                    

Jangan lupa klik tombol ⭐

Happy reading....

🍁🍁🍁

Seorang wanita melihat ke kanan dan kiri mencari orang yang tinggal di rumah berwarna putih itu. Tidak ada tanda-tanda kehidupan padahal dia yakin pasti ada makhluk hidupnya di dalam.

Daripada bingung mendingan dia coba telpon aja. Dia segera mengambil  ponsel yang ada di dalam tasnya. Nggak sampai beberapa menit telponnya diangkat.

"Halo"

"Ya elah lo, pasti baru bangun, kan?" Wanita itu berdecak kesal pasalnya dia sudah menunggu dari tadi.

"Ada apa?"

"Katanya lo mau lari pagi di taman komplek perumahan gue?"

"Gue masih ngantuk"

"Eh, enak aja lo gue udah di depan rumah lo, lo enak-enakan mau tidur lagi!"

"Cerewet"

"Jangan tidur lagi, bukain dulu gerbang rumah lo, gue mau masuk tapi di kunci, satpamnya kagak ada"

"Ck, lewat pintu belakang"

"Oke, oke. Tunggu gue, lo jangan tidur lagi, awas aja lo"

"Iya"

Benar saja, pintu itu tertutup tapi tidak di kunci. Langsung saja dia masuk, begitu masuk dia ketemu Mama dan pembantunya sedang menyiapkan sarapan.

Tinggal Sherly aja nih, pasti tuh anak molor lagi. Awas aja, udah nyuruh-nyuruh datang pagi ke rumahnya, eh malah dia sendiri molor sampai jam segini!.

🍭

Brak

Dia -Rena Miranda- membuka pintu kamar Sherly lebar-lebar. Berjalan menuju jendela dan menyibakkan gorden agar matahari pagi masuk ke dalam kamarnya, bukannya bangun dia malah menutupi mukanya dengan bantal.

Melihat tidak ada pergerakan, Rena melangkah mendekati ranjang dan mengguncangkan tubuh temannya yang tergolek di atas kasur.

"Sherly, bangun. Jangan molor terus, jadi nggak larinya? Gue udah bela-belain bangun pagi, terus langsung ke sini" Rena berdecak sebab Sherly gak bangun-bangun.

"Eh, bangun. BANGUN!!!" Rena semakin mengguncangkan tubuh Sherly.

Mau tak mau, meski malas akhirnya Sherly mengangkat bantal yang menutupi wajahnya, membuka matanya yang masih terpejam.

"Berisik banget sih lo! Ganggu orang lagi tidur aja!"

"Lo tuh, kemaren janjinya bisa bangun pagi, tapi apa buktinya?"

"Ck! Ribet banget deh" Sherly terpaksa bangun dari tempat tidurnya.

"Ih, salah sendiri dong"

"Ya udah tunggu" Sherly melempar bantalnya sembarangan, lalu langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

"Cepetan, mumpung masih sempet lari nih" Antara niat gak niat dia segera melakukan semua saran dari Rena."Nah gitu dong, dari yadi kek. Ck" Akhirnya Rena bernafas lega.

🍭

Dua perempuan itu celingukan ke sana-sini mencari orang yang akan mereka tuju masih ada apa nggak.
Tapi mereka tidak menemukan orang yang akan mereka tuju, padahal matahari masih memancarkan cahayanya.

"Yah... Rezky kayaknya udah selesai deh olahraganya" Sherly putus asa begitu melihat orang yang mau pulang di taman komplek ini.

Pandangannya menyapu ke penjuru taman komplek ini, penyesalan hinggap dalam dirinya. Sehingga matanya melotot melihat orang yang dicarinya melewati jalan di depannya menggunakan motor kesayangannya.

"Eeehhh... Rezky... Rezky, Na" Sherly segera bangkit melambaikan tangan dan berteriak-teriak memanggil nama Rezky. Spontan Rena ikut berdiri dan mengarahkan pandangannya pada orang yang di tunjuk oleh Sherly tadi.

Sayangnya orang yang dipanggil tetap melajukan motornya, tidak memedulikan teriakan dua perempuan tersebut. Akhirnya Sherly menyerah dan tambah menyesal terhadap apa yang barusan terjadi.

🍭

Sepanjang jalan Sudirman memang terkenal dengan kemacetan. Apalagi saat hari libur seperti sekarang.

Bayangkan saja gimana seliwerannya kendaraan disekitar sini. Meskipun ada lampu lalulintas, kadang pengendara tidak peduli tentang hal ini lagi.

"Ayah, laper nih, cari makan jangan jauh - jauh, Yah" protes Tias diantara kemacetan.

"Lho, tadi yang mau kepingin liat baju siapa?"

"Ya, maksud adek gak jauh-jauh amat"

Gino tersenyum geli memandangi anak bungsunya itu mengelus-elus perutnya. Beberapa menit jalanan mulai lancar, sebentar lagi mereka sampai tujuan.

"Ayah, kenapa kita nggak ajak bunda saja sekalian? Kan kalo cari baju nanti bisa ada yang milihin" ucap Tias yang matanya memandang ke depan dengan tangan yang bersedekap.

Gino diam memandangi putrinya dari kaca spion. Walau muka Tias tidak menunjukkan apa - apa, tapi Gino mengerti ada yang tersimpan di dalam pikiran anaknya, yang tak bisa dikatakan.

"Kamu kangen sama bunda, dek?"

Kepala Tias hanya mengangguk yang menandakan dia memang sangat merindukan bundanya.

Gino bungkam seketika dan tidak melanjutkan pembicaraannya, karena dia tak ingin menyakitkan hati anak bungsunya tambah lebih sedih lagi.

🍭

Perut kenyang, hari makin sore, apalagi yang bisa dilakukan oleh keluarga Widjaya?

Sebab, kedua cewek ABG itu senang melihat barang-barang yang bagus. Kakak beradik itu sedang merayu ayahnya untuk mengantarnya jalan-jalan dipusat perbelanjaan.

Opi Mall disaat libur bukan hanya orang yang berniat belanja, tapi ada juga pertunjukan yang membuat mereka berhenti sejenak hanya sekedar melihat.

"Selamat sore" suara mengagetkan itu dari belakang. "Pak Gino Sarianta Widjaya, ya? Kakaknya Diana Satiara Widjaya dan Mona Marisa Widjaya?" lanjutnya

Gino ragu-ragu untuk menjawab, dia memandangi wanita itu, berusaha mencari tahu siapa wanita cantik yang mengenalnya itu.

"Saya Nayla Anatasya. Teman sekator Diana. Saya juga pernah satu kost dengan Mona waktu kuliah di Surabaya"

"Oh, ya ampun, Saya kok sampai lupa, ya"

"Gak papa, Pak. Kita sudah lama tidak bertemu"

"Kakak, adek. Sini ada Tante Nayla temanya Tante Diana dan Tante Mona, masih inget?"

Perkenalan sore menjelang malam itu menjadi perkenalan yang sangat menyenangkan bagi Rhesa dan Tias. Tante Nayla ternyata telah mengenal Rhesa dan Tias sejak kecil, mampu membuat hari bertambah ceria. Rhesa dan Tias sangat senang sekali mendadak punya penasihat fashion seperti Tante Nayla yang cantik itu.

🍁🍁🍁

Plis tekan tombol ⭐ yaa....
Thanks, sudah baca cerita aku😊😊

Pelangi Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang