Part 7

867 60 9
                                    

Shani berlari di koridor rumah sakit mencari ruangan ibunya di operasi, ia cemas dan perasaannya tidak enak. Entah mengapa, ia merasa gak akan ketemu ibunya lagi.

Shani yg melihat ayahnya duduk di depan ruang operasi langsung berlari kearahnya dan memeluknya, "Ayah, gimana keadaan ibu?".

"Ibu masih ditangani dokter sayang, kita banyak banyak berdoa ya biar persalinan ibu lancar."

Tak lama kemudian, suara tangisan bayi pun menyeruak dari dalam ruang operasi. Shani dan ayahnya menangis haru, karena bayinya selamat dan persalinan nya lancar.

"Ayaah, adik aku lahir" seru Shani, ia pun langsung memeluk teman teman nya.

"Selamat ya ci Shani, akhirnya punya dedek" ucap Okta

"Gak sabar gue mau liat dedek gemash" tambah Desy.

Gracia tersenyum riang dan mengedipkan kedua matanya, "Gemash mana sama aku?" tanyanya.

"Gracia tidak gemash, lebih gemash adiknya cici Shani" seru Okta.

"Kamu sudah tidak segar Gerasiya" tambah Desy. Gracia langsung menggembungkan pipinya karena diejek kedua temannya.

Shani yg melihatnya langsung ikut tertawa, "Gelatia tetep gemash ko buat gue".

Lampu ruang operasi mati, menandakan operasi telah selesai. Tak lama dokter keluar dari ruang operasi lalu menghampiri Shani dan keluarga. "Pak Kinal, selamat anak bapak lahir dengan selamat."

Mereka yg mendengarnya langsung bersorak sorai, Shani sedikit lega mendengarnya. Tapi di dalam hatinya masih khawatir keadaan ibunya. "Alhamdulilah, lalu bagaimana keadaan istri saya?" tanya ayah Shani ke dokter tersebut.

"Mohon maaf pak, ibu Veranda kekurangan darah pasca melahirkan karena kontraksi pra melahirkan tadi. Untuk sekarang, kondisinya kritis. Maka kami akan segera memindahkan ibu Veranda ke ruang ICU."

Perasaan Shani yg sedari tadi ia rasakan terjawab sudah, Viny yg baru datang dan mendengar berita buruk dari dokter itu langsung memeluk Shani. Karena ia tahu, Shani membutuhkan pelukannya. Air mata Shani tak tertahan dengan cepat membasahi pipinya, ayahnya berusaha bersikap tegar menerima keadaan ini. "Ibu pasti kuat Shani, ibu pasti bakal seperti sedia kala. Ayah yakin" ucapnya menenangkan Shani.

Viny yg sedari tadi memeluk Shani, airmata nya pun jatuh, "Kamu harus percaya ya sayang, ibu pasti cepat sadar" ucapnya.

"Sekarang ayah ke ruang ICU ya, kamu mau ikut ayah atau mau disini?"

"Aku mau jenguk adik ya yah, aku mau lihat dia nanti aku nyusul ke ruangan ibu." jawab Shani lemas, ia masih kepikiran tentang perasaan buruknya.

"Viny, Gracia, Desy, Okta, tolong temani Shani dulu ya. Perasaannya masih belum stabil, om ke ruangan tante Veranda ya." pamit ayah Shani.

Setelah ayah Shani pergi, Shani pun masih menatap kosong ke arah ruang operasi. Ia tidak menyangka hal ini bisa terjadi di kehidupannya untuk kedua kalinya.

"Tenang ya Indira, pasti ibu bentar lagi sehat" ucap Viny menyemangati Shani.

"Hm, ci Shani kita ke ruang tunggu ya. Nanti kalo ada apa apa chat ya" ucap Gracia. Mereka pamitan untuk tidur di ruang tunggu.

"Iya Gre, gapapa. Maaf ya ngerepotin kalian" ucap Shani. Desy hanya mengacungkan jempolnya, dan beranjak pergi. Viny dan Shani pun pergi berkeliling mencari ruangan bayi.

-----------

Shani pov

Aku di temani Viny berjalan melewati lorong rumah sakit ini, mencari dimana ruang adik ku di rawat. Aku ingin melihat dia, dia cantik kah? Atau tampan kah? Aku penasaran dengan dia, pasti menggemaskan bukan?

"Sus, ruangan bayi dimana ya?" Viny menanyakan kepada suster yg berjaga di reseptionist nya, mungkin dia juga kelelahan kalau harus mengelilingi rumah sakit yg luas ini.

"Di lantai 3, nanti dari lift lantai 3 ke arah koridor kanan. Habis itu ada plang ruangan khusus ibu dan anak, masuk aja. Nanti suster disana bisa membantu menemukan pasien yg dicari" jawab suster yg ada di reseptionist.

"Makasih ya sus" ucapku dan kami pun beranjak pergi.

Sampai di lantai 3, kami mengikuti arahan suster tadi dan sekarang ketemu dengan ruangan khusus ibu dan anak. Aku memasuki ruangan itu, ku lihat ada 2 ruangan. Di sebelah kanan tepat ruangan khusus bayi.

"Sus, bayi dari pasangan pak Kinal dan ibu Veranda dimana ya?" tanyaku pada suster yg sedang berjaga itu.

"Mari saya antarkan"

Aku dan Viny mengikuti suster yg jaga itu, sampailah kami tepat di depan box bayi yg aku tuju. "Sus, boleh saya gendong adik saya ini?" tanya ku.

Suster itu menganggukan kepala dan beranjak pergi, ku lihat sosok bayi yg amat menggemaskan. Pipi nya seperti bakpao, jemarinya mungil dan ia tertawa melihatku. Ternyata adikku perempuan, adik Zara juga.

"Lucu banget kamu dek" ucapku yg menggendong adikku lembut, Viny yg melihat ku langsung tertawa kecil.

"Udah cocok ko Indira buat jadi mamah"

"Ish kamu yaa, kamu mau gendong ga?"

"Aku gabisa gendong, takut kecengklak kepalanya. Kasian"

"Payah kamu Vin, haha"

"Mau kamu kasih nama siapa adiknya?"

"Hm siapa yaaa? Aku bingung nih"

"Hayo apaaa, masa bingung. Buat adik kamu loh, adik impian"

"Hm, gimana kalo Aninditha Rahma Cahyadi. Aku mau usul ah sama ayah"

"Nama yg bagus, kamu pinter yaaa milihnya"

Adik ku tertawa melihat percakapan kami, ia terlihat gembira mendengar usulan nama dari ku. Andai udah di acc sama ayah dan ibu, langsung ku panggil namamu. Aku dan Viny beranjak dari ruangan adikku, dan ke ruangan ibuku dirawat.

Ku masuki pintu ruang ICU, ruangan ini dingin. Banyak pasien yg di tempeli banyak alat. Aku melihatnya khawatir, ngeri dan takut. Ku lihat ayah tidur di bangku sambil memegangi tangan ibu, ku lihat ibu memakai cup oksigen dan layar yg menunjukan detak jantung ibu.

"Ayah" ucap ku lirih memegang pundak ayah. Ayah yg terbangun langsung menatap ku sendu.

"Iya Shani. Ada apa sayang?"

"Aku tadi habis dari ruangan bayi, aku lihat adik aku. Dia cantik seperti ibu. Cara tidurnya mirip Zara yah"

"Haha, cara tidur Zara aja mirip kamu waktu bayi."

"Aku boleh temenin ibu disini, yah?"

"Kamu yakin?"

"Yakin yah, aku ditemani Viny. Ayah tidur diruang tunggu aja, disana lebih baik dan gak bikin badan ayah jadi kaku juga."

"Baik lah, ayah pamit ya. Vin, jaga Shani yaa"

Viny hanya menganggukan kepala, ayahpun beranjak pergi. Pipi ku tak sengaja basah oleh air mata ku yg tumpah melihat keadaan ibuku, ibu cepat sembuh seperti sedia kala ya. Aku kangen ibu. Ibu harus kuat ya bu, demi ayah, aku dan adik kecilku.

---------------

Voila, maaf ya part ini agak pendek, hehe. Makasih buat kalian yg udah baca dan voment. Ayafluuu buat para pembaca :)

Thank you, Vin ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang