Bolos Upacara

906 307 325
                                    

Pagi ini semuanya berkumpul di lapangan dengan menggendong tas karung dan ada banyak helai rambut yang mereka ikat.

Entah apa yang mereka ukir di kepalanya, sampai terlihat seperti orang gila yang keliling ngukur jalanan.

"Gua rasa berapa jam lagi bakal banyak yang dikirim ke rumah sakit jiwa. Termasuk gua." Sambil berkaca, Jully bergumam dengan dirinya sendiri.

"Gua rasa lu doang, mana ada penghuni rumah sakit jiwa secantik gua?" entah dari mana, tiba-tiba Wilona datang menarik kaca yang dipakai Jully.

Mau tak mau, Wilona membegal Jully. Biasanya ialah yang selalu membawa alat make up, tapi kesialan menghampirinya sejak bertemu Salsa di gerbang. Alhasil, disita selamanya alias jadi hak milik.

Dengan percaya diri, Wilona menggunakan tanpa izin Jully.

"Tapi iya juga sih, gua liat-liat lu mirip sodara gua tau," ucap Jully yang seakan-akan ingin menerbangkan Wilona.

Wilona tak menjawab hanya senyam-senyum merapikan rambutnya.

"Tapi udah meninggal." Jully cekikikan, membuat senyum Wilona berubah datar seketika.

"Lu nyumpahin gua mati? Coba contohin!" pinta konyol Wilona.

Keinginan Jully untuk balas perkataan Wilona harus disimpan dulu, karena ketua OSIS sudah di tengah lapangan dan sepertinya upacara akan dimulai.

"Assalamualaikum wr.wb." ketua OSIS membuka pidatonya dan dijawab oleh seluruh siswa di lapangan.

"Ya Allah kapan selesainya? Mana Hanna belom makan pula." Hanna celingak-celinguk terlihat gelisah dan bergumam pada dirinya.

"Yaelah Han, baru aja berangkat dari stasiun tuh kereta, yakali balik lagi. Mending kita cabut makan dah, daripada mumet dengerin dia pidato. Pencitraan!" celetuk Jully menyambar perkataan Hanna dengan topik yang sama seperti kemarin pagi.

"Amin dah." Wilona dengan bermalas-malasan, sambil mutar-mutarakan helai demi helai rambutnya.

"Makan? Kapan? Ayolah cacing di perut gua udah tawuran nih, kayak anak STM depan." Atifah yang dengar dan fokus ke satu kata yaitu makan, asal saja ngajak yang lain ke kantin padahal upacara jauh dari kata selesai.

"Otak lu pagi-pagi udah badog aja Fah," omel Ellena. "Nanti kalo ketemu Bu Sari mati dah lu!" ancam Ellena yang selalu menanggapi serius dan kedua tangannya di belakang punggung, seperti posisi istirahat.

Sedangkan yang lain sudah merasa bosan, posisinya tak beraturan.

Mereka serentak cengengesan mendengarnya. Termasuk Atifah sendiri.

Disaat mereka berbincang, Hanna pun terlihat tergoncang dengan tangan di kening sedangkan tangan yang lain memegang perutnya.

"Ngapain dipegangin Han? Oh lagi dengerin curahan hati cacing di perut lu?" Jully dengan asal berkata dan membuat mereka tertawa kecil karena fatal jika ketua OSIS dengar.

Gosip dari orang ngegosip sih, katanya ketua OSIS kalau beri hukuman tanpa belas kasih.

Tanpa jawaban Hanna. Seseorang pun tiba-tiba berteriak.

"Woy ada yang pingsan nih!" Ellena refleks teriak ke arah yang sedang pidato.

Karena Hanna yang berdiri tepat di depannya, jatuh tergeletak di tengah barisan.

Serentak kejadian tersebut tak hanya mereka yang asik tertawa refleks dengan wajah panik, tapi juga membuat semua orang celingak-celinguk.

Entah penasaran, tapi seperti mencari recehan saat saweran.

Not BoredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang