Kata orang, jodoh itu saat kamu dan dia bertemu dengan cara yang tidak direncanakan.
-----
Sekarang Vanya menggunakan baju berwarna merah muda yang diberikan oleh Tasya dan make up yang terkesan natural. Walaupun seperti itu, Vanya tetap terlihat cantik dan anggun.
Vanya turun dari kamarnya dengan malas.
"Lama banget si lo. Kita udah telat nii." Omel Dicky pada Vanya.Vanya hanya membalas dengan memutar kedua bola matanya.
"Udah udah nanti kita tambah telat. Udah yuk berangkat." Lerai David. Setelahnya mereka berangkat ke restoran yang sudah dijanjikan dengan pihak lain juga pastinya.
🐧
Sesampainya di restoran, keluarga dari Marcello ternyata sudah jauh lebih dulu datang.
David lebih dulu menghampiri keluarga Marcell. "Duh maaf ya kami telat. " ucap David dan langsung duduk.
Hening sesaat. Sampai David lah yang memulai pembicaraan.
"Baiklah saya langsung to the point aja. " jeda sesaat. "Sebelumnya kami dari keluarga Fernan's ingin berterima Kasih pada kalian karna sudah menyempatkan waktu untuk kami. Tujuan saya hanya ingin menitipkan Vanya pada kalian saat di Amerika nanti. "
Vanya membulatkan matanya dan mulutnya sedikit terbuka. Tentu saja ia terkejut. Dengan gampang ayahnya berkata seperti itu?
Mala tersenyum. "Sudah pasti lah Vid. Kita kan sudah sahabatan berapa lama sih? Dan Vanya juga sudah aku anggap seperti anak sendiri. Ya kan pah? " tanya Mala pada suaminya.
"Ya itu betul. Kita pasti akan jaga Vanya semaksimal mungkin." Ucap Marcell.
Vanya tersenyum kecut. Sungguh ini adalah hal tersulit yang pernah ia jalankan. Tapi tunggu, Vanya baru menyadari ternyata ada Rey disana.
Kalo hubungan hanya masalah nginap menginap, kenapa harus ada Rey?
"Hm.. oiya Vanya kita berdua akan pulang besok. Rey masih ada disini kok. Nanti kalian pas berangkat, kalian harus bareng bareng terus ya. Bukan apa apa, aunty cuma mau kamu gak kenapa kenapa. Gak ada yang keberatan kan?" Kata Mala.
"Iya tuh betul banget. Kamu harus terus sama Rey, Van. " dukung Tasya. 'Dih apaan si mama. Elahh' batin Vanya.
Lagi lagi Vanya hanya tersenyum kecut. "Emm.. Vanya ke belakang dulu ya semua." Pamit Vanya karna ia mulai jengah dengan obrolan keluarganya dan keluarga auntynya.
Tanpa menunggu balasan, Vanya langsung meninggalkan tempat itu.
Ia tidak benar benar pergi ke toilet, tentu saja tadi adalah alasannya untuk pergi.
Vanya menuju ke Taman. Ia duduk disalah satu bangku Taman yang berada di restoran itu.
'Kenapa para orang tua seneng banget si bikin anaknya tersiksa. Duh ucing ala Anya (pusing pala Vanya)' *sokcutebangetemang batinnya.
"Udah gue duga lo kabur." Ucap seseorang lalu langsung duduk di bangku sebelah Vanya.
Vanya membelalakan matanya. Tentu ia terkejut.
"Lo.." jeda Vanya. "Lo.. lo kok bi-sa ada disini? " ucap Vanya tergagap."Oh"
'What? respon apa tu. Gue nanya apa dia jawab apa.' Batin Vanya.
"Lo kenapa ada disini? " tanya Rey.
Vanya menghembuskan nafasnya. "Gue males banget ngomongin hal semacam itu. Bagi gue ini terlalu menekankan diri gue." Ucapnya. "Kenapa sih orang tua gue pengen banget gue sekolah di Amerika? Padahal di sini aja pendidikan cukup memadai." Sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Boy
Teen FictionDingin? Siapa sangka coba gue dipertemukan sama cowo yang kayak gitu. Bete? Udah pasti lah. Orang ngomong dikacangin mulu. Itulah gambaran Vanya untuk Rey. Lalu bagaimana jika suatu saat mereka harus tinggal satu atap dan bertemu setiap hari? Aka...