Part 10

915 72 8
                                    

"Udara sore ini sejuk ya, mi?" ucap Kinal memejamkan matanya, wajahnya mendongak keatas menikmati udara sore ini.

"Iya mas, taman ini juga indah mas pemandangannya" ucap Naomi memandang air mancur di hadapanya.

"Mi, maafin aku" ucap Kinal menolehkan wajahnya kearah Naomi, ia memandang wajah sampinya. Lalu menggengam tangan Naomi yg ia letakkan diatas pahanya.

Naomi yg tersadar akan genggaman tangan Kinal, kini menoleh menghadap wajah Kinal. Ia menaikkan sebelah alisnya bingung dengan pernyataan Kinal, "Maaf untuk?".

Kinal menghela nafas kasar, "Maaf, kita jadi nikah siri gini. Maafin aku juga, belum bisa yakinkan keluarga ku untuk menerima kamu".

Tak terasa pelupuk mata Naomi basah, airmata nya pun bersikeras untuk keluar. Namun didalam fikiran nya tak ingin menangis. "Aku ngerti mas, maafin aku mas udah bikin kamu ga nurut sama orangtua mu."

Dengan cepat telunjuk Kinal ditadahkan di bibir Naomi, "Jangan ngomong gitu ya, intinya aku sayang kamu. Walaupun aku tau keluarga ku masih bersikeras menjodohkan ku dengan anak sahabatnya itu" ucap Kinal lemas.

Naomi langsung memeluk Kinal, wajahnya disandarkan di dada Kinal, "Makasih mas". Kinal memejamkan matanya merasakan hangatnya pelukan Naomi.

"Deva Kinal Natio! Jadi kamu disini rupanya!"

Kinal dan Naomi kaget dengan suara sentakan itu langsung tersadar dari pelukkannya. Mereka menoleh, terlihat wanita paruh baya dengan tinggi semampai dihadapannya. "Mama"

"Pengawal, bawa Deva ke mobil. Sekarang!" hardik mamanya Kinal.

"Baik nyonya", pengawal itu langsung menarik paksa Kinal dari pelukkan Naomi.

"Lepasin gue!"

"Maaf tuan muda, tak bisa"

"Naomi" suara Kinal menghilang dari pandangannya seketika.

"Sudah saya peringatkan berapa kali Shinta, untuk jauhi anak saya Deva! Kamu gak pantas dengan Deva! Kalian itu berbeda! Ingat itu" hardik mama Kinal seraya meninggalkan Naomi di taman itu. Naomi hanya bisa diam menatap kepergian Kinal dari kejauhan. Hatinya sakit mendengar perkataan mama Kinal.

---------

"Ayah?"

"Ayah?" Kinal langsung tersadar dari lamunannya, terlihat Shani terheran melihat ayahnya yg akhir akhir ini sering melamun.

"Ah iya sayang, kenapa?"

"Ayah akhir-akhir ini kenapa jadi sering melamun?" tanya Shani.

"Ah? engga sayang, mungkin cuma perasaan kamu aja" ucap Kinal menyeruput kopinya pagi ini. "Oh iya, maaf hari ini ayah gabisa temani kamu daftar ulang. Ayah ada urusan soalnya, Ayah telp Viny ya untuk temani kamu hari ini" ucap Kinal mengeluarkan hp nya menghubungi Viny.

"Iya ayah, gapapa ko. Makasih ayah" ucap Shani mengecup pipi Kinal.

Kinal tersenyum melihat Shani, lalu ia mengecup kening Shani. "Ayah berangkat ya sayang"

"Hati hati ya yah", punggung Kinal perlahan menghilang dari pandangan Shani. Ia pun kembali melanjutkan sarapan nya sambil melihat siaran tv pagi ini.

Tak lama Viny datang tanpa mengganggu Shani yg sedang asyik menonton tv, ia langsung mengalungi tangannya di leher Shani. "Pagi Indira"

Shani langsung menoleh ke belakang, terlihat senyum Viny yg manis pagi ini.

"Pagiii sayang" ucap Shani langsung mencium pipi Viny.

"Nackal ya cium cium aku" ucap Viny mencubit hidung Shani. Ia pun langsung duduk di sebelah Shani, tangan kanan nya masih merangkul leher Shani

"Kan kangen"

Thank you, Vin ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang