CHAPTER 3

5 0 0
                                    

Main handphone dulu 15 menit gapapa kali ya" ujar Arshila yang mulai tidak fokus belajar.

Mungkin, dia kelelahan.
Bagaimana tidak, selain dia harus datang lebih pagi untuk menguruskan segala hal untuk peminjaman buku siswa selama 1 tahun, hari ini adalah hari dimana pelajaran Fisika, Kimia, dan Matematika berada pada satu jadwal, dilanjut dengan kegiatan rapat untuk pemilihan anggota organisasi kelas saat sepulang sekolah, bahkan sepulang rapat dia menemani Marvel untuk membeli peralatan kelas karena bendahara berhalangan hadir, dan terakhir dilanjut oleh jadwal bimbelnya.

Tiba - tiba, muncul notifikasi whatsapp dari Marvel, ketua kelas 11 IPA 2 itu yang memintanya membuat bagan organisasi sebagai laporan hasil rapat kepada wali kelas besok.

Arshila menghela nafas sejenak. Lalu mengiyakan permintaan ketua kelasnya itu dan kembali memainkan ponselnya. Dia sudah tidak aneh lagi karena Marvel memang terkenal gesit dan bagus dalam hal kepemimpinan. Marvel juga adalah Ketua kelas pada saat dia menjadi siswa kelas 10 IPA 1. Bahkan, banyak orang bilang, dia akan diajukan oleh osis untuk menjadi calon ketua osis periode tahun ini. Pesona pintar, tampan, sopan, ramah, dan aura kepemimpinannya begitu melekat membuat banyak orang kagum.

di sela - sela chatnya dengan Marvel, tiba - tiba muncul notifikasi whatsapp dari seseorang yang tak berphoto profil.

+6281998xxxxxx97  : "Arshila Anandita?"

"Ini siapa ya?" batinnya.

Tiba - tiba terngiang ngiang kalimat Dafa di benaknya."Semalam ada yang whatsapp lo kan? Besok - besok, kalau nomor itu whatsapp lagi, bales ya shill. Kasian, dia nunggu"

"Oh Dafa" Lalu dia membalas chat whatsapp tersebut tanpa melihat username pemilik nomor whatsapp.

"Iya, kenapa daf?"  balasnya.

Tiba - tiba, belum masuk 5 menit. Pesan balasan sudah masuk.

"Eh? Gue bukan Dafa, Shila"

Akhirnya, untuk pertama kalinya setelah kejadian itu terjadi, Shila membalas pesan dari seseorang diluar sana. Entah siapa, karena disetiap Arshila menannyakan identitas si pengirim whatsapp, dia enggan untuk menjawab dan malah memberikan teka - teki yang semakin membingungkan.

"Gila, udah 2 kita chatan dan lo ga mau ngaku juga? Untuk saat ini, terserah elo ya pokoknya. Gue mau tidur, makasih".

"Yaudah, selamat tidur Arshila Anandita. Maaf kalau gue selalu bikin lo kesel. Kalau lo mau tau gue siapa, besok lo dateng ke depan ruang multimedia istirahat pertama. Ruang multimedia, ruang yang selalu bikin gue kangen sama elo shila" Arshila mendengus. Kini dia tidak lagi membalas pesan tidak jelas itu dan kembali membuka profil pemilik nomor dengan username satu huruf saja.

Keesokan harinya, Arshila dan teman - temannya berangkat ke Sekolah seperti biasa. Semua berjalan seperti biasa dan baik - baik saja. Hingga akhirnya waktu istirahat pun datang.

"Yuk kantin guys" ajak Raisa kepada teman satu mejanya, Rayna juga kedua temannya yang masih sibuk sendiri meski lonceng istirahat sudah terdengar sejak 5 menit yang lalu.

"Yuk" balas Arshilla yang akhirnya kini mulai mengalihkan perhatian dari soal fisika yang membuat ia fokus sedari tadi.

"Kalian duluan aja, gue ada perlu dulu soalnya" seru Keisya yang tak mengalihkan pandangan dari ponselnya walaupun satu centimeter saja.

"Dih tumben banget lo sya" ujar Rayna, heran. "Tau nih biasanya paling semangat kalau ngantin" ucap Arshila.

"Lagian ada perlu apa sih? Sok sibuk lo sya"  seru Raisa.

"Yaudah duluan aja napa sih, julid amat jadi orang" balas Keisya yang masih saja sibuk mengetik sesuatu pada ponselnya. Entah sedang membalas pesan dari siapa. Intinya, dia seperti sedang merancanakan proyek besar karena seserius itu. "Tar gue nyusul" lanjutnya.

"Yaudah" balas ketiga temannya itu seraya melangkah menuju kantin.

"Keisya mana sih? Dia gaakan makan apa gimanasih?" ucap Raisa sambil memperhatikan sekitar, mencari sahabat sejak kelas 1 SMAnya yang katanya akan segera menyusul ke kantin karena setelah 15 menit berlalu, Keisya masih tak kunjung terlihat keberadaan batang hidungnya.

"Bentar, gue telfon nih" ucap Arshila seraya mendekatkan handphone kearah telinganya. "Eh? Ga diangkat" Lanjutnya 1 menit kemudian.

"Dih kemana sih tuh anak" balas Raisa. "10 menit lagi abis nih waktu istirahatnya" lanjutnya.

"Eh dia whatsapp nih" Arshila menyodorkan handphonenya kearah 2 temannya agar dapat dilihat lebih jelas. "Dia ga akan ke Kantin, katanya" Lanjutnya.

"Kok tumben banget ya" balas Raisa. "Yaudah yuk kita ke kelas saja kalau bagitu"  Lanjutnya.

"Eh mending temenin dulu gue" seru Rayna. "Waktu istirahat masih ada kan?" Lanjutnya.

"Gue belum dapet novel buat diresensi soalnya" Lanjutnya lagi.

"Yaudah ayo" balas Arshila dan Raisa diiringi langkah perlahan mereka menuju perpustkaan.

Namun, saat pertengahan jalan menuju perpustakaan, terdengar suara dari sebuah ruangan yang membuat Arshila refleks menoleh kearah sumber suara.

"Oh jadi? Yaudah lo harus ambil langkah cepat. Sebelum Arshila diambil duluan sama tuh anak IPA 5"

Deg.
"Yaudah, selamat tidur Arshila Anandita. Maaf kalau gue selalu bikin lo kesel. Kalau lo mau tau gue siapa, besok lo dateng ke depan ruang multimedia istirahat pertama. Ruang multimedia, ruang yang selalu bikin gue kangen sama elo shila"

Ya, suara itu terdengar dibalik ruang multimedia yang kini terkunci rapat dengan jendela yang sepertinya sengaja ditutup gorden rapat - rapat.

"Kenapa shil?" seru Raisa yang sepertinya tidak mendengar suara dari ruangan itu.

"Hah?"

"Eng-eng gak kenapa - kenapa ca" Lanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnginTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang