Anak Baru

471 200 203
                                    

"Yaampun gua bakal telat." Tasya melirik jam tangan hitamnya yang menepati pukul 06:28, sedangkan gerbang dikunci dua menit lagi.

Ia spontan panik, mengambil langkah seribu bagaikan The Flash, dengan mengangkat roknya.

Sesampainya di sekolah, Tasya hanya bisa di depan gerbang yang sudah digembok dan celingak-celinguk mencari celah agar bisa masuk.

Ia segera ngumpet di pohon besar depan sekolah. Karena ada satpam, seperti ingin menghampirinya.

"Alhamdulillah," ucap Tasya berhasil masuk karena gerbang terbuka dan tak ada yang jaga.

Ternyata satpam keluar beli sarapan dan Tasya tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu.

Kepanikan Tasya tak berhenti di situ saja, karena biasanya tiap hari ada guru piket yang menjaga.

Tasya menuju parkiran sekolah dan celingak-celinguk takut kepergok seseorang.

Ia menuju tangga belakang sekolah yang dilihatnya sepi seperti tak pernah dikunjungi.

Ia jalan pelan berjinjit dan celingak-celinguk seperti maling yang menerobos rumah mangsanya.

Sesampainya di dekat tangga, Tasya mencoba melirik secuil dan segera cepat menarik tubuhnya.

Ia menyembunyikan tubuhnya di balik tembok, dengan mata melotot dan jantung berdebar kencang.

Karena ternyata guru piket menjaga di tangga belakang dan hampir melihatnya.

Sedikit masuk akal, karena anak yang terlambat milih jalur tangga belakang setelah lolos dari penjagaan satpam di depan.

"Gua nyerah aja kali yah," ucap dalam benaknya. "Gila aja hari perdana, gua udah kena kasus," lanjutnya menggelengkan kepala.

Tasya terdiam, berpikir sejenak.

Tak mungkin ia menyerahkan diri, pasti hukumannya berkali lipat karena sama sekali tidak masuk MOS, dan terlambat dihari pertama masuk.

Tasya segera ke tangga depan dengan sangat hati-hati karena satpam sudah kembali berjaga.

Satu-satunya jalan hanya tangga itu, lagi pula jalur tangga depan pasti bebas tak mungkin guru piket ada dua. Apalagi membelah diri, mustahil!

"Akhirnyaa..." bisiknya menghela nafas berat, seraya mengusap banjir keringat di keningnya.

Tasya berhasil, ia menerobos saat satpam menyuapkan makanan ke mulutnya.

Dengan berhati-hati ia mencari sesuatu di madding, dan tertuliskan namanya di kelas X Administrasi Perkantoran 2.

Ia keliling mencari kelasnya, sedangkan tasnya ia tinggal di toilet, agar tak ada yang berpikir ia terlambat.

"Hey, kamu dari mana? Kok keluyuran keluar kelas?" dengan jantung yang bergebu-gebu, Tasya maksakan diri membalikkan tubuhnya.

"Saya pak?" tanya Tasya menunjuk dirinya.

"Ya siapa lagi? Saya, nanya saya?" tanya konyol guru itu dan mendekat ke arahnya.

Tasya hanya cengar-cengir melihat sekelilingnya, karena memang hanya ada dua manusia di sana.

"Kamu dari mana? Namanya siapa?" tanya guru itu.

"S..sa..saya dari toilet. Nama saya, Tasya pak. Tasya Habibah," ucapnya gugup.

"Kamu kelas sepuluh berapa?" tanya guru itu.

"Sepuluh AP 2 pak," ucapnya sedikit berhati-hati.

Guru itu sedaritadi menyadari ia berbohong, bahkan terbesit niat ingin menghukumnya, tapi menarik kembali setelah tahu ialah anak muridnya.

Not BoredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang